Ilustrasi pencinta film (Dok. Mason Kimbarovsky dari Unsplash)

Letterboxd, Tempatnya Pencinta Film Berjejaring & Ulasan Karya

18 August 2021   |   12:41 WIB

Budaya menonton terus berubah. Tak hanya mulai terbiasa menonton lewat layanan streaming lewat handphone, kita juga makin terbiasa membicarakan film lewat media sosial. Ketika pandemi menerpa, dan kita tak bisa ke bioskop, percakapan setelah menonton pun nyaris terpusat sepenuhnya di media sosial dan platform digital.

Di antara begitu banyak media sosial, Letterboxd menjadi sorotan utama dalam hal ini. Letterboxd adalah media sosial yang fokus pada obrolan mengenai film. Dibuat oleh Matthew Buchanan dan Karl von Randow pada 2011, Letterboxd memungkinkan seseorang untuk saling berteman sekaligus berbagi penilaian serta pendapat soal film.

Meski sudah 10 tahun eksis, Letterboxd bisa dibilang baru benar-benar menjadi tren ketika pandemi. Hal ini disebabkan karena pengalaman menonton kian personal dan tidak terikat dengan waktu. Semenjak bioskop tutup, dan film lebih banyak diakses secara streaming, film-film lama jadi tak kalah ramainya untuk dibicarakan.

Berkat Letterboxd, film yang dirilis puluhan tahun lalu, misalnya, tetap akan menarik untuk dibicarakan hari ini. Itulah mengapa kemudian kritikus film Scott Tobias menyebut Letterboxd sebagai masa depan percakapan film dalam artikelnya yang berjudul The Future of Film Talk Is Letterboxd.

Tobias juga menyebut bahwa Letterboxd lebih diminati ketimbang Rotten Tomatoes dan Metacritic, karena berisikan sumber penilaian yang bisa dipilah hanya dari orang-orang tertentu. Dengan demikian, jika kurang yakin dengan rating rata-rata, kita dapat melihat penilaian dari orang-orang yang memiliki kecocokan selera dengan kita.

“Letterboxd tentu bukan sumber terpercaya untuk kritik. Namun, sebagai gambaran singkat akan film apa yang bisa kamu tonton atau hindari, Letterboxd sangatlah personal dan membantu,” tulis Scott Tobias di The Ringer.

Dalam berjejaring, Letterboxd juga memiliki peran yang unik. Letterboxd memangkas waktu yang biasa dibutuhkan untuk membicarakan film.

Kita tidak perlu lagi bertanya apakah seseorang sudah menonton film tertentu, dan bagaimana pendapatnya soal film tersebut; kita hanya perlu membuka halaman Letterboxd-nya.

Dengan membuka Letterboxd seseorang, kita dapat melihat film-film apa saja yang seseorang sudah tonton, berapa nilai yang ia berikan, dan apa pendapatnya. Selain itu, kita juga bisa mengetahui daftar film (semacam playlist) dan film yang ingin ditonton orang tersebut. 

Dengan informasi selengkap itu, pertanyaan “akun Letterboxd-mu apa?” pun kini menjadi pertanyaan sapu jagat yang langsung membuat kita mengetahui selera film orang lain. Tak jarang, pertanyaan ini juga yang memantik seseorang untuk membuat akun Letterboxd.

Mega Fadilla pemilik podcast FilmExpress, misalnya, menyebut sebelumnya ia tidak mengetahui apa itu Letterboxd, sampai kemudian ia bergabung di grup penggemar film, dan seseorang bertanya apa akun Letterboxd-nya.

“Aku googling, ternyata Letterboxd itu social media yang dikhususkan untuk nge-review film. Ya udah, bikin deh akhirnya,” ucapnya kepada Hypeabis.id melalui pesan singkat.


Tak hanya itu, bagi sebagian orang yang gemar mengulas film, Letterboxd juga bisa menjadi platform untuk berlatih menulis. Beberapa ulasan di Letterboxd bahkan dianggap lebih mengena ketimbang ulasan-ulasan di media pada umumnya. 

Saking uniknya berbagai review film di Letterboxd, Rachael Krishna dalam tulisannya di BuzzFeed News bahkan menyebutnya sebagai ulasan film yang kita butuhkan hari ini. Dengan gaya tulis yang tidak mengacu pada aturan baku apa pun, para pengguna Letterboxd dapat mengkritik secara lebih luwes dan jauh lebih mengena daripada tulisan kritikus di media ternama.
 
Letterboxd jelas memudahkan banyak orang untuk berjejaring dan mengarungi ratusan ribu pilihan film di depan mata. Ketika ada film yang dibilang bagus, kita kini dapat mengecek lebih dulu dengan melihat penilaian orang-orang yang kita percaya.

Meski demikian, bukan berarti juga Letterboxd membuat seseorang hanya menonton film yang itu-itu saja. Justru sebaliknya, dengan terpapar oleh banyaknya review dan film dari orang yang diikuti, cakrawala tontonan seseorang bisa meluas.

Hal ini terjadi pada Mega, yang mengatakan bahwa Letterboxd membuatnya menonton dan mengenal banyak film baru. Di Letterboxd itulah ia mengaku melihat nama-nama pembuat film berpengaruh, seperti Ingmar Bergman, Edward Yang, Andrei Tarkovsky, dan lain-lain.

“Kalau aku enggak kecemplung ke Letterboxd mungkin sampai hari ini aku enggak tahu nama-nama itu,” ucapnya. 

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Yuk Bikin Tahu Bakso Kekinian ala Devina Hermawan

BERIKUTNYA

Ruang Penyimpanan Gmail Kalian Cepat Penuh? Ini Solusinya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: