Ilustrasi bitcoin (Sumber gambar: Kanchanara/Unsplash)

Perhatikan Hal-hal Ini Agar Tetap Bijak Berinvestasi di Tengah Fenomena ATH Bitcoin

12 March 2024   |   19:00 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Belakangan, sektor finansial tengah gempar dengan lonjakan harga Bitcoin (BTC) yang melesat dalam waktu cepat. Setidaknya dalam 3 bulan terakhir, nilai BTC meroket lebih dari 51 persen dengan nilai kenaikan mencapai angka US$22.419.

Bahkan, kini Bitcoin telah mencapai harga tertinggi sepanjang masa dengan menembus harga hingga US$69.200 atau sekitar Rp1 Miliar. Bisa dikatakan, capaian ini menandai lonjakan signifikan dalam nilai aset kripto.
 
CEO Tokocrypto Yudhono Rawis mengatakan, fenomena merangkaknya harga Bitcoin yang signifikan ini mendorong makin tingginya ketertarikan investor untuk terlibat dalam perdagangan kripto.

Menyambut baik munculnya trader dan investor yang fokus pada jenis investasi ini sejak lama, Yudhono mengingatkan untuk tetap patuh pada regulasi, seperti melaporkan pajak dari transaksi perdagangan kripto dalam SPT tahunan. 

Baca juga: 5 Strategi Jitu Investasi Emas dengan Gaji UMR
 
Sebagaimana diketahui, investor yang menggunakan platform dari exchanger perlu menyiapkan bukti potong pajak dari pedagang sebelum melaporkan pajak. Kemudian pajak kripto akan dilaporkan pada akhir tahun pajak.

Bagi Yudhono, penting untuk menggeber literasi dan kesadaran akan kewajiban melaporkan pajak atas transaksi kripto di tengah fenomena ATH Bitcoin yang tinggi dan mendongkrak penghasilan para trader dan investor saat ini.
 
“Kami membantu mereka (trader dan investor) untuk melakukan pengisian SPT Tahunan pajak kripro dengan tepat dan sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku,” kata Yudhono.
 
Di tengah melesatnya harga Bitcoin, Dia menjelaskan jika Indonesia tengah mengalami penurunan pendapatan pajak kripto yang signifikan.

Penurunannya mencapai 62% pada 2023 dengan total penerimaan pajak kumulatif hanya mencapai Rp467,27 miliar hingga akhir 2023 dengan setoran khusus sebanyak Rp127,66 miliar pada 2023. Adapun penyebab penurunan dikarenakan turunnya total volume transaksi kripto hingga 51%.
 
Untuk mengatasi situasi ini, Yudhono menyoroti beberapa usulan perubahan dalam kebijakan pajak kripto di Indonesia, termasuk penurunan tarif pajak dan penghapusan PPN. “Tarif pajak kripto saat ini dianggap terlalu tinggi dan menghambat perkembangan industri. Diperlukan penyesuaian agar lebih kompetitif," ungkap Yudhono.
 
Menurutnya, langkah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan yang merespons Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) terkait perlunya evaluasi pajak kripto suda  tepat dalam mendompleng kebijakan pajak yang adil dan kompetitif untuk mendorong investor giat berinvestasi di sektor ini. 
 

Menakar Melesatnya Harga Bitcoin

Ilustrasi bitcoin (Sumber gambar: Kanchanara/Unsplash)

Ilustrasi bitcoin (Sumber gambar: Kanchanara/Unsplash)

Meski menunjukkan kenaikan, Bitcoin sempat mengalami koreksi tajam di bawah US$60.000, menandai pergerakan rekor Bitcoin di atas US$69.000 ini tetap terjadi tren naik turun. Meski demikian, Bitcoin mampu bangkit dengan cepat hingga mencapai volatilitas tertinggi sepanjang masa di level US$69.200 atau sekitar Rp1 miliar.
 
Trader Fyqieh Fachrur mengatakan, potensi adanya tembusan angka yang lebih tinggi dalam jangka pendek bisa saja terjadi mengingat tren naik dinilai masih akan terus berlanjut.

“Pemulihan cepat BTC ke US$67.000 dalam satu hari menjadi berbeda dan mungkin menandakan pergerakan yang lebih tinggi. Penurunan tersebut terjadi dengan sangat cepat dan agresif dan US$60.000 terbukti menjadi level support yang baik,” katanya.
 
Tak dapat dipungkiri, lonjakan harga Bitcoin ke level rekor ini memicu banyak trader dan investor dengan segera memanfaatkan momen. “Bitcoin tidak turun secara alami. Mengingat hampir semua orang menantikan ATH baru Bitcoin, jadi setelah itu tercapai mereka ambil sikap untuk mendapat untung,” kata Fyqieh.

Dalam pandangannya, ada kemungkinan besar bahwa aksi ‘ambil untung’ tersebut masih akan terus terjadi. Oleh karena itu, investor harus makin cermat dalam mengamati pergerakan BTS yang meningkat menjelang halving.
 
Fyqieh mengatakan, tren melesatnya Bitcoin ini terjadi karena arus masuk dana ETF BTS spot yang terdaftar di Amerika Serikat selama penurunan hingga US$648 juta terlihat sangat kuat. Ini menjadi faktor utama yang menunjukkan bahwa investor institusi yang tergabung di ETF tidak terpengaruh oleh penurunan tersebut.

Tanda tren naik baru yang menargetkan tingkat harga US$76.000 atau Rp1,1 miliar terlihat dari tembusnya Bitcoin kembali ke atas level US$62.000 dalam waktu yang cepat.
 
“Terlepas dari ini, Bitcoin masih diyakini telah melakukan pergerakan parabola hingga mencapai U$100.000 (Rp1,5 miliar) atau lebih dalam siklus saat ini," ungkap Fyqieh. Dalam beberapa waktu kedepan, permintaan terkait Bitcoin berkemungkinan terus meningkat karena faktor penyimpan nilai dan lindung nilai inflasi oleh penggunanya.

Melesatnya angka Bitcoin mencapai harga tertinggi sepanjang masa tak lepas dari sentimen positif yang belakangan memang melingkupi pasar kripto.

Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan, sejauh ini tren sentimen positif sukses mendorong tingginya demand dan berujung pada aksi buy yang dilakukan trader terhadap Bitcoin. Sebaliknya, sentimen negatif akan mendorong aksi sell (jual) yang bisa juga memberikan keuntungan bagi pelaku pasar. 

Dalam pandangan Nafan, dalam tren ini nantinya pasti akan ada saat di mana para pelaku pasar akan melakukan aksi jual untuk mendapatkan keuntungan. “Karena pasangannya juga US Dollar, dan itu diperdagangkan di bursa berjangka,” lanjutnya.

Nafan menyambung, Bitcoin ini masuk dalam salah satu alternatif bagi para pelaku pasar untuk mendapatkan gain di antara instrumen yang diperdagangkan. “Sell bisa take profit, buy bisa take profit, dinamika pasar kita seperti itu memang seperti itu sebab pasar itu pasti fluktuatif,” kata Nafan.

Dia menyebut, dorongan tingginya harga Bitcoin ini tak lepas dari peran penjual dan pembeli. Dari sisi pembeli, biasanya mereka akan memperhatikan 2 faktor utama berupa price dan volume. Kemudian, dukungan sentimen positif turut mendorong peningkatan demand terkait Bitcoin juga turut terkait dengan peresmian ETF Ethereum.

“Kalau terjadi peningkatan harga Bitcoin secara volume, biasanya memang terdapat banyak buyers yang berpartisipasi untuk profit gain,” sambung Nafan.

Menurutnya, risiko terkait hilang modal tentu tetap ada. Apalagi, kripto termasuk dalam jenis investasi high risk, high return. Namun setidaknya, karena Bitcoin masuk dalam pasar berjangka, maka pelaku pasar juga akan melakukan strategi hedging atau cross hedging untuk melindungi nilai dari risiko kerugian investasi.

“Paling tingkat fluktuasi pasar Bitcoin ini tinggi sama halnya seperti Forex, menurut saya,” kata Nafan. 

Baca juga: Mau Berinvestasi di Instrumen Syariah, Yuk Simak 5 Kiat Jitu Ini

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Tak Hanya Royalti, Intip Sumber Pendapatan Musisi Indonesia & Upaya Memaksimalkannya

BERIKUTNYA

Review Kung Fu Panda 4, Petualangan Baru Po Menaklukkan Para Musuh

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: