Ilustrasi vinyl. (Sumber gambar: Yaroslav Shuraev/Pexels)

Mengoleksi Piringan Hitam Bisa Jadi Investasi? Simak Penjelasan Pakarnya

19 August 2024   |   20:29 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Popularitas piringan hitam yang kian digandrungi generasi muda, membuat industri vinyl ini berpotensi menjadi barang koleksi sekaligus investasi. Faktanya, sejumlah vinyl dipatok dengan harga yang tinggi lantaran dicari banyak orang dengan ketersediaan yang relatif terbatas.

Apabila beruntung, sebuah piringan hitam yang dibeli dengan harga relatif murah bisa bernilai tinggi hingga puluhan juta rupiah. Album Selamat Ulang Tahun dari penyanyi Nadin Amizah misalnya, saat ini dijual di ecommerce dengan harga mencapai Rp5 juta-Rp7 juta. Padahal, ketika dirilis pada 2021, vinyl yang hadir dengan warna hitam dan merah itu dibanderol dengan harga Rp450.000 dan Rp550.000.

Baca juga: Pamor Piringan Hitam Belum Habis, Koleksi Vinyl Menjadi Sumber Cuan

Contoh lainnya yakni album Menari Dengan Bayangan dari Hindia. Saat pertama kali dirilis pada 2021, vinyl album tersebut dibanderol dengan harga Rp525.000-Rp600.000. Namun, 3 tahun berselang, vinyl tersebut kini dijual dengan harga mencapai Rp16 juta.

Begitupun dengan vinyl album Mantra Mantra dari Kunto Aji yang kini dibanderol dengan harga mencapai Rp2,4 juta. Padahal, piringan hitam itu pertama kali dirilis pada November 2022 hanya dibanderol seharga Rp600.000.

Lantas, sejauh mana vinyl bisa menjadi pilihan investasi?
 

Co-founder PHR Pressing M. Taufiqurrahman dalam acara Kamis Santuy di di kantor Bisnis Indonesia, Kamis (15/8/2024). Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P

CEO PHR Pressing & Founder Piringan Hitam Recordstore Johan Mantiri dalam acara Kamis Santuy di kantor Bisnis Indonesia, Kamis (15/8/2024). (Foto: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)

CEO PHR Pressing & Founder Piringan Hitam Recordstore Johan Mantiri mengatakan tingginya harga sebuah piringan hitam tidak terlepas dari hukum permintaan (demand) dan penawaran (supply), yakni kecenderungan piringan hitam yang dicetak terbatas sehingga membuat harganya melonjak naik.

Hal ini juga yang menjadi satu dari sejumlah alasan mengapa vinyl kembali populer dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa alasan lainnya termasuk ingin mendapatkan pengalaman mendengarkan musik dengan kualitas yang lebih tebal dan hangat, tertarik karena sampul (artwork) albumnya, hingga adanya tren memberikan hadiah vinyl kepada kolega dan teman-teman terdekat.

Meski demikian, dia mengatakan tidak semua vinyl berpotensi harganya melonjak hanya dalam kurun waktu beberapa tahun. Hal itu biasanya hanya terjadi pada vinyl yang dicetak pada tahap pertama dengan jumlah yang sangat terbatas.

"Selain bisa menikmati [musik], [pengoleksi vinyl] juga dapat bonus karena punya nilai investasi. Tapi jelas tidak semua seperti itu. Makanya orang biasanya mencari [vinyl] cetakan awal-awal," katanya kepada Hypeabis.id saat kunjungan ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, baru-baru ini.

Piringan hitam kini kembali digandrungi bahkan penjualannya kian melesat selama beberapa tahun terakhir. Menurut Recording Industry Association of America (RIAA), sebanyak 43,2 juta vinyl telah terjual di Amerika Serikat pada 2023. Angka ini melesat selama 17 tahun terakhir sejak 2006, tahun di mana vinyl kembali populer di AS. Kala itu, hanya kurang dari 1 juta vinyl terjual.

Di samping itu, data dari British Phonographic Industry (BPI) mencatat penjualan vinyl di Inggris melonjak hampir 15 persen sepanjang 2023. Hingga September tahun lalu, sebanyak 3,9 juta lebih vinyl telah terjual, meningkat sebesar 13,2 persen dari 2022.

Disebutkan beberapa musisi dunia yang menyumbang peningkatan itu ialah Lana Del Rey, Taylor Swift, Blur, dan Kylie Minogue. Dengan pencapaian tersebut, penjualan vinyl secara global pada 2024 diperkirakan meningkat hampir dua kali lipat mencapai US$5,2 miliar, dibandingkan dengan total penjualan 3 tahun sebelumnya yaitu, sebesar US$3,1 miliar.
 

Co-founder PHR Pressing M. Taufiqurrahman dalam acara Kamis Santuy di di kantor Bisnis Indonesia, Kamis (15/8/2024). Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P

Co-founder PHR Pressing M. Taufiqurrahman dalam acara Kamis Santuy di di kantor Bisnis Indonesia, Kamis (15/8/2024). Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P

Pada kesempatan yang sama, M. Taufiqurrahman, selaku Co-Founder PHR Pressing mengatakan bahwa vinyl tidak hanya memiliki nilai investasi dari segi finansial, tetapi juga menjadi alat investasi untuk seni itu sendiri. Mendengarkan musik dengan kualitas yang baik semata untuk kepuasan diri dalam menikmati seni.

"Kalau saya memahami, oke ada investasi finansial. Tapi ada investasi yang lebih penting lagi yaitu investasi budaya, atau investasi yang saya sebut sebagai self-enrichment. Jadi itu investasi ke pengayaan jiwa," katanya.

Baca juga: Cek Album Musik Vinyl Terbaru yang Layak Dikoleksi

Taufiq juga menambahkan vinyl-vinyl yang sukses digandrungi hingga dibanderol dengan harga tinggi biasanya lantaran digarap dengan kualitas musikalitas yang baik. Menurutnya, itu menjadi faktor utama mengapa sebuah vinyl bisa terus dicari oleh penggemarnya bahkan sampai bertahun-tahun sejak pertama kali dirilis.

"Kadang-kadang nilai kolektibilitas [vinyl] juga memang datang dari kualitas seninya sendiri. Kalau memang bagus, dia akan dicari orang kapan pun dan apapun itu," kata pria yang diketahui pemilik label rekaman Elevation Records itu.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Fakta Menarik Maybank Marathon 2024 yang Diramaikan 12.700 Pelari

BERIKUTNYA

Mencicipi Steak ala Negeri Paman Sam, Hidangan Daging Istimewa Asli Nebraska

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: