Profil Joko Pinurbo, Sastrawan yang Raih Penghargaan Achmad Bakrie 2023
30 August 2023 |
20:02 WIB
1
Like
Like
Like
Nama Joko Pinurbo, seolah tak asing lagi di telinga para pencinta sastra. Penyair kenamaan tersebut baru saja menerima penghargaan Achmad Bakrie 2023 atas karya-karya puisinya yang cemerlang. Setiap baitnya mampu menorehkan gaya dan warna yang unik dalam perkembangan sastra Indonesia.
Penghargaan Achmad Bakrie kembali digelar pada 2023 ini. Di usianya yang ke-19, ajang bergensi tersebut memberikan apresiasi kepada empat orang yang unggul di bidangnya masing-masing.
Keempat penerima Penghargaan tersebut adalah Fachry Ali untuk bidang Pemikiran Sosial, Joko Pinurbo untuk bidang Sastra, Andrijono untuk bidang Kedokteran, dan Carina Joe untuk bidang Sains.
Baca juga: Profil Remy Sylado, Sastrawan Serba Bisa Pelopor Puisi Mbeling Indonesia
Aninditha Anestya Bakrie selaku Ketua Penyelenggara Penghargaan Achmad Bakrie XIX mengatakan bahwa penerima penghargaan tahun ini dipilih melalui seleksi ketat tim juri yang terdiri dari tim Freedom Institute, perwakilan Bakrie Group, dan pakar atau konsultan independen.
“Mereka yang terpilih tahun ini adalah orang Indonesia yang selama ini mengabdikan hidupnya untuk berkarya yang bermanfaat bagi orang banyak. Ini sesuai amanah H. Achmad Bakrie tentang keIndonesiaan dan kemanfaatan,” ungkapnya, dalam keterangan rilisnya.
Adapun sebagai penerima penghargaan di bidang sastra, Joko Pinurbo dinilai mampu menggabungkan warisan puisi lirik dengan budaya populer dan satir sosial dalam bait-baitnya yang tajam. Joko Pinurbo sendiri merupakan penyair legendaris yang telah melahirkan banyak puisi-puisi indah dan sarat makna.
Pria yang kerap disapa JokPin tersebut lahir di Sukabumi, 11 Mei 1962. Dia memulai karir kepenulisannya sejak 1983 sampai sekarang. Kegemarannya mengarang puisi telah ditekuninya sejak masih duduk di bangku SMA.
Dalam mengejar mimpinya tersebut, JokPin menempuh pendidikan di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta yang sekarang bernama Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Joko Pinurbo sendiri dikenal dengan gaya penulisan puisinya yang menggabungkan unsur romantis, ironi, dan humor dalam setiap baitnya. Setiap tulisannya didasarkan pada peristiwa dan objek sehari-hari menggunakan bahasa yang cair tapi tajam.
Namanya mulai dikenal publik setelah menerbitkan kumpulan puisi Celana pada 1999 lalu. Selanjutnya, berikut adalah karya-karya lainnya yang ditulis JokPin, seperti Di Bawah Kibaran Sarung (Magelang, 2001), Pacarkecilku (Magelang, 2002), Telepon Genggam (Jakarta, 2003) Pacar Senja: Seratus Puisi Pilihan (Jakarta, 2005), Kepada Cium (Jakarta, 2007).
Tahilalat (Yogyakarta, 2012), Baju Bulan: Seuntai Puisi Pilihan (Jakarta, 2013), Bulu Matamu: Padang Ilalang (2014). Surat Kopi (2014), Srimenanti (April 2019), Salah Piknik (2021), dan yang paling baru Tak Ada Asu di Antara Kita: Kumpulan Cerpen (2023).
Atas pencapaiannya dalam bidang sastra, Joko Pinurbo telah memperoleh berbagai penghargaan mulai dari Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), dan South East Asian (SEA) Write Award (2014).
Baca juga: 5 Rekomendasi Novel Fiksi Sejarah Karya Sastrawan Populer Indonesia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Penghargaan Achmad Bakrie kembali digelar pada 2023 ini. Di usianya yang ke-19, ajang bergensi tersebut memberikan apresiasi kepada empat orang yang unggul di bidangnya masing-masing.
Keempat penerima Penghargaan tersebut adalah Fachry Ali untuk bidang Pemikiran Sosial, Joko Pinurbo untuk bidang Sastra, Andrijono untuk bidang Kedokteran, dan Carina Joe untuk bidang Sains.
Baca juga: Profil Remy Sylado, Sastrawan Serba Bisa Pelopor Puisi Mbeling Indonesia
Aninditha Anestya Bakrie selaku Ketua Penyelenggara Penghargaan Achmad Bakrie XIX mengatakan bahwa penerima penghargaan tahun ini dipilih melalui seleksi ketat tim juri yang terdiri dari tim Freedom Institute, perwakilan Bakrie Group, dan pakar atau konsultan independen.
“Mereka yang terpilih tahun ini adalah orang Indonesia yang selama ini mengabdikan hidupnya untuk berkarya yang bermanfaat bagi orang banyak. Ini sesuai amanah H. Achmad Bakrie tentang keIndonesiaan dan kemanfaatan,” ungkapnya, dalam keterangan rilisnya.
Adapun sebagai penerima penghargaan di bidang sastra, Joko Pinurbo dinilai mampu menggabungkan warisan puisi lirik dengan budaya populer dan satir sosial dalam bait-baitnya yang tajam. Joko Pinurbo sendiri merupakan penyair legendaris yang telah melahirkan banyak puisi-puisi indah dan sarat makna.
Pria yang kerap disapa JokPin tersebut lahir di Sukabumi, 11 Mei 1962. Dia memulai karir kepenulisannya sejak 1983 sampai sekarang. Kegemarannya mengarang puisi telah ditekuninya sejak masih duduk di bangku SMA.
Dalam mengejar mimpinya tersebut, JokPin menempuh pendidikan di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta yang sekarang bernama Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Joko Pinurbo sendiri dikenal dengan gaya penulisan puisinya yang menggabungkan unsur romantis, ironi, dan humor dalam setiap baitnya. Setiap tulisannya didasarkan pada peristiwa dan objek sehari-hari menggunakan bahasa yang cair tapi tajam.
Namanya mulai dikenal publik setelah menerbitkan kumpulan puisi Celana pada 1999 lalu. Selanjutnya, berikut adalah karya-karya lainnya yang ditulis JokPin, seperti Di Bawah Kibaran Sarung (Magelang, 2001), Pacarkecilku (Magelang, 2002), Telepon Genggam (Jakarta, 2003) Pacar Senja: Seratus Puisi Pilihan (Jakarta, 2005), Kepada Cium (Jakarta, 2007).
Tahilalat (Yogyakarta, 2012), Baju Bulan: Seuntai Puisi Pilihan (Jakarta, 2013), Bulu Matamu: Padang Ilalang (2014). Surat Kopi (2014), Srimenanti (April 2019), Salah Piknik (2021), dan yang paling baru Tak Ada Asu di Antara Kita: Kumpulan Cerpen (2023).
Atas pencapaiannya dalam bidang sastra, Joko Pinurbo telah memperoleh berbagai penghargaan mulai dari Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), dan South East Asian (SEA) Write Award (2014).
Baca juga: 5 Rekomendasi Novel Fiksi Sejarah Karya Sastrawan Populer Indonesia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.