Grebeg Syawal. (Sumber gambar: Kemenparekraf RI)

8 Tradisi Unik & Penuh Makna untuk Menyambut Lebaran di Indonesia

09 April 2024   |   20:56 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Setelah menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh, umat Islam akan merayakan kemenangannya dengan suka cita dalam Hari Raya Idulfitri atau Lebaran. Sama seperti bulan Ramadan yang disambut meriah, Idulfitri pun disambut penuh kebahagiaan. Bahkan, beberapa daerah di Indonesia memiliki tradisi masing-masing dalam menyambut Lebaran.

Ada banyak tradisi umum yang identik dengan perayaan Lebaran, sebut saja mudik atau pulang ke kampung halaman dan sungkem yakni meminta maaf sekaligus memohon restu agar mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan lahir batin kepada orang yang lebih tua. 

Baca juga :  7 Tradisi Unik Malam Takbiran di Indonesia

Namun, beberapa daerah di Indonesia sebenarnya memiliki tradisi Lebaran yang khas dan unik, sesuai dengan budaya dan kepercayaan yang telah dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Tak hanya euforia untuk menyambut Lebaran, beberapa tradisi ini juga menyimpan makna dan filosofi mendalam.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa tradisi menyambut Lebaran yang unik dan bermakna di Indonesia 


1. Grebeg Syawal (Yogyakarta)

Grebeg Syawal adalah salah satu tradisi yang rutin digelar setiap tahun di Yogykarta untuk menyambut datangnya Lebaran. Mengutip dari situs resmi Kemenparekraf RI, Grebeg Syawal merupakan tradisi yang berasal dari Keraton Yogyakarta yang dilakukan setiap 1 Syawal, sebagai wujud syukur setelah melewati bulan Ramadan.

Tradisi Grebeg Syawal sudah dilaksanakan sejak abad ke-16. Daya tarik tradisi satu ini adalah hadirnya tujuh gunungan yang menjadi bagian dari acara. Ketujuh gunungan tersebut terdiri dari gunungan lanang/kakung sebanyak tiga buah, gunungan wadon/estri, gunungan darat, gunungan gepak, dan gunungan pawuhan masing-masing satu buah.

Seluruh gunungan nantinya akan dibawa oleh abdi dalem dan dikawal prajurit Bregodo dari Alun-Alun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Masjid Gedhe Kauman, Pura Pakualaman, dan Kantor Kepatihan. Gunungan tersebut akan didoakan terlebih dahulu, sebelum nantinya diperebutkan masyarakat. 
 

2. Perang Topat (Nusa Tenggara Barat)

Di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), ada tradisi Perang Topat atau “perang ketupat” sebagai tradisi menyamperang topatbut Lebaran yang unik dan penuh makna. Konon, tradisi saling melemparkan ketupat ini merupakan simbol kerukunan antar umat Hindu dan Islam yang hidup berdampingan di Lombok. 

Sebelum “perang” dimulai, masyarakat akan melakukan doa dan ziarah di Makam Loang Baloq di kawasan Pantai Tanjung Karang, dan Makam Bintaro di kawasan Pantai Bintaro. Uniknya, setelah tradisi dimulai, ketupat-ketupat yang digunakan untuk berperang akan kembali diperebutkan, karena dipercaya membawa kesuburan sehingga membuat panen melimpah.
 

Tradisi Perang Topat. (Sumber gambar: Kemenparekraf RI)

Tradisi Perang Topat. (Sumber gambar: Kemenparekraf RI)


3. Ronjok Sayak (Bengkulu)

Tradisi Lebaran di Indonesia yang tidak kalah unik bisa ditemukan di Bengkulu yang disebut Ronjok Sayak. Secara umum, kata Sayak sendiri bisa diartikan sebagai batok kelapa. Dengan kata lain, Ronjok Sayak adalah tradisi membakar batok kelapa kering yang ditumpuk hingga setinggi satu meter. Menurut kepercayaan, tradisi Lebaran Ronjok Sayak sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun silam. 

Masyarakat Bengkulu percaya jika api merupakan penghubung antara manusia dan leluhur. Itu mengapa, pelaksanaan tradisi Ronjok Sayak berjalan hikmat, dibarengi dengan banyaknya doa-doa yang dipanjatkan selama proses pembakaran batok kelapa. Biasanya, tradisi Ronjok Sayak ini dilakukan setelah melaksanakan salat Isya pada 1 Syawal. 
 

4. Binarundak (Sulawesi Utara)

Masyarakat Motoboi Besar di Sulawesi Utara juga memiliki tradisi menyambut Lebaran warisan leluhur yang masih dilakukan dan dilestarikan hingga sekarang, yakni tradisi Binarundak. Sebuah tradisi membuat atau memasak nasi jaha secara bersama-sama yang dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut setelah Hari Raya Idulfitri.

Nasi jaha adalah makanan khas Sulawesi Utara yang berbahan dasar beras dan dimasak dalam batang bambu. Hidangan khas ini memiliki perpaduan rasa gurih dari santan, serta jahe yang cukup kuat. Menurut kepercayaan, tradisi Binarundak dalam menyambut Lebaran merupakan sarana silaturahmi terhadap sesama, sekaligus sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
 

5. Festival Meriam Karbit (Kalimantan Barat)

Kalimantan Barat pun memiliki tradisi Lebaran yang tidak kalah unik dan penuh makna, bernama Festival Meriam Karbit. Sedikit berbeda dengan tradisi-tradisi lainnya, Festival Meriam Karbit justru menjadi pengingat kepada warga akan keberanian dan menumbuhkan semangat kebersamaan.

Baca juga :  Mengenal Asal-usul Mudik dan Tradisi Pulang Kampung saat Lebaran

Festival menyambut Lebaran yang terkenal meriah ini biasanya digelar selama tiga hari berturut-turut, dimulai sejak sebelum, sesaat, dan sesudah Lebaran. Menariknya, Festival Meriam Karbit tidak hanya menjadi tradisi Lebaran, melainkan menjadi warisan budaya yang kental dengan nilai historis karena berkaitan dengan sejarah berdirinya Kota Pontianak.
 

Festival Meriam Karbit. (Sumber gambar: situs resmi Pemkot Pontianak)

Festival Meriam Karbit. (Sumber gambar: situs resmi Pemkot Pontianak)


6. Baraan (Riau)

Tradisi Baraan menjadi ciri khas perayaan Idulfitri di Bengkalis, Riau. Menukil dari situs Kemendikbudristek, kegiatan Baraan melibatkan kunjungan massal antar tetangga secara beramai-ramai pada awal bulan Syawal. Mulai dari Baraan tingkat RT, RW, desa, hingga ke kantor dan komunitas, semua rumah di daerah tersebut akan dikunjungi.

Uniknya, setiap kunjungan akan diiringi dengan pembacaan doa sebelum atau sesudah makan, sehingga memperkuat makna Islami dalam tradisi ini. Untuk menambah kehangatan suasana, berbagai hidangan lezat pun disajikan dalam tradisi ini seperti kue mueh, ketupat, dan opor ayam.
 

7. Tari Topeng (Jambi)

Di Desa Muaro Jambi, Jambi, Tari Topeng menjadi tradisi yang tak terpisahkan dari perayaan Idulfitri. Para pemuda setempat biasanya dengan penuh semangat akan memainkan tarian ini sebagai upaya pelestarian budaya dan seni tradisional. Menggunakan topeng dari labu manis tua yang berwarna-warni, tarian ini dilakukan melewati 9 RT dengan penuh kekayaan simbolik.

Tari Topeng dipercaya sudah ada sejak ratusan tahun lalu, dan menjadi bagian dari sejarah perjuangan masyarakat Jambi pada masa kolonial. Selain menghibur, tari topeng juga mengajarkan nilai saling memaafkan dan kebersamaan, mewarisi nilai-nilai luhur nenek moyang.
 

8. Nyembang Belari (Bintan)

Ada tradisi unik untuk menyambut Lebaran di Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan, yakni Nyembah Belari. Biasanya, anak-anak dari usia enam tahun sampai sekolah dasar akan melakukan kegiatan bersilaturahmi dengan cara berlari atau berjalan cepat dari satu rumah ke rumah lain.

Mereka tidak masuk ke dalam rumah, melainkan berdiri di teras dan menunggu dengan tangan terbuka untuk menerima pernak-pernik dari tuan rumah. Tanpa paksaan dan syarat, tradisi ini menekankan pada keikhlasan dan keberkahan dalam berbagi. Rombongan anak-anak ini biasanya membawa kantong plastik untuk mengumpulkan pernak-pernik tersebut, menandai kegembiraan dan keceriaan dalam menyambut Idulfitri.

Baca juga : 9 Tradisi Unik Ramadan di Dunia, dari Festival Mirip Halloween Hingga Berburu Gelang

Editor : Puput Ady Sukarno

SEBELUMNYA

7 Tradisi Unik Malam Takbiran di Indonesia

BERIKUTNYA

Resmi! Pemerintah Tetapkan Idulfitri 1 Syawal 1445 Hijriah pada Rabu 10 April 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: