Ilustrasi generasi sandwich (Sumber gambar: National Cancer Institute/Unsplash)

Tak Mudah, Begini Cara Efektif Memutus Rantai Generasi Sandwich

12 March 2024   |   16:00 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Sandwich generation adalah analogi yang ditujukan pada generasi ‘terhimpit’. Istilah ini muncul dengan mengibaratkan generasi sebagai sebuah lapisan roti, di mana roti bagian atas digambarkan sebagai orang tua, roti bagian bawah mewakili anak atau orang termuda, dan mereka sebagai isian sandwich di tengah.
 
Dalam penjelasan lain, istilah generasi sandwich ini merujuk pada kelompok orang yang memiliki peran ganda untuk merawat orang tua dan anak-anak dalam waktu bersamaan yang menyebabkan mereka memikul beban yang berat. 

Baca juga: Begini 6 Cara Redakan Stres untuk Generasi Sandwich

Meski baru ramai diperbincangkan dalam beberapa tahun terakhir, sebetulnya istilah ini telah diperkenalkan pertama kali sejak 1981 oleh seorang profesor dan direktur praktikum University of Kentucky, Lexington, Amerika Serikat Dorothy A. Miller.
 
Menurut data OneShildt, sudah ada lebih dari 50 persen kelompok usia produktif di Indonesia per Oktober 2023 masuk dalam generasi sandwich. Istilah ini makin populer setelah dikaitkan dengan aspek-aspek finansial. Sebab, mereka sering dihadapkan dengan tantangan dalam mengelola keuangan seperti pengalokasian dana darurat, mengatur cash flow, alokasi proteksi dan investasi, hingga mempersiapkan dana pendidikan anak dan dana pensiun.
 
CEO & Principal Consultant Zapfinance Prita Hapsari Ghozie mengatakan, generasi sandwich memang harus menyikapi kondisi himpitan ini dengan bijak. Salah satu aspek penting dalam mengelola keuangan adalah pengalokasian. Baik bagi generasi sandwich atau tidak, Prita menilai alokasi pengeluaran direkomendasikan terbagi menjadi 3 yaitu pos kebutuhan, pos keinginan, dan pos tabungan.
 
“Pos kebutuhan sifatnya wajib seperti daftar pengeluaran yang masuk dalam kebutuhan, kemudian pisahkan pos yang sifatnya keinginan seperti biaya hiburan dan sebagainya,” kata Prita. Sementara pos tabungan sebaiknya langsung disisihkan saat awal menerima pendapatan atau gaji.
 
Pos-pos keuangan yang telah dialokasikan atau ditentukan sejak awal ini akan membantu generasi sandwich dalam memilah dan menentukan skala prioritas, serta menentukan pengeluaran secara bijak. Perlu diingat, generasi sandwich tidak hanya akan terbebani dari segi finansial, tetapi juga mental.

Sebab, mereka berada di antara dua generasi yang membutuhkan perhatian dan dukungan. Mereka akan berhadapan langsung dengan persoalan waktu, energi, dan sumber daya finansial yang tidak sedikit.
 
Membagi pos keuangan merupakan hal yang krusial bagi generasi sandwich. Namun, bukan berarti mudah dalam mengimplementasikannya. Keadaan-keadaan darurat dan tak terduga bisa menyumbang masalah lain yang tak kalah menambah beban.

Financial Planner Head OneShildt Budi Raharjo mengatakan, setidaknya ada 6 masalah keuangan yang terjadi pada generasi sandwich saat ini. Keenam masalah tersebut antara lain defisit cash flow, sulit menabung untuk pensiun, cicilan yang terlalu besar, terlalu konservatif dalam merencanakan keuangan, spekulatif dalam merencanakan keuangan, dan tidak adanya antisipasi risiko kesehatan dan jiwa.
 

Tantangan Utama Para Generasi Sandwich

 

Ilustrasi keluarga (Sumber gambar: Pablo Merchán Montes/Unsplash)

Ilustrasi keluarga (Sumber gambar: Pablo Merchán Montes/Unsplash)


Menurut Budi, generasi sandwich juga kesulitan karena menghadapi tantangan besar dalam aspek keuangan. Pertama, mereka harus mengelola beban finansial ganda dalam mendukung keuangan orang tua sekaligus mempersiapkan masa depan anak-anak mereka.

Kedua, dorongan untuk mandiri secara finansial di masa tua demi memutus rantai generasi sandwich. Menurut Budi, mereka yang sudah merasakan beban finansial dalam mendukung dua generasi cenderung ingin memastikan kemandirian finansial sehingga tak menjadi beban bagi anak-anak.
 
“Dengan pengeluaran yang membengkak karena adanya tanggungan, maka disiplin anggaran perlu diterapkan,” kata Budi. 

Bukan mudah memutus rantai generasi sandwich. Diperlukan keseriusan dan pola keuangan yang sehat melalui beberapa strategi. Seperti yang disebutkan sebelumnya, mengatur prioritas pengeluaran merupakan kunci utama dalam menjaga keuangan tetap sehat.

Untuk mengatasi problem ini, generasi sandwich harus menyusun anggaran prioritas serta memisahkan kebutuhan dan keinginan. “Misalnya, pengeluaran untuk rumah tangga, utilitas rumah seperti listrik dan air, proteksi kesehatan, sekolah, tunjangan orang tua, transport dan baru ke pengeluaran lainnya yang masih kurang prioritas. Berhati-hati dengan utang jangka panjang apabila membebani arus kas,” lanjut Budi.
 
Mereka juga sebaiknya menggunakan cara-cara kreatif dan ekonomis dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan. Misalnya untuk pengeluaran liburan, carilah paket liburan yang murah melalui promosi dan diskon, atau pertmbangkan liburan lokal yang tidak terlalu memakan biaya.
 
Generasi sandwich juga boleh mempertimbangkan penghasilan tambahan dan mengatur strategi tabungan yang efektif. Misalnya, melakukan pola otomatisasi tabungan untuk memastikan sejumlah uang secara otomatis tertabung atau terinvestasi setiap bulan. Kemudian buat juga rekening tabungan terpisah untuk tujuan spesifik dalam bentuk tabungan bertarget.
 
Hal lain yang tak kalah penting adalah mengantisipasi pengeluaran tak terduga. Untuk menyiasatinya, maka diperlukan untuk membangun dana darurat dan memanfaatkan asuransi kesehatan dan jiwa. Khusus untuk dana darurat, Budi menyarankan angka yang ideal berada pada 3-6 bulan kecukupan biaya hidup.

Perlu diingat juga untuk menyimpan dana darurat ini pada tempat yang tidak terlalu mudah diakses untuk menghindari godaan untuk menggunakannya pada keperluan bersifat non-darurat.
 
Dari segi investasi, generasi sandwich harus cerdas dan cermat dalam menentukan instrumen investasi. Menurut Budi, kewajiban untuk diversifikasi investasi adalah hal mutlak untuk mengurangi risiko dan mengoptimalkan potensi return. Untuk itu, generasi sandwich harus menentukan jenis investasi sesuai dengan jangka waktu tujuan.

Misalnya, saham atau reksadana saham mungkin lebih cocok untuk tujuan jangka panjang, sedangkan obligasi atau deposito berjangka mungkin lebih baik untuk tujuan jangka pendek atau menengah. Properti yang disewakan atau mempersiapkan usaha untuk menciptakan penghasilan rutin saat pensiun. “Intinya investasi yang mudah dilakukan, fleksibel dari sisi modal, cukup likuid dan mudah dipahami,” kata Budi.
 
Terlepas dari ragam strategi, Budi mengingatkan pentingnya mengajarkan anak tentang literasi keuangan sejak dini. Sebab, literasi finansial yang baik ini akan membimbing keluarga memutus rantai generasi sandwich. Kedepannya, anak-anak dengan mental keuangan yang cerdas akan mampu mengatur penghasilan dan pengeluaran serta merencanakan kehidupannya secara matang yang bisa menjadi bekal keahlian hidupnya di kemudian hari.

Baca juga: Cara Atur Keuangan Saat Ramadan Biar Enggak Boncos

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Penyebab Bangkrutnya The Body Shop, Tutup Ratusan Gerai di Amerika Serikat

BERIKUTNYA

Tak Hanya Royalti, Intip Sumber Pendapatan Musisi Indonesia & Upaya Memaksimalkannya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: