Daging hewani banyak dikonsumsi masyarakat dunia. (Sumber gambar : Freepik)

Daging Nabati Vs Daging Hewani, Mana yang Lebih Sehat?

15 April 2024   |   16:35 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Daging nabati semakin populer di tengah gaya hidup vegan, vegetarian, dan pecinta lingkungan. Terbuat dari kacang-kacangan, serealia, hingga jamur, makanan ini dianggap lebih sehat ketimbang daging hewani seperti daging sapi. Lantas apakah benar-benar terbukti sehat?

Untuk mengetahui hal ini, para peneliti di Singapura melakukan penelitian yang membandingkan dampak kesehatan daging nabati dan daging hewani, terutama pada kesehatan jantung dan risiko diabetes. Penelitian yang melibatkan 89 orang dewasa dengan risiko terkena diabetes tipe 2 itu telah terbit The American Journal of Clinical Nutrition. 

Baca juga: Resep Tuna Kimbab, Cocok Jadi Menu Diet Sehat dan Lezat

Pola makan yang kaya akan makanan nabati memang terbukti bermanfaat bagi kesehatan jantung dan metabolisme, berkat beragam komponen yang meningkatkan kesehatan seperti vitamin, serat, dan antioksidan. Namun, tidak dengan analog daging nabati (PBMA) atau daging nabati yang dirancang untuk meniru rasa dan tekstur daging asli dengan menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan.

Dalam penelitian selama 8 minggu, sebagian partisipan diminta untuk mengonsumsi daging nabati dan separuhnya lagi mengonsumsi daging hewani. Para peneliti mengamati kadar kolesterol jahat, gula darah, tekanan darah, dan indikator kesehatan lainnya.

Mengutip Medical News Today, hasil dari penelitian ini ditemukan tidak ada perubahan signifikan pada profil kolesterol untuk kedua pola makan tersebut. Namun, kedua pola makan tersebut dikaitkan dengan perbaikan pada beberapa penanda gula darah.

Tidak ada pula manfaat yang jelas dari satu pola makan dibandingkan pola makan lainnya dalam meningkatkan kesehatan jantung. Akan tetapi, pada kelompok kecil yang memantau gula darahnya secara ketat, mereka yang mengonsumsi daging hewani dapat mengatur kadar gula darahnya dengan lebih baik.

Peningkatan tekanan darah juga tercatat pada kelompok daging hewani namun tidak pada kelompok daging nabati. Hal ini menunjukkan bahwa manfaat yang sering dikaitkan dengan pola makan nabati mungkin tidak secara langsung berlaku untuk PBMA, karena nutrisinya berbeda dari makanan nabati utuh dan dampaknya terhadap kesehatan jantung.

Sementara itu, analisis nutrisi menunjukkan bahwa pola makan daging hewani menyediakan lebih banyak protein, sedangkan daging nabati lebih tinggi natrium, kalium, dan kalsium. Adapun kontrol gula darah yang lebih baik terlihat pada kelompok daging hewani mungkin karena asupan karbohidrat yang lebih rendah dan asupan protein yang lebih tinggi. 

Meskipun penelitian ini tidak mengamati penyerapan protein, penelitian lain menunjukkan bahwa protein dari PBMA mungkin tidak mudah diserap seperti protein dari daging hewani, sehingga memengaruhi respons insulin dan hormon usus secara berbeda. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa menambahkan PBMA ke dalam pola makan seseorang dapat mengubah asupan nutrisi yang berdampak negatif pada pengendalian gula darah.

Hal ini menunjukkan bahwa manfaat kesehatan yang biasanya dikaitkan dengan pola makan nabati tidak boleh diasumsikan berlaku untuk PBMA, mengingat profil nutrisi dan dampaknya yang berbeda terhadap kesehatan jantung dan metabolisme.

Kelsey Costa, ahli diet dan pendiri Dietitian Insights, mengatakan penelitian ini turut menunjukkan tidak ada manfaat bagi makanan ultra proses seperti daging nabati. “Daging nabati akan masuk dalam kategori indeks pola makan nabati yang kurang sehat, yang kemungkinan besar tidak akan meningkatkan kesehatan kardiometabolik dan malah meningkatkan risiko,” jelasnya dikutip Medical News Today, Senin (15/4/2024). 

Baca juga: Resep Creamy Chicken Spinach, Ide Menu Diet Sehat, Kekinian, dan Lezat

Haley Bishoff pemilik Rutsu Nutrition di Las Vegas, menyarankan sebaiknya meminimalisir makanan olahan, baik itu alternatif daging nabati dan daging hewani yang diolah mnjadi sosis, hot dog dan ham. 

“Idealnya, pilihan makanan utuh harus menjadi sumber protein utama untuk pola makan nabati atau omnivora. Pola makan makanan utuh cenderung meningkatkan kesehatan kardiometabolik karena mengandung lebih banyak serat, asam lemak omega-3, dan antioksidan,” jelasnya. 

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Sinopsis Missing Crown Prince, Drakor Terbaru yang Dibintangi Suho EXO

BERIKUTNYA

Jangan Panik, Ini Bedanya Flu Biasa & Flu Singapura

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: