Begini Cara Memulihkan Kondisi Keuangan Setelah Lebaran
13 April 2024 |
17:00 WIB
Idulfitri merupakan momen penting bagi umat muslim untuk merayakan kemenangan. Setelah berpuasa sebulan penuh mereka akhirnya berkumpul bersama keluarga untuk merayakan Lebaran serta bersilaturahmi ke handai taulan, dan membagikan angpau atau Tunjangan Hari Raya (THR) untuk keponakan.
Hari istimewa ini biasanya juga diisi dengan liburan ke berbagai destinasi wisata atau hangout ke pusat-pusat perbelanjaan. Momen inilah yang seringkali membuat kantong keuangan kita jadi mengempis, lalu setelah Lebaran, dana atau keuangan untuk kegiatan hidup sehari-hari jadi habis.
Baca juga: Genhype, Begini Siasat Mengatur Keuangan yang Sehat sampai Masa Tua
Head of Research and Advisory Bank Commonwealth Thadly Chandra mengatakan, agar kantong tetap aman selama Lebaran, dia menyarankan untuk mengatur keuangan dengan cara yang ketat. Salah satunya dengan membagi antara pengeluaran dan pemasukan yang didapat, baik dari gaji bulanan dan THR.
Menurut Chandra, idealnya, alokasi untuk hari raya tidak lebih dari 60 persen dari THR. Alokasi dana ini bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan hari raya seperti mudik, membeli makanan khas Lebaran, membeli baju Lebaran, dan memberi amplop atau hampers kepada kerabat.
"THR idealnya memang digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan selama hari raya. Namun agar keuangan kita tidak habis dengan sia-sia, sebaiknya dibuat pos alokasi dan skala prioritas. Pastinya hindari menggunakan THR untuk konsumsi yang tidak perlu dan bersifat berlebihan," katanya.
Adapun, penyusunan rencana pengeluaran tersebut mengacu pada pola pengeluaran hari raya tahun-tahun sebelumnya. Yaitu, meliputi ongkos mudik PP, alokasi pembagian untuk orang tua dan sanak saudara, hingga kebutuhan selama berada di kampung halaman, baik untuk nongkrong bertemu teman atau liburan ke beberapa tempat.
Selain digunakan untuk kebutuhan selama mudik, THR menurutnya juga bisa dapat digunakan sebagai momentum untuk mulai menabung dan berinvestasi secara teratur. Sebab, seseorang bisa memiliki uang simpanan yang sewaktu-waktu dibutuhkan bisa langsung diambil, tanpa memotong keuangan bulanan dari hasil kerja.
Dia menyarankan untuk investasi, sebaiknya, minimal yang harus dikeluarkan adalah sebanyak 20 persen dari gaji THR. Adapun, pilihan instrumen keuangan yang cocok untuk investasi dapat disesuaikan dengan tujuan investasi dan profil risiko masing-masing individu.
“Aset berisiko seperti ekuitas maupun pendapatan tetap memiliki potensi yang cukup baik pada 2024, didukung oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia dan potensi pemangkasan suku bunga Bank Indonesia,” katanya.
Chandra juga mengimbau untuk memperhitungkan pengeluaran besar tahunan yang ternyata jatuh pada Ramadan, Lebaran, atau setelah hari raya. Salah satunya untuk membayar utang atau tagihan bulanan jika memang ada. Ini perlu dilakukan agar nantinya tidak menambah beban finansial.
Dia menjelaskan disiplin anggaran ini penting untuk mengantisipasi pengeluaran yang belum diperhitungkan sebelumnya. Sebab, semua anggaran tersebut juga harus disusun secara realistis, tidak memaksakan di luar kemampuan, sehingga setelah Lebaran selesai seseorang tidak perlu lagi memikirkan tagihan bulanan yang telah jatuh tempo.
Baca juga: Anak Muda Simak, Begini Cara Menyusun Rencana Keuangan untuk Naik Haji
"Terakhir, sisihkan juga dana darurat dengan alokasi 10 persen dari THR. Dana darurat ini dapat disimpan untuk keadaan tak terduga yang diaalami selama Lebaran tiba, seperti kecelakaan, kerusakan rumah, atau kehilangan pekerjaan," jelasnya.
Editor: Fajar Sidik
Hari istimewa ini biasanya juga diisi dengan liburan ke berbagai destinasi wisata atau hangout ke pusat-pusat perbelanjaan. Momen inilah yang seringkali membuat kantong keuangan kita jadi mengempis, lalu setelah Lebaran, dana atau keuangan untuk kegiatan hidup sehari-hari jadi habis.
Baca juga: Genhype, Begini Siasat Mengatur Keuangan yang Sehat sampai Masa Tua
Head of Research and Advisory Bank Commonwealth Thadly Chandra mengatakan, agar kantong tetap aman selama Lebaran, dia menyarankan untuk mengatur keuangan dengan cara yang ketat. Salah satunya dengan membagi antara pengeluaran dan pemasukan yang didapat, baik dari gaji bulanan dan THR.
Menurut Chandra, idealnya, alokasi untuk hari raya tidak lebih dari 60 persen dari THR. Alokasi dana ini bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan hari raya seperti mudik, membeli makanan khas Lebaran, membeli baju Lebaran, dan memberi amplop atau hampers kepada kerabat.
"THR idealnya memang digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan selama hari raya. Namun agar keuangan kita tidak habis dengan sia-sia, sebaiknya dibuat pos alokasi dan skala prioritas. Pastinya hindari menggunakan THR untuk konsumsi yang tidak perlu dan bersifat berlebihan," katanya.
Adapun, penyusunan rencana pengeluaran tersebut mengacu pada pola pengeluaran hari raya tahun-tahun sebelumnya. Yaitu, meliputi ongkos mudik PP, alokasi pembagian untuk orang tua dan sanak saudara, hingga kebutuhan selama berada di kampung halaman, baik untuk nongkrong bertemu teman atau liburan ke beberapa tempat.
Selain digunakan untuk kebutuhan selama mudik, THR menurutnya juga bisa dapat digunakan sebagai momentum untuk mulai menabung dan berinvestasi secara teratur. Sebab, seseorang bisa memiliki uang simpanan yang sewaktu-waktu dibutuhkan bisa langsung diambil, tanpa memotong keuangan bulanan dari hasil kerja.
Dia menyarankan untuk investasi, sebaiknya, minimal yang harus dikeluarkan adalah sebanyak 20 persen dari gaji THR. Adapun, pilihan instrumen keuangan yang cocok untuk investasi dapat disesuaikan dengan tujuan investasi dan profil risiko masing-masing individu.
“Aset berisiko seperti ekuitas maupun pendapatan tetap memiliki potensi yang cukup baik pada 2024, didukung oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia dan potensi pemangkasan suku bunga Bank Indonesia,” katanya.
Chandra juga mengimbau untuk memperhitungkan pengeluaran besar tahunan yang ternyata jatuh pada Ramadan, Lebaran, atau setelah hari raya. Salah satunya untuk membayar utang atau tagihan bulanan jika memang ada. Ini perlu dilakukan agar nantinya tidak menambah beban finansial.
Dia menjelaskan disiplin anggaran ini penting untuk mengantisipasi pengeluaran yang belum diperhitungkan sebelumnya. Sebab, semua anggaran tersebut juga harus disusun secara realistis, tidak memaksakan di luar kemampuan, sehingga setelah Lebaran selesai seseorang tidak perlu lagi memikirkan tagihan bulanan yang telah jatuh tempo.
Baca juga: Anak Muda Simak, Begini Cara Menyusun Rencana Keuangan untuk Naik Haji
"Terakhir, sisihkan juga dana darurat dengan alokasi 10 persen dari THR. Dana darurat ini dapat disimpan untuk keadaan tak terduga yang diaalami selama Lebaran tiba, seperti kecelakaan, kerusakan rumah, atau kehilangan pekerjaan," jelasnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.