Penderita GERD Jangan Takut Puasa Ramadan! Ikuti Kiat Aman Ini
14 March 2024 |
10:02 WIB
Penderita gastroesophageal reflux disease (GERD) kerap khawatir untuk menjalani ibadah puasa Ramadan. Mereka takut serangan penyakit refluks asam lambung ini tiba-tiba timbul dan menimbulkan ketidaknyamanan seperti rasa pahit di mulut, dada terasa panas, nyeri ulu hati, nyeri dada, gangguan pernapasan, mual, hingga akhirnya muntah.
Kendati demikian, GERD seharusnya tidak menjadi alasan untuk tidak berpuasa. Dr. Lianda Siregar, Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Gastroenterologi Hepatologi dari RS Pondok Indah – Puri Indah, mengatakan justru dengan berpuasa, pasien GERD mengalami penurunan gejala klinis.
Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Radhiyatam M, dkk dengan tajuk The Effects of Ramadhan Fasting on Clinical Symptoms in Patients with Gastroesophageal Reflux Disease pada 2016. Penelitian itu melibatkan 130 penderita GERD yang dibagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok penderita GERD yang berpuasa Ramadan dan kelompok GERD yang tidak berpuasa Ramadan.
Lianda menjelaskan GERD merupakan gangguan pencernaan di mana cairan asam lambung naik dari lambung ke kerongkongan dan mengiritasi lapisan bagian dalam saluran pencernaan tersebut. Ada beberapa alasan terkait membaiknya keluhan GERD ketika menjalani puasa Ramadan, salah satunya adalah karena pola makan menjadi teratur, yaitu hanya pada saat sahur dan berbuka.
Baca juga: 6 Cara Nyaman Berpuasa Bagi Penderita GERD dan Mag
Selain itu, asupan camilan-camilan tidak sehat yang biasanya dikonsumsi pada siang hari pun berkurang, sama halnya dengan terhentinya kebiasaan merokok saat berpuasa. “Pada bulan Ramadan, umat Muslim juga dianjurkan untuk menjaga emosi dan mengendalikan diri, sehingga dapat mengelola stres lebih baik,” ujarnya dikutip Hypeabis.id, Kamis (14/3/2024).
Buat penderita GERD yang ingin berpuasa, Linda menyebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Paling utama, jangan pernah melewatkan sahur. Sahur katanya akan memberikan tenaga yang dibutuhkan ketika berpuasa.
Saat sahut atau berbuka, hindari makanan dan minuman yang memicu naiknya asam lambung. Pilih makanan yang aman untuk lambung, seperti karbohidrat, produk olahan dari biji-bijian, buah-buahan, sayuran yang tinggi serat, serta protein nabati dan hewani.
“Hindari makanan tinggi lemak, pedas, ataupun asam. Hindari pula makanan dan minuman yang mengandung kafein, seperti kopi, cokelat, dan teh pekat,” tuturnya.
Linda juga mengimbau jangan menunda berbuka puasa. Pasalnya, berbuka puasa adalah waktu untuk memulihkan energi dan mengisi kembali semua nutrisi dan vitamin yang telah hilang sepanjang hari atau yang tidak diperoleh selama sahur.
Kemudian, saat sahur dan berbuka puasa, konsumsi makanan secara perlahan, mulai dari makanan yang lembut. Pertimbangkan pula teknik memasak makanan yang lebih sehat misalnya dengan kukus, panggang, bakar, rebus, menumis dengan sedikit minyak, atau menggoreng menggunakan air fryer.
Jangan kalap! Biasakan makan secukupnya saat sahur dan berbuka. Lianda menyampaikan, makan terlalu banyak dalam satu waktu dapat membuat lambung bekerja lebih keras.
Setelah makan, hindari langsung berbaring. Beri jeda kurang lebih 3 jam setelah waktu makan untuk tidur demi mencegah terjadinya gejala refluks. “Dengan demikian, penderita GERD tidak disarankan tidur kembali setelah sahur,” tegas Linda.
Terakhir, kelola stres dengan baik. Stres merupakan salah satu faktor risiko pemicu GERD. Oleh karena itu, beristirahatlah dengan cukup selama berpuasa dan lakukan teknik-teknik relaksasi jika diperlukan.
Linda menambahkan untuk tidak lupa berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis penyakit dalam subspesialis gastroenterologi hepatologi sebelum penderita GERD memutuskan untuk berpuasa. Biasanya, dokter akan meresepkan beberapa jenis obat-obatan dan menginformasikan kapan harus mengonsumsi obat tersebut untuk menghindari serangan GERD.
Baca juga: Tip Mengatasi Masalah Gerd: Kunyah Permen Karet hingga Konsumsi Madu
Editor: Puput Ady Sukarno
Kendati demikian, GERD seharusnya tidak menjadi alasan untuk tidak berpuasa. Dr. Lianda Siregar, Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Gastroenterologi Hepatologi dari RS Pondok Indah – Puri Indah, mengatakan justru dengan berpuasa, pasien GERD mengalami penurunan gejala klinis.
Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Radhiyatam M, dkk dengan tajuk The Effects of Ramadhan Fasting on Clinical Symptoms in Patients with Gastroesophageal Reflux Disease pada 2016. Penelitian itu melibatkan 130 penderita GERD yang dibagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok penderita GERD yang berpuasa Ramadan dan kelompok GERD yang tidak berpuasa Ramadan.
Lianda menjelaskan GERD merupakan gangguan pencernaan di mana cairan asam lambung naik dari lambung ke kerongkongan dan mengiritasi lapisan bagian dalam saluran pencernaan tersebut. Ada beberapa alasan terkait membaiknya keluhan GERD ketika menjalani puasa Ramadan, salah satunya adalah karena pola makan menjadi teratur, yaitu hanya pada saat sahur dan berbuka.
Baca juga: 6 Cara Nyaman Berpuasa Bagi Penderita GERD dan Mag
Selain itu, asupan camilan-camilan tidak sehat yang biasanya dikonsumsi pada siang hari pun berkurang, sama halnya dengan terhentinya kebiasaan merokok saat berpuasa. “Pada bulan Ramadan, umat Muslim juga dianjurkan untuk menjaga emosi dan mengendalikan diri, sehingga dapat mengelola stres lebih baik,” ujarnya dikutip Hypeabis.id, Kamis (14/3/2024).
Buat penderita GERD yang ingin berpuasa, Linda menyebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Paling utama, jangan pernah melewatkan sahur. Sahur katanya akan memberikan tenaga yang dibutuhkan ketika berpuasa.
Saat sahut atau berbuka, hindari makanan dan minuman yang memicu naiknya asam lambung. Pilih makanan yang aman untuk lambung, seperti karbohidrat, produk olahan dari biji-bijian, buah-buahan, sayuran yang tinggi serat, serta protein nabati dan hewani.
“Hindari makanan tinggi lemak, pedas, ataupun asam. Hindari pula makanan dan minuman yang mengandung kafein, seperti kopi, cokelat, dan teh pekat,” tuturnya.
Linda juga mengimbau jangan menunda berbuka puasa. Pasalnya, berbuka puasa adalah waktu untuk memulihkan energi dan mengisi kembali semua nutrisi dan vitamin yang telah hilang sepanjang hari atau yang tidak diperoleh selama sahur.
Kemudian, saat sahur dan berbuka puasa, konsumsi makanan secara perlahan, mulai dari makanan yang lembut. Pertimbangkan pula teknik memasak makanan yang lebih sehat misalnya dengan kukus, panggang, bakar, rebus, menumis dengan sedikit minyak, atau menggoreng menggunakan air fryer.
Jangan kalap! Biasakan makan secukupnya saat sahur dan berbuka. Lianda menyampaikan, makan terlalu banyak dalam satu waktu dapat membuat lambung bekerja lebih keras.
Setelah makan, hindari langsung berbaring. Beri jeda kurang lebih 3 jam setelah waktu makan untuk tidur demi mencegah terjadinya gejala refluks. “Dengan demikian, penderita GERD tidak disarankan tidur kembali setelah sahur,” tegas Linda.
Terakhir, kelola stres dengan baik. Stres merupakan salah satu faktor risiko pemicu GERD. Oleh karena itu, beristirahatlah dengan cukup selama berpuasa dan lakukan teknik-teknik relaksasi jika diperlukan.
Linda menambahkan untuk tidak lupa berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis penyakit dalam subspesialis gastroenterologi hepatologi sebelum penderita GERD memutuskan untuk berpuasa. Biasanya, dokter akan meresepkan beberapa jenis obat-obatan dan menginformasikan kapan harus mengonsumsi obat tersebut untuk menghindari serangan GERD.
Baca juga: Tip Mengatasi Masalah Gerd: Kunyah Permen Karet hingga Konsumsi Madu
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.