4 Penyair Timur Tengah dengan Bait Puisi yang Indah dan Penuh Makna
16 March 2024 |
05:30 WIB
Puisi adalah salah satu bentuk seni sastra yang mungkin terlihat simpel. Namun pada nyatanya para penyair harus menciptakan dan memikirkan bait-bait yang pas guna memancing pikiran pendengar atau pembacanya. Negara-negara Arab memiliki banyak sekali penyair berpengaruh dari periode waktu yang berbeda.
Melansir dari Fluent Arabic, Bahasa Arab memiliki tradisi sastra yang sangat kaya dan puisi adalah salah satu hal sakral yang dihargai dalam budaya Arab selama berabad-abad. Sebelum pertumbuhan agama Islam, puisi sudah dianggap sebagai aspek penting dalam kehidupan Arab, di mana masyarakat akan merayakan dan menghormati para penyair berbakat dan talentanya dengan berpesta dan mengundang suku lain.
Setelah Islam bertumbuh di Timur Tengah, budaya ini masih dilanjutkan dan dihargai. Pada masa Nabi Muhammad SAW pun terdapat penyair seperti Hassan bin Thabit dan Abdullah Bin Rawahah, yang mencatat perjuangan serta sejarah Rasulullah melalui puisi.
Baca juga: Sambut Usia 70 Tahun, Sastrawan Kembar Massardi Luncurkan Buku Puisi
Selain itu, khalifah kedua Umar bin Al-Khattab, sempat menulis surat kepada salah satu gubernurnya Abu Mussa Al Ash'ari, untuk menginstruksikan rakyat di bawah kekhalifahannya percaya bahwa mempelajari puisi dapat mengajarkan nilai-nilai moral, cara mengambil keputusan yang tepat, serta pentingnya garis keturunan.
Selain memiliki budaya yang mendalam, mempelajari dan menulis puisi biasanya menjadi batu loncatan untuk masyarakat Arab yang ingin memulai karier di bidang literatur. Kondisi ini yang membantu mereka agar lebih berhati-hati dengan kata-kata yang ditulis maupun diucapkan, dan menciptakan cara memandang dunia secara berbeda.
Dengan banyaknya penyair puisi dari Arab, berikut adalah empat penyair Timur Tengah yang populer dengan bait puisinya yang indah dan penuh makna.
Dikenal sebagai bapak puisi Arab, Imru' al-Qais, yang juga dikenal sebagai Ameru' al-Qays, Ibnu Hujr Al-Kindi, adalah seorang penyair Arab pra-Islam yang lahir pada 501 M dan meninggal pada 544 M. Sebagai salah satu penyair paling terkenal dari zaman pra-islam, beliau telah menginspirasi banyak sekali penyair-penyair hingga kini
Imru' al-Qais terkenal dengan puisinya yang fasih dan emosional, terkadang mendalami tema cinta, kehilangan, dan kerinduan. Syair-syair karyanya dibawakan dengan cara yang indah, mendalam dan menggambarkan emosi yang ingin disampaikan dengan sangat jelas.
Keindahan karyanya terinspirasi dari esensi budaya, emosi yang mencerminkan pengalaman hidup di Arab pada masanya. Meski menghadapi berbagai tantangan dan kegelapan dalam kehidupan pribadinya, termasuk kehilangan ayah dan kekacauan politik, Imru' al-Qais tetap bertekad untuk menciptakan syair-syair luar biasa untuk dinikmati khalayak luas, bahkan hingga saat ini.
Berikut adalah Puisi terkenal Imru' al-Qais "Mari kita berhenti dan menangis" (??? ??? qif? nabki):
Mari kita berhenti dan menangisi reruntuhan tempat tinggal
Dihuni oleh orang-orang yang dulunya hebat dan termasyhur
Dimana istananya, dimana singgasana nya?
Di manakah mereka yang tinggal di dalamnya, di manakah mereka yang membangunnya?
Berkat talentanya, Al-Mutanabbi sering ditugaskan untuk membuat kutipan kuat yang sering kali memuji para penguasa pada zamannya. Karyanya memiliki karakteristik bertema keagungan, hingga pembahasan mendalam seperti topik keberanian dan kehormatan.
Berikut petikan salah satu puisi Al-Mutanabbi:
Keputusan diukur menurut siapa yang mengambilnya,
Dan hal ini juga berlaku bagi kemurahan hati dan pemberinya.
Petikan bait ini menampilkan gaya puisi Al-Mutanabbi, yang sering mengangkat tema keberanian, kemurahan hati, dan pentingnya tindakan serta niat yang dimiliki oleh seseorang.
Salah satu karya romantis paling populernya adalah buku The Prophet yang diterbitkan pada 1923. Buku ini berisikan 26 esai puisi, yang mengeksplorasi hubungan cinta, pengetahuan, dan spiritualitas.
Berikut adalah salah satu kutipan dari buku tersebut:
Dan seorang kekasih bertanya kepada kekasihnya: 'Apa rahasia cinta?'
Dan dia menjawab: 'Cinta adalah hasil dari kedekatan spiritual,
Dan kedekatan spiritual adalah keturunan dari pengetahuan dan pengenalan jiwa.
Dan pengetahuan adalah buah dari pembelajaran dan pengalaman.
Dan pembelajaran adalah buah dari penyelidikan dan keinginan akan kebenaran.
Dan penyelidikan adalah hasil dari rasa ingin tahu dan kehausan akan pengetahuan.
Dan rasa haus akan ilmu pengetahuan adalah buah dari kerinduan ruh akan kebenaran.
Dan kerinduan ruh akan kebenaran adalah keturunan dari kerinduan jiwa akan cinta.
Berikut adalah salah satu petikan dari karya Mahmoud Darwish:
Saya pantas berada di sana. Saya punya banyak kenangan. Saya dilahirkan sebagaimana semua orang dilahirkan.
Saya punya ibu, rumah dengan banyak jendela, saudara laki-laki, teman, dan sel penjara
dengan jendela yang dingin! Aku punya ombak yang disambar burung camar, panorama tersendiri.
Saya memiliki padang rumput yang kaya. Di cakrawala terdalam kata-kataku, aku punya bulan,
rezeki seekor burung, dan pohon zaitun yang abadi.
Baca juga: Semangat Kembali ke Akar dalam Karya Sastra Abdul Hadi W.M.
Kutipan ini mencerminkan ikatan yang dalam antara Darwish dan tanah airnya. Narasi pengalaman pribadinya, serta eksplorasi puisinya tentang identitas pribadi serta rasa kepemilikan. Menciptakan pengalaman yang emosional dan mendalam untuk penikmat karyanya.
Editor: Fajar Sidik
Melansir dari Fluent Arabic, Bahasa Arab memiliki tradisi sastra yang sangat kaya dan puisi adalah salah satu hal sakral yang dihargai dalam budaya Arab selama berabad-abad. Sebelum pertumbuhan agama Islam, puisi sudah dianggap sebagai aspek penting dalam kehidupan Arab, di mana masyarakat akan merayakan dan menghormati para penyair berbakat dan talentanya dengan berpesta dan mengundang suku lain.
Setelah Islam bertumbuh di Timur Tengah, budaya ini masih dilanjutkan dan dihargai. Pada masa Nabi Muhammad SAW pun terdapat penyair seperti Hassan bin Thabit dan Abdullah Bin Rawahah, yang mencatat perjuangan serta sejarah Rasulullah melalui puisi.
Baca juga: Sambut Usia 70 Tahun, Sastrawan Kembar Massardi Luncurkan Buku Puisi
Selain itu, khalifah kedua Umar bin Al-Khattab, sempat menulis surat kepada salah satu gubernurnya Abu Mussa Al Ash'ari, untuk menginstruksikan rakyat di bawah kekhalifahannya percaya bahwa mempelajari puisi dapat mengajarkan nilai-nilai moral, cara mengambil keputusan yang tepat, serta pentingnya garis keturunan.
Selain memiliki budaya yang mendalam, mempelajari dan menulis puisi biasanya menjadi batu loncatan untuk masyarakat Arab yang ingin memulai karier di bidang literatur. Kondisi ini yang membantu mereka agar lebih berhati-hati dengan kata-kata yang ditulis maupun diucapkan, dan menciptakan cara memandang dunia secara berbeda.
Dengan banyaknya penyair puisi dari Arab, berikut adalah empat penyair Timur Tengah yang populer dengan bait puisinya yang indah dan penuh makna.
1. Imru' al-Qais
Dikenal sebagai bapak puisi Arab, Imru' al-Qais, yang juga dikenal sebagai Ameru' al-Qays, Ibnu Hujr Al-Kindi, adalah seorang penyair Arab pra-Islam yang lahir pada 501 M dan meninggal pada 544 M. Sebagai salah satu penyair paling terkenal dari zaman pra-islam, beliau telah menginspirasi banyak sekali penyair-penyair hingga kini Imru' al-Qais terkenal dengan puisinya yang fasih dan emosional, terkadang mendalami tema cinta, kehilangan, dan kerinduan. Syair-syair karyanya dibawakan dengan cara yang indah, mendalam dan menggambarkan emosi yang ingin disampaikan dengan sangat jelas.
Keindahan karyanya terinspirasi dari esensi budaya, emosi yang mencerminkan pengalaman hidup di Arab pada masanya. Meski menghadapi berbagai tantangan dan kegelapan dalam kehidupan pribadinya, termasuk kehilangan ayah dan kekacauan politik, Imru' al-Qais tetap bertekad untuk menciptakan syair-syair luar biasa untuk dinikmati khalayak luas, bahkan hingga saat ini.
Berikut adalah Puisi terkenal Imru' al-Qais "Mari kita berhenti dan menangis" (??? ??? qif? nabki):
Mari kita berhenti dan menangisi reruntuhan tempat tinggal
Dihuni oleh orang-orang yang dulunya hebat dan termasyhur
Dimana istananya, dimana singgasana nya?
Di manakah mereka yang tinggal di dalamnya, di manakah mereka yang membangunnya?
2. Al-Mutanabbi
Dipuji karena kefasihannya, penguasaan bahasanya, serta kemampuannya menyusun syair-syair kuat, beliau adalah Al-Mutanabbi, seorang penyair Arab terkenal yang hidup pada masa Kekhalifahan Abbasiyah pada abad ke-10.Berkat talentanya, Al-Mutanabbi sering ditugaskan untuk membuat kutipan kuat yang sering kali memuji para penguasa pada zamannya. Karyanya memiliki karakteristik bertema keagungan, hingga pembahasan mendalam seperti topik keberanian dan kehormatan.
Berikut petikan salah satu puisi Al-Mutanabbi:
Keputusan diukur menurut siapa yang mengambilnya,
Dan hal ini juga berlaku bagi kemurahan hati dan pemberinya.
Petikan bait ini menampilkan gaya puisi Al-Mutanabbi, yang sering mengangkat tema keberanian, kemurahan hati, dan pentingnya tindakan serta niat yang dimiliki oleh seseorang.
3. Kahlil Gibran
Kahlil Gibran adalah seorang seniman, penyair, dan penulis keturunan Lebanon-Amerika yang lahir pada 1883 di Lebanon, tapi menghabiskan sebagian besar kehidupannya di Amerika Serikat. Beliau terkenal atas karya-karyanya yang secara artistik menggambarkan bagaimana rasanya mencintai dengan penuh gairah dalam bentuk sastra.Salah satu karya romantis paling populernya adalah buku The Prophet yang diterbitkan pada 1923. Buku ini berisikan 26 esai puisi, yang mengeksplorasi hubungan cinta, pengetahuan, dan spiritualitas.
Berikut adalah salah satu kutipan dari buku tersebut:
Dan seorang kekasih bertanya kepada kekasihnya: 'Apa rahasia cinta?'
Dan dia menjawab: 'Cinta adalah hasil dari kedekatan spiritual,
Dan kedekatan spiritual adalah keturunan dari pengetahuan dan pengenalan jiwa.
Dan pengetahuan adalah buah dari pembelajaran dan pengalaman.
Dan pembelajaran adalah buah dari penyelidikan dan keinginan akan kebenaran.
Dan penyelidikan adalah hasil dari rasa ingin tahu dan kehausan akan pengetahuan.
Dan rasa haus akan ilmu pengetahuan adalah buah dari kerinduan ruh akan kebenaran.
Dan kerinduan ruh akan kebenaran adalah keturunan dari kerinduan jiwa akan cinta.
4. Mahmoud Darwish
Dianggap sebagai tokoh legendaris di Palestina dan dunia Arab, Mahmoud Darwish adalah seorang penyair dan penulis Palestina serta salah satu penyair terhebat di dunia Arab. Beliau lahir pada 1941 di Desa Al-Birwa di Palestina, pada saat itu masih dikuasai Inggris. Darwish terkadang membuat karya yang membahas perjuangan Palestina untuk kemerdekaan. Dia juga kerap mengeksplorasi tema cinta, kehilangan, dan pengasingan.Berikut adalah salah satu petikan dari karya Mahmoud Darwish:
Saya pantas berada di sana. Saya punya banyak kenangan. Saya dilahirkan sebagaimana semua orang dilahirkan.
Saya punya ibu, rumah dengan banyak jendela, saudara laki-laki, teman, dan sel penjara
dengan jendela yang dingin! Aku punya ombak yang disambar burung camar, panorama tersendiri.
Saya memiliki padang rumput yang kaya. Di cakrawala terdalam kata-kataku, aku punya bulan,
rezeki seekor burung, dan pohon zaitun yang abadi.
Baca juga: Semangat Kembali ke Akar dalam Karya Sastra Abdul Hadi W.M.
Kutipan ini mencerminkan ikatan yang dalam antara Darwish dan tanah airnya. Narasi pengalaman pribadinya, serta eksplorasi puisinya tentang identitas pribadi serta rasa kepemilikan. Menciptakan pengalaman yang emosional dan mendalam untuk penikmat karyanya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.