Diskusi Abdul Hadi W.M Dalam Pusaran Arus Sastra, Kebudayaan, dan Kebangsaan di TIM, Jakarta, Sabtu (3/2/2024). (Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Semangat Kembali ke Akar dalam Karya Sastra Abdul Hadi W.M.

03 February 2024   |   20:55 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Penyair, cendekiawan, dan budayawan Abdul Hadi W.M. telah berpulang pada Jumat (19/1/2024). Namun, warisan karya-karyanya yang kerap mengangkat tema sufistik dan kesusastraan Melayu Nusantara akan selalu hidup, didiskusikan, dan menjadi inspirasi bagi generasi-generasi setelahnya.

Sebagai sastrawan, Abdul Hadi telah membawa pemikiran-pemikiran sufi menjadi lebih dekat dengan masyarakat. Lewat sajak-sajaknya, pandangan sufisme hingga filsafat menjadi begitu terang dan dengan mudah masuk ke relung hati para pendengarnya.

Dalam karyanya yang bertajuk Tuhan, Kita Begitu Dekat misalnya, karya itu menghadirkan sastra dengan pengaruh estetika timur dan sufisme yang kental. Khas kaum sufi, karya tersebut juga tampak memandang Tuhan ke dalam satu wujud. 

Baca juga: Profil Joko Pinurbo, Sastrawan yang Raih Penghargaan Achmad Bakrie 2023

Pengamat sastra Maman S Mahayana mengatakan bahwa Abdul Hadi memiliki peran yang penting dalam pusaran sastra 70-an. Utamanya pada pandangan sufisme, estetika timur, dan kenusantaraan yang muncul pada era tersebut.

Hadi bersama sastrawan era 70-an telah mengambil posisi berbeda dari era sebelumnya dan menambah daftar penting perkembangan kekaryaan sastra Indonesia. Menurut Maman, Hadi dan para sastrawan pada periode ini banyak membuka mata rantai tradisi sastra Jawa dan Melayu.

“Angkatan 70 ini menarik karena mengambil warna kesastraannya langsung ke sumbernya, yakni masa lalu Indonesia. Sebuah percampuran tradisi yang dilatarbelakangi oleh animisme, hinduisme, dan islamisme,” ungkap Maman dalam diskusi Abdul Hadi W.M Dalam Pusaran Arus Sastra, Kebudayaan, dan Kebangsaan di TIM, Jakarta, Sabtu (3/2/2024).
 

Diskusi Abdul Hadi W.M Dalam Pusaran Arus Sastra, Kebudayaan, dan Kebangsaan di TIM, Jakarta, Sabtu (3/2/2024). (Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Diskusi Abdul Hadi W.M Dalam Pusaran Arus Sastra, Kebudayaan, dan Kebangsaan di TIM, Jakarta, Sabtu (3/2/2024). (Chelsea Venda/Hypeabis.id)


Dengan sandaran tersebut, estetika timur, sastra klasik Nusantara, hingga sufisme menjadi lebih hidup di era angkatan 70, termasuk juga yang dilakukan oleh Hadi. Kemudian, kecenderungan ini juga mewarnai sajak angkatan berikutnya, dari Hamid Jabbar, Afrizal Malna, Emha Ainun Najib, dan masih banyak lagi.

Maman mengatakan kecenderungan angkatan 70 yang memilih kembali ke akar dalam kekaryaan mereka tentu memiliki alasan tersendiri. Menurut Maman, para angkatan 70-an banyak melihat kecenderungan angkatan Pujangga Baru yang konsep estetiknya lebih ke puisi baru. Namun, konsep puisi baru ini banyak mengambil ciri-ciri romantisisme yang berasal dari Eropa.

Oleh karena itu, puisi Pujangga Baru cenderung memuja alam dan sebagainya. Menurut Maman, sastrawan periode sebelumnya banyak menganggap angkatan tersebut belumlah cukup untuk disebut autentik. Akhirnya, para penyair setelahnya mengkritik bahwa era tersebut tidak terlalu banyak memberi sumbangsih kekaryaan, termasuk oleh Chairil Anwar selaku angkatan 45.

Walaupun demikian, sebenarnya Barat juga secara tidak langsung menjadi orientasi angkatan 45. Oleh karena itu, munculnya Hadi yang menjadi bagian angkatan 70 menjadi sangat penting. Sebab, angkatan ini menawarkan bahwa Indonesia punya tradisi leluhur yang kaya dan estetika timur juga punya warna menarik.

“Angkatan 70 ini tidak menolak Barat, tetapi tidak menutup mata pada masa lalu. Bukannya anti terhadap Barat, tetapi kita punya tradisi untuk menusantarakan kok, seperti wayang.” ujar pengamat sastra Maman S. Mahayana.


Pada akhirnya, apa yang pernah diucapkan oleh Hadi tentang Kembali ke Akar, Kembali ke Sumber adalah sebuah keniscayaan. Bahkan, gema kalimat tersebut masih terlihat saksi hingga sekarang di tengah kondisi Indonesia yang terus dimasuki oleh budaya-budaya asing.

Bagi Maman, kembali ke akar, kembali ke sumber bukan proyek nostalgia. Namun, ini adalah upaya untuk menghidupkan kebudayaan yang lebih sehat, yakni selalu menempatkan akar dan sumber sebagai semangat baru kekaryaan dan itu sudah dilakukan oleh angkatan Hadi dan angkatan 70.

"Sekali lagi, semangat Hadi bukanlah anti asing. Leluhur kita pun sejak dahulu menerima dari luar, tetapi tidak secara mentah. Dalam artian, ada yang kemudian diolah dan dinusantarakan, seperti yang bisa kita lihat pada wayang sekarang," terangnya.


Sufisme dan Filsafat

Sementara itu, Komite Sastra DKJ Fadjriah Nurdiasih mengatakan bahwa puisi-puisi ketuhanan yang ditulis oleh Abdul Hadi lahir dari dua dimensi, yakni sufisme dan filsafat. Menurutnya, Hadi selalu mencoba menggabungkan keduanya dalam sebuah puisi.

Kedua dimensi itu membuat puisinya tidak banyak membahas persoalan cinta yang sentimentil, bahkan sekali pun itu tentang cintanya kepada Tuhan hampir tidak pernah dikemas dengan bahasa manis dan romantis. Ciri khas lainnya adalah Hadi tidak begitu bermain dengan rima untuk mewakili perasaan dan pikirannya.

Akan tetapi, Hadi lebih memilih diksi-diksi yang filosofis seperti kebanyakan sufi lainnya, atau bahkan filsafat. Baginya, mendiang telah memberi contoh bagaimana kata-kata bisa dimanfaatkan secara tepat untuk menunjukkan makna yang kuat.

"Hal ini tidak lepas dari latar belakang Abdul Hadi yang juga banyak mengenyam dunia filsafat dan religiositas selain di dunia sastra," tuturnya. 

Baca juga: Kabar Duka, Sastrawan Abdul Hadi W.M. Meninggal Dunia Usia 77 Tahun

Di sisi lain, menurutnya, puisi Hadi juga dominan dengan citraan pendengaran dan penglihatan, dengan banyak menggunakan personifikasi. Citraannya banyak terhadap alam dan benda, seperti pada sajak “Solitude”. Sajak ini merupakan sajak lirik yang berisikan curahan hati dan perasaan sang penyair terhadap kesendirian. 

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Sinopsis Drama Baru Lee Dong Wook, A Shop for Killers

BERIKUTNYA

Abdul Hadi W.M. dan Pentingnya Kritikus dalam Ekosistem Sastra

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: