Bunga Yuridespita Eksplorasi Ruang 3D Monokrom dalam Common Sanctum
09 March 2024 |
19:16 WIB
Bunga Yuridespita kembali menggelar pameran tunggal bertajuk Common Sanctum di Galeri Salihara mulai 6 Maret - 3 April 204. Berkolaborasi dengan Can's Gallery dan Komunitas Salihara, wanita kelahiran 1989 tersebut membagikan cerita di balik proses kreatif ekshibisinya.
Common Sanctum menampilkan sekitar 50 karya seni berbentuk dua dan tiga dimensi dengan media kanvas hingga tembok. Visual yang dihadirkan seolah menciptakan ilusi optik yang membentuk kedalaman ruang. Presentasinya selalu menggunakan teknik bird eye atau pandangan mata burung, sehingga audiens seolah ditarik memasuki ruangnya.
Baca juga: Cek 5 Karya Unik Pameran Common Sanctum Bunga Yuridespita di Galeri Salihara
Seperti yang diketahui, Bunga Yuridespita merupakan seniman dengan latar belakang pendidikan akademik di bidang arsitektur, bahkan dirinya pernah bekerja sebagai seorang arsitek. Latar belakang inilah yang menjadikan karya-karya Bunga identik dengan ruang dan logika arsitektural.
Ide-ide kreatifnya selalu tentang gagasan mengenai hubungan antara manusia dan ruang. Bunga percaya bahwa ruang setara dengan memoar kenangan masa lalu, eksistensi diri di masa kini, dan identitas yang terus berprogres di masa depan. Karya-karyanya mengolah apa yang luput dari keseharian manusia dan responsnya terhadap ruang.
Common sanctum dimaknainya sebagai ruang yang suci, di mana setiap pemikiran manusia murni tanpa opini yang menghakimi sekitarnya. Menurutnya, Sebuah ruang dikatakan ideal ketika seseorang terserap dan menjadi bagian di dalamnya tanpa berpikir ini terlalu gelap atau terlalu terang.
"Di pameran kedua kali ini aku berpikir, ruang dan bangunan apa lagi yang bisa aku eksplor supaya bisa lebih seru dari pameran yang pertama," ujarnya saat sesi bincang-bincang di Serambi Salihara, Sabtu (9/3/2024).
Bagi seorang seniman, pameran demi pameran yang dihelat bukan sekadar ruang untuk memajang karya seni. Melainkan sebagai check point dari pemikiran pertama ke pemikiran kedua dan selanjutnya. Oleh karenanya, melalui karya terbarunya ini dia ingin menyampaikan ide-ide kreatifnya semaksimal mungkin supaya audiens bisa memahami dan lebih terhubung dengan karyanya.
"Dari pameran pertama sampai pameran kedua, aku merasakan banyak pergerakan dari segi ide dan visualisasinya," katanya.
Misalnya dari segi bentuknya, dulu hanya 2D sekarang mulai bermain di 3D. Lalu dari segi pewarnaan, dulu karya-karyanya lebih colorful dan ramai, kini Bunga lebih banyak mengadopsi warna-warna monokrom sampai gelap mengikuti usia dan kepribadiannya yang makin matang.
"Aku banyak mengeksplorasi tekstur dengan penggunaan semen, aci, cermin, dan shadow untuk menciptakan ruang ilusi yang lebih 3D," kata Bunga.
Rizki A. Zaelani, kurator Common Sanctum memaparkan, ilusi tersebut merupakan buah dari gagasan-gagasan yang hidup di kepala sang seniman. Ruang dan bangunan yang dipajangkan bukan hanya puing belaka, melainkan memori seseorang yang pernah tinggal di dalamnya.
"Wawarna yang ditampilkan dalam konstruksi visualnya berasal dari masa kecil Bunga, mulai dari cerah sampai monokrom hitam putih setelah dewasa," kata Rizki.
Baca juga: Menelusuri Perspektif Ilusi Ruang dari Mata Bunga Yuridespita
Menariknya, pameran Common Sanctum juga menampilkan visualisasi dalam bentuk video dan audio yang makin memperkaya pengalaman pengunjung saat menikmati karya seni Bunga Yuridespita.
Editor: Fajar Sidik
Common Sanctum menampilkan sekitar 50 karya seni berbentuk dua dan tiga dimensi dengan media kanvas hingga tembok. Visual yang dihadirkan seolah menciptakan ilusi optik yang membentuk kedalaman ruang. Presentasinya selalu menggunakan teknik bird eye atau pandangan mata burung, sehingga audiens seolah ditarik memasuki ruangnya.
Baca juga: Cek 5 Karya Unik Pameran Common Sanctum Bunga Yuridespita di Galeri Salihara
Seperti yang diketahui, Bunga Yuridespita merupakan seniman dengan latar belakang pendidikan akademik di bidang arsitektur, bahkan dirinya pernah bekerja sebagai seorang arsitek. Latar belakang inilah yang menjadikan karya-karya Bunga identik dengan ruang dan logika arsitektural.
Ide-ide kreatifnya selalu tentang gagasan mengenai hubungan antara manusia dan ruang. Bunga percaya bahwa ruang setara dengan memoar kenangan masa lalu, eksistensi diri di masa kini, dan identitas yang terus berprogres di masa depan. Karya-karyanya mengolah apa yang luput dari keseharian manusia dan responsnya terhadap ruang.
Common sanctum dimaknainya sebagai ruang yang suci, di mana setiap pemikiran manusia murni tanpa opini yang menghakimi sekitarnya. Menurutnya, Sebuah ruang dikatakan ideal ketika seseorang terserap dan menjadi bagian di dalamnya tanpa berpikir ini terlalu gelap atau terlalu terang.
"Di pameran kedua kali ini aku berpikir, ruang dan bangunan apa lagi yang bisa aku eksplor supaya bisa lebih seru dari pameran yang pertama," ujarnya saat sesi bincang-bincang di Serambi Salihara, Sabtu (9/3/2024).
Bagi seorang seniman, pameran demi pameran yang dihelat bukan sekadar ruang untuk memajang karya seni. Melainkan sebagai check point dari pemikiran pertama ke pemikiran kedua dan selanjutnya. Oleh karenanya, melalui karya terbarunya ini dia ingin menyampaikan ide-ide kreatifnya semaksimal mungkin supaya audiens bisa memahami dan lebih terhubung dengan karyanya.
"Dari pameran pertama sampai pameran kedua, aku merasakan banyak pergerakan dari segi ide dan visualisasinya," katanya.
Misalnya dari segi bentuknya, dulu hanya 2D sekarang mulai bermain di 3D. Lalu dari segi pewarnaan, dulu karya-karyanya lebih colorful dan ramai, kini Bunga lebih banyak mengadopsi warna-warna monokrom sampai gelap mengikuti usia dan kepribadiannya yang makin matang.
"Aku banyak mengeksplorasi tekstur dengan penggunaan semen, aci, cermin, dan shadow untuk menciptakan ruang ilusi yang lebih 3D," kata Bunga.
Rizki A. Zaelani, kurator Common Sanctum memaparkan, ilusi tersebut merupakan buah dari gagasan-gagasan yang hidup di kepala sang seniman. Ruang dan bangunan yang dipajangkan bukan hanya puing belaka, melainkan memori seseorang yang pernah tinggal di dalamnya.
"Wawarna yang ditampilkan dalam konstruksi visualnya berasal dari masa kecil Bunga, mulai dari cerah sampai monokrom hitam putih setelah dewasa," kata Rizki.
Baca juga: Menelusuri Perspektif Ilusi Ruang dari Mata Bunga Yuridespita
Menariknya, pameran Common Sanctum juga menampilkan visualisasi dalam bentuk video dan audio yang makin memperkaya pengalaman pengunjung saat menikmati karya seni Bunga Yuridespita.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.