Ilustrasi ketupat. (Sumber gambar: Wikimedia Commons)

Kenapa Ketupat Identik dengan Hari Raya Lebaran? Simak Asal-Usul, Makna & Filosofinya

09 April 2024   |   13:41 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Lebaran sebentar lagi tiba. Sebagian dari Genhype mungkin sudah mulai menyiapkan jamuan untuk Lebaran, mulai dari hidangan utama hingga aneka camilan dan kue kering. Ada banyak makanan yang identik dengan Hari Raya Idulfitri, salah satunya adalah ketupat. Merayakan Lebaran seolah tak afdol jika tak menyantap ketupat.

Ketupat adalah makanan berbahan dasar beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda atau janur. Makanan dengan tekstur padat dan pulen ini memang menjadi hidangan yang cocok dipadukan dengan beragam jenis lauk khas Lebaran lainnya, seperti opor ayam, rendang, dan sambal ati ampela.

Ada beragam jenis ketupat yang populer di berbagai daerah di Indonesia. Di Tegal misalnya, ada yang namanya ketupat glabed, ketupat blegong, juga ketupat bongko. Sementara pada masyarakat Minang, dikenal ketupat versi kecil bernama katupek katan kapau.

Baca juga:  Resep dan Cara Membuat Ketupat Lebaran yang Gurih dan Kenyal

Selain itu, ada pula ketupat cabuk rambak yang terkenal di Solo. Ketupat ini biasanya disajikan dengan cara diiris tipis dan disiram campuran sambal wijen, kemiri, dan kelapa parut. Tak ketinggalan, masyarakat Betawi pun punya ketupat bebanci, yaitu ketupat khas yang biasanya disajikan dengan gulai sapi penuh dengan rempah.

Tak hanya rasanya yang enak, sebagai makanan yang identik dengan perayaan Lebaran, ketupat juga memiliki sejarah serta makna dan filosofi mendalam. Makna yang terkandung pada ketupat berkaitan erat dengan Hari Raya Idulfitri yang sarat sebagai momentum untuk saling memaafkan dan menyucikan diri.
 

Ilustrasi ketupat. (Sumber gambar: Wikimedia Commons)

Ilustrasi ketupat. (Sumber gambar: Wikimedia Commons)


Makna & Filosofi Ketupat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ketupat adalah makanan yang dibuat dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman pucuk daun kelapa, berbentuk kantong segi empat dan sebagainya kemudian direbus dan dimakan sebagai pengganti nasi.

Mengutip dari situs Universitas Islam An Nur Lampung, kata ketupat berasal dari bahasa Jawa yaitu kupat. Ada dua makna yang tersirat dari kata kupat yakni "ngaku lepat" atau dalam bahasa Indonesia berarti mengakui kesalahan, serta "laku papat" atau empat laku yang tercermin dari empat sisi bentuk ketupat.

Keempat sisi dari ketupat pun memiliki nama dan arti masing-masing. Salah satu sisi ketupat ada yang bernama "Lebaran". Nama yang dijadikan sebutan untuk Idulfitri di Indonesia ini memiliki arti dibukakannya pintu ampunan bagi orang lain. Sisi kedua, yaitu "Luberan", memiliki arti rezeki yang melimpah dan memberi sedekah kepada yang membutuhkan. 

Sementara sisi ketiga yaitu "Leburan, berarti menghapus dosa-dosa yang telah dilakukan selama setahun, dan sisi keempat yang dinamakan "Laburan", memiliki arti mensucikan diri atau kembali suci bagai bayi yang baru lahir.

Di sisi lain, keempat sisi ketupat juga dipercaya sebagai empat macam nafsu yang dimiliki manusia, yaitu amarah, lawwamah, supiyah, dan muthmainah. Keempat nafsu ini dapat dikendalikan melalui ibadah puasa. Oleh karena itu, makan ketupat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengendalikan keempat nafsu duniawi tersebut untuk senantiasa menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan Allah.

Tak hanya tergambar dari empat sisinya, bentuk serta bahan-bahan yang ada pada ketupat juga diyakini memiliki filosofi tersendiri. Menukil dari situs Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Bengkalis, simpul anyaman ketupat yang saling bersilang menjadi simbol beragamnya kesalahan atau dosa yang dilakukan manusia selama hidupnya.

Hal ini terlihat dari rumitnya bungkusan (anyaman) ketupat yang terbuat dari daun kelapa. Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih yang mencerminkan kesucian hati setelah memohon ampunan atas segala kesalahan.

Baca juga : 6 Resep Masakan Lebaran Khas Indonesia, Mudah Dibuat di Rumah

Di sisi lain, anyaman ketupat dipahami pula sebagai jalinan ukhuwah serta penguatan jasmani dan rohani manusia yang seharusnya terjalin berkelindan menopang antara satu dengan yang lain. Ketupat bagi masyarakat Jawa memiliki filosofi yang kuat. Bentuk ketupat melambangkan perwujudan Kiblat Papat Limo Pancer. Maksudnya, sisi ketupat melambangkan keseimbangan alam dalam empat arah mata angin utama, yaitu timur, selatan, barat, dan utara.

Meskipun memiliki empat arah, hanya ada satu kiblat atau pusat (baitullah). Artinya, ke arah manapun manusia akan pergi. dia tidak boleh melupakan pacer (arah) kiblat, yaitu kewajiban melaksanakan salat dan penghambaan pada Ilahi.
 

h

Ilustrasi ketupat. (Sumber gambar: Wikimedia Commons)

Sementara itu, bahan utama ketupat yakni nasi dan daun kelapa muda dimaknai sebagai pengingat agar manusia tak lupa awal dan akhir penciptaannya akan kembali ke tanah juga. Nasi dianggap sebagai lambang nafsu, sementara daun kelapa muda disebut “janur” atau nama dari bahasa Arab ja an-nur, yang berarti “jatining nur” (datangnya cahaya sejati atau hati nurani), yaitu cahaya hidayah Allah sebagai harapan hamba selama Ramadan. Dengan demikian, ketupat digambarkan sebagai simbol nafsu dan hati nurani setiap manusia yang tampil dalam wujud perilaku diri.

Begitupun ketika ketupat dimasak dengan merebus dalam air yang mendidih di atas api yang menyala, memiliki makna yakni pelaksanaan puasa yang benar akan mampu meleburkan atau menggugurkan semua penyakit hati atau dosa diri. Ketika ketupat matang dan dipotong, akan terlihat nasi putih muncul di dalamnya. Hal itu menyimbolkan hadirnya kebersihan dan kesucian hati pada pagi di bulan Syawal. 

Asal-Usul Ketupat Identik dengan Lebaran
Sebagian dari Genhype mungkin bertanya, mengapa ketupat menjadi makanan yang identik dengan perayaan Lebaran? Bagaimana asal-usul ketupat? Berdasarkan catatan sejarah yang ada, ketupat sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Bahkan, ketupat disebut sudah dibuat pada era Kerajaan Demak.

Dalam buku Malay Annual karangan ahli sejarah asal Belanda Hermanus Johannes de Graaf, dituliskan bahwa ketupat pertama kali muncul di daerah Jawa, tepatnya pada abad ke-15 yakni pada masa kepemimpinan Kerajaan Demak. Saat itu, bentuk ketupat juga mirip dengan apa yang dikenal sekarang. Ketupat berasal dari beras yang dibungkus anyaman daun kelapa. Setelah matang, tekstur ketupat menjadi beras padat yang kenyal.
 

Ilustrasi ketupat dan berbagai hidangan lauk lainnya. (Sumber gambar: Wikimedia Commons)

Ilustrasi ketupat dan berbagai hidangan lauk lainnya. (Sumber gambar: Wikimedia Commons)

Ketupat kemudian diperkenalkan kepada masyarakat umum oleh Sunan Kalijaga, salah satu dari sembilan wali Islam Jawa, saat menyebarkan agama Islam di Tanah Air. Sunan Kalijaga bernama asli Raden Mas Sahid. Dia lahir di Kadilangu, Demak pada tahun 1450 Masehi dan meninggal di Kadilangu pada tahun 1546 Masehi. Sunan Kalijaga dikenal sebagai wali yang kerap menggunakan pendekatan budaya dalam berdakwah. Dalam syiarnya, dia kerap memadukan unsur-unsur kebudayaan Jawa dengan ajaran Islam untuk menarik simpati masyarakat.

Salah satu cara Sunan Kalijaga dalam berdakwah adalah dengan memperkenalkan ketupat sebagai hidangan lebaran. Saat itu, mayoritas penduduk di Jawa masih memeluk agama kepercayaan atau dikenal juga dengan nama Kejawen. Ketupat merupakan simbol yang sudah dikenal masyarakat sebagai lambang kesucian dan kesederhanaan.

Sunan Kalijaga kemudian memberikan makna baru kepada ketupat sebagai lambang pengakuan kesalahan, pemberian ampun, pemberian sedekah, peleburan dosa, dan penyucian diri. Selain itu, ketupat juga dijadikan sebagai media silaturahmi dan solidaritas sosial antara sesama Muslim.

Menukil dari situs Indonesia Travel, sebagai cara untuk mengasimilasi budaya Islam dengan budaya lokal supaya lebih bisa diterima masyarakat, Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai lambang Idulfitri bersamaan saat beliau memperkenalkan istilah ba’da di Pulau Jawa.

Ba’da tersebut terbagi menjadi dua, yaitu ba’da Lebaran dan ba’da Kupat. Ba’da Lebaran merupakan prosesi salat Idulfitri yang dilanjutkan dengan tradisi saling mengunjungi tetangga dan keluarga untuk menjaga silaturahmi. Sedangkan Ba’da Kupat merupakan tradisi membuat ketupat dan membagikannya kepada tetangga dan keluarga seminggu setelah Idulfitri.

Seiring berlangsungnya tradisi tersebut, Islam mulai diterima oleh masyarakat Jawa. Ketupat pun akhirnya melekat menjadi hidangan ikonik pada perayaan Islam, seperti Hari Raya Idulfitri. Ketupat biasanya disajikan dengan opor ayam, sambal goreng ati, sayur labu siam, dan kerupuk. Ketupat juga memiliki variasi daerah, seperti ketupat padang, ketupat betawi, ketupat palas, ketupat lontong, dan lain-lain. 

Baca juga: Libur Lebaran Tiba! Cek Daftar Promo Tiket Tempat Wisata di Berbagai Daerah Indonesia

Editor : Puput Ady Sukarno

SEBELUMNYA

Babe Cabiita Sempat Ungkap Persiapan Menghadapi Ajal & Ajak Pola Hidup Sehat

BERIKUTNYA

Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan Selama Libur Lebaran 2024, Simak Ketentuannya!

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: