7 Tradisi Unik Malam Takbiran di Indonesia
09 April 2024 |
18:49 WIB
Malam takbiran atau tradisi menyambut Hari Raya Idulfitri di Indonesia terbilang cukup beragam. Selain mengumandang takbir secara serentak semalam suntuk, umat muslim di Tanah Air memiliki cara tersendiri untuk merayakan dan menyambut Lebaran atau 1 Syawal.
Tradisi malam takbiran di seluruh pelosok Nusantara terbilang cukup unik dan tidak lepas dari nilai budaya yang dibawa nenek moyang. Tradisi yang diwariskan secara turun temurun ini pun tidak hanya sarat akan nilai religi, namun juga kebersamaan.
Lantas apa saja tradisi malam takbiran di Indonesia? Simak ulasannya di bawah ini yuk, Genhype.
1. Nyorog - Betawi
Bagi masyarakat Betawi, ada tradisi yang disebut Nyorog alias memberikan bingkisan kepada orang yang lebih tua, keluarga, maupun tetangga jelang Hari Raya Idulfitri.
Baca juga : Asal Mula & Sejarah Halalbihalal, Tradisi Idulfitri Khas Indonesia
Biasanya, bingkisan yang dihantarkan berupa makanan atau lauk pauk khas Lebaran seperti ketupat, semur daging, semur jengkol, rendang, sayur pepaya, maupun sayur nangka. Tak jarang pula bahan pokok seperti beras dan minyak menjadi bingkisan yang dihantarkan.
2. Meugang - Aceh
Meugang merupakan tradisi menyembelih kambing atau sapi yang dilakukan tiga kali dalam setahun oleh masyarakat di Aceh. Tiga waktu ini diantaranya menjelang Ramadan, Iduladha, dan Idulfitri.
Biasanya, mereka akan memasak daging tersebut dan dimakan bersama kerabat di masjid. Masyarakat Aceh percaya bahwa nafkah yang dicari selama 11 bulan wajib disyukuri dalam bentuk tradisi Meugang.
3. Kirab Obor Bambu - Solo
Setiap malam takbiran, tradisi keliling atau kirab obor bambu menjadi pemandangan yang sering ditemui di sejumlah kampung di Solo. Salah satunya di Kampung Banyuagung atau di Kampung Combong Kelurahan Kadipiro, Banjarsari. Setiap malam takbiran, anak-anak kampung yang dihimpun oleh salah satu masjid setempat, mengajak anak-anak lain berpawai sembari membawa obor.
Obor biasanya terbuat dari bambu yang dipotong ukuran sekitar 70-80 cm. Kemudian obor diisi minyak tanah dan ditutup dengan kain tidak terpakai atau sumbu kompor. Di bagian atasnya diberi pembatas dari tanah liat agar tidak membakar ujung bambu. Obor lalu dinyalakan bersama remaja masjid sembari mengumandangkan takbir berkeliling kampung.
4. Meriam Karbit - Pontianak
Di Pontianak, Kalimantan Barat, ada tradisi Meriam Karbit saat malam takbiran. Masyarakat di kota ini menembakkan meriam yang menghasilkan suara ledakan menggelegar.
Menguip Goodnewsfromindonesia, Meriam ini dinyalakan di pinggiran Sungai Kapuas, mulai dari azan Magrib, hingga menjelang waktu pagi Hari Raya Idulfitri. Tradisi warisan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie ini bertujuan untuk mengusir roh jahat agar tidak menganggu masyarakat yang ingin merayakan Lebaran.
5. Tumbilotohe - Gorontalo
Jika di Solo ada kirab obor bambu, di Gorontalo, masyarakat muslim menyalakan ribuan lampu minyak di tanah lapang. Lampu minyak disusun dengan rapih sehingga membentuk simbol-simbol yang berkaitan dengan Islam atau perayaan Lebaran seperti kaligrafi, AlQuran, masjid, hingga ketupat.
Berlangsung sejak abad ke-15 dan rutin dilakukan sejak tiga hari sebelum Hari Raya Idulfitri, lampu minyak ini juga dipasang di halaman rumah, sawah, dan tempat umum.
6. Ronjok Sayak - Bengkulu
Di Bengkulu, ada tradisi malam takbiran yang cukup unik, khususnya dilakukan oleh masyarakat dari suku Serawai. Mereka menyusun batok kelapa hingga menjulang tinggi seperti menara berukuran sekitar satu meter di halaman rumah, lalu membakarnya.
Sayak atau batok kelapa melambangkan ucapan rasa syukur kepada sang pencipta dan juga sebagai doa untuk para leluhur yang telah meninggal. Selain itu, batok kelapa yang dibakar menghadirkan penerangan sebagai bentuk kegembiraan menyambut Idulfitri.
7. Rampak Bedug - Banten
Rampak Bedug adalah seni menabuh banyak bedug secara serempak sehingga menghasilkan irama khas yang enak didengar. Mengutip laman Kemdikbud, Rampak Bedug menjadi ciri khas seni budaya Banten.
Rampak bedug kerap dilakukan pada malam takibiran menyambut Hari Raya Idulfitri. Di masa lalu pemain rampak bedug sepenuhnya laki-laki, tetapi belakangan juga dilakukan perempuan. Jumlah pemainnya sekitar 10 orang.
Baca juga : Dibawa Laksamana Cheng Ho, Simak Asal Usul Bedug yang Dipakai Saat Takbiran
Editor : Puput Ady Sukarno
Tradisi malam takbiran di seluruh pelosok Nusantara terbilang cukup unik dan tidak lepas dari nilai budaya yang dibawa nenek moyang. Tradisi yang diwariskan secara turun temurun ini pun tidak hanya sarat akan nilai religi, namun juga kebersamaan.
Lantas apa saja tradisi malam takbiran di Indonesia? Simak ulasannya di bawah ini yuk, Genhype.
1. Nyorog - Betawi
Bagi masyarakat Betawi, ada tradisi yang disebut Nyorog alias memberikan bingkisan kepada orang yang lebih tua, keluarga, maupun tetangga jelang Hari Raya Idulfitri.
Baca juga : Asal Mula & Sejarah Halalbihalal, Tradisi Idulfitri Khas Indonesia
Biasanya, bingkisan yang dihantarkan berupa makanan atau lauk pauk khas Lebaran seperti ketupat, semur daging, semur jengkol, rendang, sayur pepaya, maupun sayur nangka. Tak jarang pula bahan pokok seperti beras dan minyak menjadi bingkisan yang dihantarkan.
2. Meugang - Aceh
Meugang merupakan tradisi menyembelih kambing atau sapi yang dilakukan tiga kali dalam setahun oleh masyarakat di Aceh. Tiga waktu ini diantaranya menjelang Ramadan, Iduladha, dan Idulfitri.
Biasanya, mereka akan memasak daging tersebut dan dimakan bersama kerabat di masjid. Masyarakat Aceh percaya bahwa nafkah yang dicari selama 11 bulan wajib disyukuri dalam bentuk tradisi Meugang.
3. Kirab Obor Bambu - Solo
Setiap malam takbiran, tradisi keliling atau kirab obor bambu menjadi pemandangan yang sering ditemui di sejumlah kampung di Solo. Salah satunya di Kampung Banyuagung atau di Kampung Combong Kelurahan Kadipiro, Banjarsari. Setiap malam takbiran, anak-anak kampung yang dihimpun oleh salah satu masjid setempat, mengajak anak-anak lain berpawai sembari membawa obor.
Obor biasanya terbuat dari bambu yang dipotong ukuran sekitar 70-80 cm. Kemudian obor diisi minyak tanah dan ditutup dengan kain tidak terpakai atau sumbu kompor. Di bagian atasnya diberi pembatas dari tanah liat agar tidak membakar ujung bambu. Obor lalu dinyalakan bersama remaja masjid sembari mengumandangkan takbir berkeliling kampung.
4. Meriam Karbit - Pontianak
Di Pontianak, Kalimantan Barat, ada tradisi Meriam Karbit saat malam takbiran. Masyarakat di kota ini menembakkan meriam yang menghasilkan suara ledakan menggelegar.
Menguip Goodnewsfromindonesia, Meriam ini dinyalakan di pinggiran Sungai Kapuas, mulai dari azan Magrib, hingga menjelang waktu pagi Hari Raya Idulfitri. Tradisi warisan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie ini bertujuan untuk mengusir roh jahat agar tidak menganggu masyarakat yang ingin merayakan Lebaran.
5. Tumbilotohe - Gorontalo
Jika di Solo ada kirab obor bambu, di Gorontalo, masyarakat muslim menyalakan ribuan lampu minyak di tanah lapang. Lampu minyak disusun dengan rapih sehingga membentuk simbol-simbol yang berkaitan dengan Islam atau perayaan Lebaran seperti kaligrafi, AlQuran, masjid, hingga ketupat.
Berlangsung sejak abad ke-15 dan rutin dilakukan sejak tiga hari sebelum Hari Raya Idulfitri, lampu minyak ini juga dipasang di halaman rumah, sawah, dan tempat umum.
6. Ronjok Sayak - Bengkulu
Di Bengkulu, ada tradisi malam takbiran yang cukup unik, khususnya dilakukan oleh masyarakat dari suku Serawai. Mereka menyusun batok kelapa hingga menjulang tinggi seperti menara berukuran sekitar satu meter di halaman rumah, lalu membakarnya.
Sayak atau batok kelapa melambangkan ucapan rasa syukur kepada sang pencipta dan juga sebagai doa untuk para leluhur yang telah meninggal. Selain itu, batok kelapa yang dibakar menghadirkan penerangan sebagai bentuk kegembiraan menyambut Idulfitri.
7. Rampak Bedug - Banten
Rampak Bedug adalah seni menabuh banyak bedug secara serempak sehingga menghasilkan irama khas yang enak didengar. Mengutip laman Kemdikbud, Rampak Bedug menjadi ciri khas seni budaya Banten.
Rampak bedug kerap dilakukan pada malam takibiran menyambut Hari Raya Idulfitri. Di masa lalu pemain rampak bedug sepenuhnya laki-laki, tetapi belakangan juga dilakukan perempuan. Jumlah pemainnya sekitar 10 orang.
Baca juga : Dibawa Laksamana Cheng Ho, Simak Asal Usul Bedug yang Dipakai Saat Takbiran
Editor : Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.