Simak Tip Puasa yang Ramah Bagi Penderita Gangguan Lambung
19 March 2024 |
19:15 WIB
Bulan puasa kerap menjadi momok bagi pasien yang menderita gangguan lambung. Padahal, puasa memiliki segudang manfaat bagi kesehatan termasuk bagi penderita asam lambung atau masalah pencernaan yang mana asam lambung atau empedu mengiritasi lapisan dalam saluran pencernaan (GERD).
Sebuah penelitian yang dirilis dalam The Indonesian Journal of Internal Medicine mengungkap hasil bahwa pengidap GERD justru merasakan keluhan yang lebih ringan selama berpuasa. Dijelaskan bahwa pola makan yang berubah selama berpuasa menjadi salah satu kunci penentu meredanya gejala pada penderita GERD.
Baca juga: Penderita GERD Jangan Takut Puasa Ramadan! Ikuti Kiat Aman Ini
Meski demikian, stigma mengenai puasa dapat mengganggu penderita GERD masih banyak menyebar. Sebetulnya, puasa tetap bisa dilakukan bagi penderita asam lambung asalkan memerhatikan beberapa poin.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSPI Sulianti Saroso Elisabeth Sipayung mengatakan, ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian bagi penderita gangguan lambung. Pertama, orang dengan gangguan lambung disarankan mempersiapkan mental dan niat setidaknya sepekan sebelum puasa dimulai.
Menurutnya, kekhawatiran tidak bisa menjalankan puasa bag pasien GERD justru bisa mendorong stres yang memperparah gejala asam lambung. Sebab, faktor stres juga menjadi salah satu hal yang mendorong gejala asam lambung makin parah.
Elisabeth menyarankan, penderita GERD memang sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan puasa. Kemudian, manajemen stok obat-obatan terkait gangguan lambung juga perlu dipersiapkan untuk kondisi darurat.
Namun di luar itu semua, faktor paling penting agar puasa terasa nyaman bagi penderita GERD adalah mengatur pola makan dan memperhatikan asupan saat sahur dan berbuka.
Saat waktu sahur dan buka, disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan yang menyebabkan asam lambung naik. Konsumsi jenis buah dan sayur lebih dianjurkan ketimbang jenis daging dan makanan berlemak. “Harus menghindari konsumsi makanan yang asam, pedas, dan berlemak utamanya saat sahur,” tegasnya.
Dia menjelaskan bahwa sahur merupakan makan pertama yang akan menjaga asupan dan energi selama berpuasa. Selain memenuhi asupan serat, dia menyarankan untuk tidak melupakan asupan lainnya seperti karbohidrat, lemak, dan protein.
Dalam memenuhi kebutuhan gizi makro tersebut, penderita GERD harus memerhatikan cara pengelolaan makanan. Direkomendasikan untuk mengonsumsi jenis makanan yang dimasak dengan cara dikukus, direbus, atau dibakar dan menghindari jenis makanan yang dimasak dengan cara digoreng.
“Pola makan yang berlemak tinggi seperti gorengan, santan, dan susu itu akan memperberat kerja lambung dan memperlama kekosongan lambung sehingga asam lambung bisa naik di tengah berpuasa,” katanya.
Bukan hanya memerhatikan jenis makanan dan cara mengelolanya saja, tidur setelah makan menjadi salah satu masalah yang kerap memicu asam lambung. Tidur setelah kegiatan sahur dapat membuat pencernaan terganggu.
Elisabeth menyarankan untuk tidak tidur setelah makan. Sebaiknya, penderita GERD tetap melakukan aktivitas ringan setelah waktu sahur selesai. Misalnya, melanjutkan dengan aktivitas membersihkan rumah atau bersiap-siap untuk aktivitas kerja, sekolah, atau kuliah.
Tidur setelah aktivitas sahur dapat mengakibatkan makanan kembali naik dan mengiritasi kerongkongan yang akan menyebabkan terganggunya aktivitas puasa. Terganggunya kondisi lambung tentu akan meninggikan risiko batalnya puasa.
Pada kondisi tertentu, kambuhnya GERD membuat penderita dihadapkan dengan situasi untuk membatalkan puasa. Elisabeth menjelaskan bahwa melanjutkan atau membatalkan puasa bagi penderita GERD dapat disesuaikan tergantung dengan kondisi penderita.
Baca juga: Tip Mengatasi Masalah Gerd: Kunyah Permen Karet hingga Konsumsi Madu
Jika penderita GERD sudah sampai pada gejala berat seperti muntah dan nyeri hebat di bagian perut dna tidak memungkinkan untuk diteruskan, maka penderita GERD boleh membatalkan puasa demi alasan kesehatan.
Namun apabila penderita GERD dapat menenangkan diri dan mengelola stress saat GERD kambuh, maka puasa tetap bisa dilanjutkan.
Editor: Fajar Sidik
Sebuah penelitian yang dirilis dalam The Indonesian Journal of Internal Medicine mengungkap hasil bahwa pengidap GERD justru merasakan keluhan yang lebih ringan selama berpuasa. Dijelaskan bahwa pola makan yang berubah selama berpuasa menjadi salah satu kunci penentu meredanya gejala pada penderita GERD.
Baca juga: Penderita GERD Jangan Takut Puasa Ramadan! Ikuti Kiat Aman Ini
Meski demikian, stigma mengenai puasa dapat mengganggu penderita GERD masih banyak menyebar. Sebetulnya, puasa tetap bisa dilakukan bagi penderita asam lambung asalkan memerhatikan beberapa poin.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSPI Sulianti Saroso Elisabeth Sipayung mengatakan, ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian bagi penderita gangguan lambung. Pertama, orang dengan gangguan lambung disarankan mempersiapkan mental dan niat setidaknya sepekan sebelum puasa dimulai.
Menurutnya, kekhawatiran tidak bisa menjalankan puasa bag pasien GERD justru bisa mendorong stres yang memperparah gejala asam lambung. Sebab, faktor stres juga menjadi salah satu hal yang mendorong gejala asam lambung makin parah.
Elisabeth menyarankan, penderita GERD memang sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan puasa. Kemudian, manajemen stok obat-obatan terkait gangguan lambung juga perlu dipersiapkan untuk kondisi darurat.
Namun di luar itu semua, faktor paling penting agar puasa terasa nyaman bagi penderita GERD adalah mengatur pola makan dan memperhatikan asupan saat sahur dan berbuka.
Saat waktu sahur dan buka, disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan yang menyebabkan asam lambung naik. Konsumsi jenis buah dan sayur lebih dianjurkan ketimbang jenis daging dan makanan berlemak. “Harus menghindari konsumsi makanan yang asam, pedas, dan berlemak utamanya saat sahur,” tegasnya.
Dia menjelaskan bahwa sahur merupakan makan pertama yang akan menjaga asupan dan energi selama berpuasa. Selain memenuhi asupan serat, dia menyarankan untuk tidak melupakan asupan lainnya seperti karbohidrat, lemak, dan protein.
Dalam memenuhi kebutuhan gizi makro tersebut, penderita GERD harus memerhatikan cara pengelolaan makanan. Direkomendasikan untuk mengonsumsi jenis makanan yang dimasak dengan cara dikukus, direbus, atau dibakar dan menghindari jenis makanan yang dimasak dengan cara digoreng.
“Pola makan yang berlemak tinggi seperti gorengan, santan, dan susu itu akan memperberat kerja lambung dan memperlama kekosongan lambung sehingga asam lambung bisa naik di tengah berpuasa,” katanya.
Bukan hanya memerhatikan jenis makanan dan cara mengelolanya saja, tidur setelah makan menjadi salah satu masalah yang kerap memicu asam lambung. Tidur setelah kegiatan sahur dapat membuat pencernaan terganggu.
Elisabeth menyarankan untuk tidak tidur setelah makan. Sebaiknya, penderita GERD tetap melakukan aktivitas ringan setelah waktu sahur selesai. Misalnya, melanjutkan dengan aktivitas membersihkan rumah atau bersiap-siap untuk aktivitas kerja, sekolah, atau kuliah.
Tidur setelah aktivitas sahur dapat mengakibatkan makanan kembali naik dan mengiritasi kerongkongan yang akan menyebabkan terganggunya aktivitas puasa. Terganggunya kondisi lambung tentu akan meninggikan risiko batalnya puasa.
Pada kondisi tertentu, kambuhnya GERD membuat penderita dihadapkan dengan situasi untuk membatalkan puasa. Elisabeth menjelaskan bahwa melanjutkan atau membatalkan puasa bagi penderita GERD dapat disesuaikan tergantung dengan kondisi penderita.
Baca juga: Tip Mengatasi Masalah Gerd: Kunyah Permen Karet hingga Konsumsi Madu
Jika penderita GERD sudah sampai pada gejala berat seperti muntah dan nyeri hebat di bagian perut dna tidak memungkinkan untuk diteruskan, maka penderita GERD boleh membatalkan puasa demi alasan kesehatan.
Namun apabila penderita GERD dapat menenangkan diri dan mengelola stress saat GERD kambuh, maka puasa tetap bisa dilanjutkan.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.