Ilustrasi anak sakit (Sumber gambar - Unsplash-Vitolda Klein)

Penanganan Pilek pada Balita, Pemberian Antibiotik Tidak Disarankan

23 August 2022   |   11:53 WIB

Pilek atau flu adalah penyakit yang umum dialami oleh anak-anak bahkan sejak balita. Pilek sebenarnya merupakan penyakit ringan. Namun, para orangtua biasanya sangat khawatir dan segera membawa buah hatinya ke dokter bila anaknya terserang pilek. 

Menurut Dokter Spesialis Anak Isabella Riandani seperti dihimpun dari Bisnis Indonesia Weekend edisi 8 Januari 2017, pilek sebenarnya akan sembuh dengan sendirinya. Pilek disebabkan oleh virus sehingga tidak perlu diberikan antibiotik. “Pilek rata-rata akan sembuh dalam waktu 10 hari,” ujarnya. 

Baca juga: Ternyata, Rumput Laut Dapat Mencegah Influenza

Dia menjelaskan, memberikan antibiotik kepada anak yang mengalami flu tidak hanya sia-sia tetapi juga berpotensi menimbulkan resisten. Lantas apa yang harus dilakukan ketika anak umur balita mengalami pilek? 

Isabella menjelaskan, saat masih bayi, pilek bisa disembuhkan dengan memberikan ekstra ASI atau menjemurnya di sinar matahari. 

Kedua upaya ini akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak sehingga flu bisa sembuh dengan cepat. Adapun kepada anak yang sudah agak dewasa, upaya penyembuhan bisa dilakukan dengan memberikan air minum hangat. 

Upaya lainnya adalah dengan membersihkan hidung bayi dari lendir atau ingus setiap hari. Caranya bisa dengan memberikan tetes hidung atau menggunakan aromaterapi khusus bayi. Jika hidung tersumbat, gunakan minyak kayu putih.

Kendati pada dasarnya flu tidak perlu dibawa ke dokter, konsultasi ke tenaga medis tetap diperlukan jika kondisinya sudah sangat mengganggu. Hal ini misalnya jika pilek sudah mengganggu tidur anak atau anak tidak mau mengonsumsi ASI dan kondisinya tidak kunjung membaik. Hal penting yang sebaiknya dilakukan orangtua saat anak mengalami pilek adalah membersihkan lendir yang menyumbat saluran pernapasan.

 Isabella merekomendasikan penggunaan cairan semplot berupa air garam atau cairan salin untuk membersihkan lendir tersebut. Cairan ini akan melembabkan dan mengeluarkan kotoran hidung ke bawah. Air garam pembersih hidung biasanya mengandung berbagai mineral seperti selenium, zinc, sulfur, magnesium, dan kalsium. 

Aneka mineral ini berfungsi untuk melindungi rambut halus di hidung yang membersihkan kotoran. Cara lainnya adalah dengan penguapan menggunakan aromaterapi agar lendirnya mencair. Di sisi lain, Isabella justru mewanti-wanti tindakan orangtua yang sering memencet hidung bayi untuk mengeluarkan lendir. 

Upaya ini justru bisa menyebabkan anak sinusitis karena lendir berisiko masuk ke rongga sinus. Selain itu, hidung bayi juga masih sensitif. “Saya juga tidak menyarankan orangtua menyedot ingus bayi dengan mulutnya karena justru memindahkan bakteri ke hidung atau sistem pernapasan anak,” tuturnya. 

Baca juga: Ramai Flu Singapura, Ini Gejala dan Cara Menanganinya

Yang perlu diperhatikan juga, penggunaan alat sedot ingus bayi juga harus hati-hati. Menyedot terlalu keras ketika lendir bayi sangat kental akan menjadi sangat sulit. Jangan sampai orangtua menyedotnya terlalu keras. Apalagi tidak diketahui pasti apakah ingus bayi sedang sangat kental atau cair. Jika lendir sangat kental dan padat, tentu akan sulit sekali disedot.

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

4 Kegiatan Seru di Sejauh Rumah Kita, Tempat Asyik Belajar tentang Merawat Bumi

BERIKUTNYA

Penuh Teka-teki, Ada Misteri Berdarah Pulau Pribadi di Film Glass Onion: A Knives Out Mystery

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: