Kiprah kesenian Jompet dimulai sebagai musisi yang memainkan berbagai jenis gaya dan bentuk musik, mulai dari rock alternatif hingga techno industrial (Sumber gambar: Baik Art)

Profil Jompet Kuswidananto, Seniman yang Jatuh Cinta dengan Nada

19 April 2024   |   22:37 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Bagi kalangan publik seni, nama Jompet Kuswidananto tidak bisa dipandang sebelah mata. Lelaki bernama asli Agustinus Kuswidananto ini telah malang melintang di skena seni rupa kontemporer Indonesia dengan berbagai instalasinya yang unik.

Belum lama ini, Jompet juga menggelar ekshibisi tunggal di bertajuk March di Baik Art Gallery Jakarta. Memboyong berbagai media dalam bentuk instalasi, dalam ekshibisi yang berlangsung hingga 27 April 2024 itu, sang seniman seolah ingin meneroka perjalanan demokrasi di Tanah Air.

Baca juga: Mengenal Bagus Pandega, Seniman Muda yang Haus Eksplorasi
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by BAIK ART (@baikartgallery)


Lahir dan besar di Yogyakarta, Jompet awalnya lebih suka bermain musik. Lalu, kesenangannya merembet ke seni rupa pertunjukan (performance art) dan membuat video art. Perupa kelahiran 16 desember 1976 itu juga aktif di kalangan musisi bawah tanah Yogyakarta.

Namun, setelah menyelesaikan studinya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada pada 1999, dia tergerak oleh euforia pergerakan mahasiswa dan rakyat pada era Orba. Dari sinilah Jompet memulai jalan pedang seninya dengan menggabungkan suara, video, pertunjukan, dan interaktivitas.

Tumbuh di lingkungan iklim seni Yogyakarta, Jompet juga banyak terinspirasi oleh para perupa-perupa senior yang berkarya di Kota Gudeg. Ini bermula  saat dia melihat karya-karya dari karya Heri Dono, S. Teddy, Ugo Untoro, hingga Tony Voluntero pada pameran seni rupa kontemporer Jogja Biennale pada dekade 1990-an.

Kiprah kesenian Jompet dimulai sebagai musisi yang memainkan berbagai jenis gaya dan bentuk musik, mulai dari rok alternatif hingga techno industrial. Tak hanya itu, dia juga memproduksi musik teater, scoring film pendek hingga rekaman musik indie baik secara individu maupun kolektif.

Jompet mulai dikenal publik pada dekade 2000-an, saat membuat pertunjukan musik yang berbeda dari biasanya. Yaitu dengan sound performance yang menjadikan gerak tubuh sebagai perangsang suara. Dia juga memasang beberapa sensor di tubuh sehingga gerak tertentu akan memicu pola bunyi tertentu.

Arkian, dia mulai mengukuhkan wajah generasi mutakhir seni rupa lewat praktik kesenian yang umumnya lintas batas dan lintas disiplin. Tak hanya itu, perupa ini juga terus menekuri dunia seni di tengah 'tuntutan' untuk memastikan posisi politis seni kontemporer di dalam peta seni global yang penuh persaingan.

Dalam dunia musik, Jompet juga aktif dalam grup band seperti Bekicot, SKM dan Diary Of The Lost antara tahun 1996-1999. Selain itu, dia pun sempat membuat proyek suara eksperimental bersama Venzha yang menggabungkan multimedia dan performance lewat grup bernama Garden Of The Blind pada 2000-2003 di Yogyakarta.
 

Dari sinilah dia mulai merealisasikan karya-karya seni lintas disiplin, khususnya lewat instalasinya yang merupakan gabungan dari suara,dan gerak kinetis. Selain itu, dia juga banyak memanfaatkan rongsokan dan onderdil yang dirangkai jadi karya seni. Tema karyanya tidak jauh dari akar etnisnya: Jawa.

Selama berkesenian, Jompet telan berpameran di dalam dan luar negeri yaitu pameran tunggal di Tropenmuseum Amsterdam (2014) Sherman Contemporary Art Foundation, Sydney, (2016) dan MAC’s Grand Hornu, Belgia. Kemudian pameran kelompok Sun Shower, Mori Art Museum, Tokyo (2017), Biennale Sharjah (2019), dan Bangkok Art Biennale (2022).

Pertunjukan solo terbarunya, Dream Express: Personalized History of Mysticism (2023) di Tirtodipuran, Yogyakarta, mengeksplorasi lapisan-lapisan sejarah, mulai dari negara (pemerintah), agama (gereja), sampai kolonialisme.

Melalui media yang luas, proyek ini menurut Jompet merupakan caranya untuk berjuang melawan ketidakbendaan ingatan. Tak hanya itu proyek ini juga berusaha berspekulasi  dan menggali mengenai kemungkinan sejarah dan pengetahuan alternatif bagi generasi muda di Tanah Air. 

Baca juga: Hypeprofil: Tiga Seniman Muda dari Lievik Atelier, Eksplorasi Pamor Keris jadi Perhiasan Cantik

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Jebakan Pembunuh Berantai di Acara Konser Musik dalam Trailer Film Trap

BERIKUTNYA

Begini Kata Para Supermodel Top Dunia Soal Tren Looksmaxxing

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: