Waspadai Sarkoma, Kanker Langka yang Sulit Terdeteksi
23 March 2024 |
10:00 WIB
Mungkin selama ini masyarakat masih jarang mendengar mengenai kanker sarkoma. Namun belakangan, kanker jenis ini mulai ramai diperbincangkan sejak artis cantik Indonesia, Alice Norin, mengumumkan jika dirinya menderita kanker sarkoma yang muncul di organ rahimnya.
Alice Norin membagikan kabar tersebut di akun Instagram pribadinya. Artis berusia 36 tahun tersebut mengaku sering merasakan sakit pada perut di bagian bawah, dan akhirnya didiagnosis menderita kanker sarkoma pada Desember 2023.
Baca juga: Kenali Penyebab & Gejala Kanker Sarkoma, Penyakit yang Diidap Alice Norin
Setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit di Indonesia dan Singapura, Alice Norin akhirnya memutuskan untuk melakukan operasi demi menyembuhkan penyakitnya.
Dr Richard Quek, Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Centre mengatakan bahwa sarkoma merupakan bentuk kanker langka yang menyerang tulang, jaringan ikat tubuh, dan area seperti pembuluh darah, otot, saraf, dan lemak.
"Ini adalah penyakit yang kompleks dan beragam, dengan banyak subtipe yang berbeda," ujarnya.
Sarkoma merupakan tumor kanker yang muncul dari jaringan lunak tubuh, seperti sel otot dan lemak, pembuluh darah dan jaringan ikat fibrosa. Sel-sel tersebut semuanya bisa berubah menjadi kanker, misalnya sel-sel lemak bisa berubah menjadi Liposarkoma.
Kemudian sel otot bisa menjadi Leiomyosarcoma, tumor pada tulang bisa menjadi Osteosarkoma, sedangkan di rahim bisa menjadi sarcoma uterus.
Sarkoma sendiri berkembang dari jaringan mesodermal (sistem musculoskeletal, sistem kardiovaskular serta jaringan ikat), berbeda dengan sebagian besar kanker lainnya yang berkembang dari jaringan epidermis (lapisan kulit terluar pada tubuh).
Menurut Dr. Richard Quek, sarkoma merupakan salah satu bentuk kanker yang paling langka yang menyerang sekitar 5 per 100.000 populasi. Saat ini, sarkoma hanya 1?ri diagnosis kanker pada orang dewasa dan sekitar 15 persen diagnosis kanker pada masa kanak-kanak di Amerika Serikat.
Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 12.000 kasus sarkoma jaringan lunak dan 3.000 kasus sarkoma tulang yang didiagnosis setiap tahunnya. Adapun untuk sarkoma di rahim, kasusnya ada di angka 3 persen per tahun.
“Jika kita membicarakan mengenai sarkoma rahim. Penyakit ini sebetulnya sangat khusus, kemudian jika kita membicarakan kanker yang umum muncul pada rahim itu adalah karcinoma uterus atau karsinoma rahim, sehingga untuk penyakit sarkoma yang terjadi pada rahim itu sangat langka, angkanya sekitar 3 persen per tahun,” jelasnya.
Biasanya yang dirasakan oleh perempuan yang menderita kanker sarkoma adalah adanya pendarahan pasca-menopause atau pendarahan rahim yang tidak normal.
Selain itu, gejala lainnya yang dirasakan adalah perut terasa penuh, adanya gangguan berkemih atau berkencing karena adanya penekanan dari sarcoma ke kantong saluran kencing.
"Tetapi kanker sarkoma rahim ini juga bisa tidak ada gejala dan hanya ditemukan secara tidak sengaja,” terangnya.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, sarkoma merupakan penyakit yang beragam dan heterogen serta memiliki beberapa etiologic atau akar penyebab. Setidaknya terdapat sekitar 70 penyakit dengan subtype yang masing-masing memiliki presentasi klinis yang berbeda, susunan genetik, dan lokasi perkembangan dan strategi pengobatan tumor yang berbeda.
Menurutnya, risiko seseorang terkena kanker bergantung pada banyak hal, antara lain usia, genetika, gaya hidup, dan faktor lingkungan.
Sebagian besar subtipe sarkoma tidak diketahui penyebabnya. Namun, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini.
Adapun, tanda dan gejala kanker sarkoma bervariasi serta bergantung pada subtipe dan tempat kejadiannya:
“Sarkoma itu biasanya tumbuh dengan perlahan dan dia tidak menyebar, jadi hanya bertumbuh di satu tempat saja,” jelas Dr Richard Quek.
Maka, sambungnya, untuk mendeteksi dini kanker sarkoma adalah ketika merasakan adanya benjolan di tubuh yang terus bertumbuh dan menyebabkan rasa tidak nyaman maka harus segera diperiksa jangan berasumsi bahwa itu hanya lipoma atau sel tumor lemak.
Akibat sarkoma jarang terjadi dan heterogen, pengobatannya sangat sulit. Umumnya, pengobatan akan mempertimbangkan subtipe sarkoma tertentu, karakteristik tumor (yaitu lokasi, tingkat dan ukuran), dan usia pasien serta kesehatan secara umum.
Menurutnya, setiap subtipe yang berbeda mempunyai karakteristik uniknya sendiri, respons pengobatan, dan hasil klinisnya. Karena itulah, rencana perawatan yang dipersonalisasi dan disesuaikan untuk setiap pasien individu dan penyakit dapat menawarkan hasil yang lebih baik secara keseluruhan untuk pasien.
Dokter mungkin menyarankan pilihan pengobatan khusus seperti pembedahan untuk mengangkat tumor serta jaringan sehat di sekitarnya. Terapi radiasi dan kemoterapi disarankan untuk membunuh sel kanker. Sarkoma yang sensitif terhadap kemoterapi termasuk sarkoma Ewing dan rhabdomyosarcoma. Ada pula opsi terapi target, di mana obat atau antibodi buatan menghambat pertumbuhan sel sarkoma.
Baca juga: Rekomendasi Pengobatan Kanker Sarkoma yang Menyerang Jaringan Ikat
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Alice Norin membagikan kabar tersebut di akun Instagram pribadinya. Artis berusia 36 tahun tersebut mengaku sering merasakan sakit pada perut di bagian bawah, dan akhirnya didiagnosis menderita kanker sarkoma pada Desember 2023.
Baca juga: Kenali Penyebab & Gejala Kanker Sarkoma, Penyakit yang Diidap Alice Norin
Setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit di Indonesia dan Singapura, Alice Norin akhirnya memutuskan untuk melakukan operasi demi menyembuhkan penyakitnya.
Dr Richard Quek, Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Centre mengatakan bahwa sarkoma merupakan bentuk kanker langka yang menyerang tulang, jaringan ikat tubuh, dan area seperti pembuluh darah, otot, saraf, dan lemak.
"Ini adalah penyakit yang kompleks dan beragam, dengan banyak subtipe yang berbeda," ujarnya.
Sarkoma merupakan tumor kanker yang muncul dari jaringan lunak tubuh, seperti sel otot dan lemak, pembuluh darah dan jaringan ikat fibrosa. Sel-sel tersebut semuanya bisa berubah menjadi kanker, misalnya sel-sel lemak bisa berubah menjadi Liposarkoma.
Kemudian sel otot bisa menjadi Leiomyosarcoma, tumor pada tulang bisa menjadi Osteosarkoma, sedangkan di rahim bisa menjadi sarcoma uterus.
Sarkoma sendiri berkembang dari jaringan mesodermal (sistem musculoskeletal, sistem kardiovaskular serta jaringan ikat), berbeda dengan sebagian besar kanker lainnya yang berkembang dari jaringan epidermis (lapisan kulit terluar pada tubuh).
Dr Richard Quek, Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Centre (sumber : PCC)
Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 12.000 kasus sarkoma jaringan lunak dan 3.000 kasus sarkoma tulang yang didiagnosis setiap tahunnya. Adapun untuk sarkoma di rahim, kasusnya ada di angka 3 persen per tahun.
“Jika kita membicarakan mengenai sarkoma rahim. Penyakit ini sebetulnya sangat khusus, kemudian jika kita membicarakan kanker yang umum muncul pada rahim itu adalah karcinoma uterus atau karsinoma rahim, sehingga untuk penyakit sarkoma yang terjadi pada rahim itu sangat langka, angkanya sekitar 3 persen per tahun,” jelasnya.
Biasanya yang dirasakan oleh perempuan yang menderita kanker sarkoma adalah adanya pendarahan pasca-menopause atau pendarahan rahim yang tidak normal.
Selain itu, gejala lainnya yang dirasakan adalah perut terasa penuh, adanya gangguan berkemih atau berkencing karena adanya penekanan dari sarcoma ke kantong saluran kencing.
"Tetapi kanker sarkoma rahim ini juga bisa tidak ada gejala dan hanya ditemukan secara tidak sengaja,” terangnya.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, sarkoma merupakan penyakit yang beragam dan heterogen serta memiliki beberapa etiologic atau akar penyebab. Setidaknya terdapat sekitar 70 penyakit dengan subtype yang masing-masing memiliki presentasi klinis yang berbeda, susunan genetik, dan lokasi perkembangan dan strategi pengobatan tumor yang berbeda.
Menurutnya, risiko seseorang terkena kanker bergantung pada banyak hal, antara lain usia, genetika, gaya hidup, dan faktor lingkungan.
Sebagian besar subtipe sarkoma tidak diketahui penyebabnya. Namun, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini.
Faktor risiko umum untuk sarkoma meliputi:
- Paparan bahan kimia: Paparan bahan kimia penyebab kanker dan zat berbahaya lainnya seperti monomer vinil klorida, dioksin, atau arsenic.
- Paparan virus: Paparan terhadap virus tertentu seperti Human Herpesvirus 8 (HHV8), juga disebut Kaposi Sarcoma Herpesvirus (KSHV), dapat menyebabkan berkembangnya subtipe sarkoma yang dikenal sebagai sarkoma Kaposi pada individu dengan kekebalan rendah.
- Paparan radiasi: Paparan radiasi, biasanya setelah perawatan radiasi untuk kanker lain, dapat meningkatkan risiko sarkoma terkait radiasi pada seseorang.
- Kelainan genetik: Penyakit yang diturunkan secara genetik seperti sindrom Li-Fraumeni, neurofibromatosis tipe 1, dan poliposis adenomatosa familial, dapat meningkatkan risiko sarkoma pada seseorang.
- Pembengkakan jangka panjang: Limfedema, pembengkakan yang terus-menerus, atau sistem limfatik yang tersumbat atau sakit, dapat meningkatkan risiko seseorang terkena subtipe sarkoma yang disebut limfangiosarkoma.
Adapun, tanda dan gejala kanker sarkoma bervariasi serta bergantung pada subtipe dan tempat kejadiannya:
Sarkoma jaringan lunak:
- Benjolan dan benjolan yang tidak menimbulkan rasa sakit
- Sakit perut yang terus-menerus
- Tinja berwarna hitam
- Darah pada tinja atau muntahan
- Lesi kulit
- Pembengkakan terus-menerus
Sarkoma tulang:
- Nyeri tulang yang terus-menerus, terutama pada malam hari
- Pembengkakan tulang
- Patah tulang akibat trauma minimal atau tanpa sebab yang jelas
- Benjolan disertai nyeri dan bengkak pada stadium lanjut
- Mobilitas terbatas
- Sensasi mati rasa, kesemutan atau kelemahan (dalam kasus kanker tulang belakang)
“Sarkoma itu biasanya tumbuh dengan perlahan dan dia tidak menyebar, jadi hanya bertumbuh di satu tempat saja,” jelas Dr Richard Quek.
Maka, sambungnya, untuk mendeteksi dini kanker sarkoma adalah ketika merasakan adanya benjolan di tubuh yang terus bertumbuh dan menyebabkan rasa tidak nyaman maka harus segera diperiksa jangan berasumsi bahwa itu hanya lipoma atau sel tumor lemak.
Akibat sarkoma jarang terjadi dan heterogen, pengobatannya sangat sulit. Umumnya, pengobatan akan mempertimbangkan subtipe sarkoma tertentu, karakteristik tumor (yaitu lokasi, tingkat dan ukuran), dan usia pasien serta kesehatan secara umum.
Menurutnya, setiap subtipe yang berbeda mempunyai karakteristik uniknya sendiri, respons pengobatan, dan hasil klinisnya. Karena itulah, rencana perawatan yang dipersonalisasi dan disesuaikan untuk setiap pasien individu dan penyakit dapat menawarkan hasil yang lebih baik secara keseluruhan untuk pasien.
Dokter mungkin menyarankan pilihan pengobatan khusus seperti pembedahan untuk mengangkat tumor serta jaringan sehat di sekitarnya. Terapi radiasi dan kemoterapi disarankan untuk membunuh sel kanker. Sarkoma yang sensitif terhadap kemoterapi termasuk sarkoma Ewing dan rhabdomyosarcoma. Ada pula opsi terapi target, di mana obat atau antibodi buatan menghambat pertumbuhan sel sarkoma.
Baca juga: Rekomendasi Pengobatan Kanker Sarkoma yang Menyerang Jaringan Ikat
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.