Seorang pengunjng berjalan di karya mural Bunga Yuridespita pada pameran tunggal bertajuk Common Sanctum di Salihara Art Center, Jakarta, Rabu (6/3/2024). (sumber gambar Hypeabis.id/Arief Hermawan P)

Menelusuri Perspektif Ilusi Ruang dari Mata Bunga Yuridespita

06 March 2024   |   19:33 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Sebuah mural berukuran gigantik tampak mencolok di galeri seni Salihara. Didominasi warna monokrom, lukisan yang merespon dinding dan lantai itu, menghasilkan visual ilusif laiknya denah atau konstruksi arsitektur dengan berbagai ornamen di dalamnya. 

Mural site specific itu merupakan salah satu karya Bunga Yuridespita dalam pameran tunggal bertajuk Common Sanctum. Ekshibisi perupa sekaligus arsitek itu menampilkan sepilihan karya lain yang mengimba langgam arsitektur, khususnya pengalaman 'mengalami' ruang.

Baca juga: Pameran Create Make Impact, Cara Baru Menjaring Kolektor Seni

Ya, bagi Bunga, ruang merupakan sebuah pengalaman dan pengetahuan yang tak kunjung habis dieksplorasi. Perupa jebolan ITB itu bahkan tak hanya membayangkan ruang dengan logika arsitektural, tapi juga perenungan mendalam saat seseorang memasuki ruang hunian secara langsung.

Hal itu pun mewujud dalam deretan lukisan-lukisannya yang kental dengan nuansa abstrak yang khas. Misalnya lewat karya bertajuk Celestial Horizon (mix media on canvas, 200x200 cm, 2024). Lukisan bernuansa rustic itu secara umum memberi kesan geometri ruang lewat garis tegas yang dibuat.

Kontrasitas warna antara yang monokrom dan yang hangat juga memberi bentuk penegasan ruang yang kompleks. Tema senada juga terejawantah lewat lukisan Space Time Odyssey (tempera on canvas, 80x80 cm, 2024) lewat bentuk-bentuk geometris yang dibuat secara terukur dengan pola segitiga hingga trapesium.

Ada pula lukisan yang mengambil sudut pandang bird eye dalam konsep fotografi. Hasilnya, pengunjung disuguhi pengalaman visual laiknya sedang melihat bangunan arsitektur dari atas ketinggian. Hal itu terefleksi lewat karya El Euclidean Dream, Eternal Frontier, atau Organic Labyrinths dengan palet-palet yang kontras.
 

gaaj

Seorang pengunjung melihat  Bunga Yuridespita  pada pameran tunggal bertajuk Common Sanctum di Salihara Art Center, Jakarta, Rabu (6/3/2024). (sumber gambar Hypeabis.id/Arief Hermawan P)

Secara umum, ketiga lukisan menggunakan media tempera diatas burlap kanvas itu juga menghasilkan visual tentang ide bentuk menyerupai gambar denah ruangan. Tiap ruang juga memberi nuansa pengunjung sebagai keadaan dari perspektif tinggi-pendek, luas-sempit, terbuka-tertutup, dan sebagainya.

Cara Bunga mengkonstruksi bentuk serta efek ruang juga dilakukan dengan cermat. Yaitu dengan memanfaatkan kekuatan garis-garis geometris serta ‘logika’ pertemuan antar bentuk yang bersifat presisi. Sehingga, munculnya efek optis-warna itu kadang menciptakan kedalaman ruang, atau kadang tampak menonjol menciptakan bangunan ruang laiknya denah arsitektur.

"Dari karya-karyaku ini aku memang ingin pengunjung melihat ada sisi-sisi yang berbeda dari perspektif mata mereka, sehingga ini tidak melulu dari sudut pandangku saja sebagai pembuat," katanya saat ditemui Hypeabis.id.
 

Ruang di dalam Ruang 

Kurator pameran Rizki A.Zaelani mengatakan, proyek pameran Common Sanctum memang bisa dipahami sebagai upaya untuk menghidupkan kembali sensasi pengalaman ruang. Menurutnya ekshibisi ini bukan saja soal menciptakan ilusi ruang tentang dan dalam proyek arsitektur, tapi momen menghidupkan imaji dari publik yang menikmatinya.

Pemilihan tajuk Common Sanctum sendiri merupakan suatu konteks cara penghayatan ruang yang sejatinya bermakna ‘sakral,’ atau istimewa bagi setiap orang dengan cara yang tak perlu sama. Sebab perihal pemaknaan ruang saat ini juga semakin terdesak oleh masalah pengalaman hidup masyarakat kontemporer dalam logika percepatan waktu.

Gejala tersebut menurutnya banyak terjadi di lingkungan urban atau kota-kota besar. Yaitu lewat wujud ruang yang hanya disiapkan untuk kepentingan orang-orang yang akan berada di dalamnya, seperti bekerja, belanja, atau rekreasi. Akhirnya, ruang pun berubah menjadi obyek. Sebaliknya, Bunga justru ingin menjadikan ruang kembali berlaku sebagai subyek.

"Karya-karya Bunga yang dikerjakan secara langsung pada dinding-dinding ruangan justru menyuguhkan pengalaman tentang skala kehadiran tubuh manusia terhadap proporsi ruang secara konkrit," katanya. 
 

haha

Seorang pengunjung melihat  Bunga Yuridespita  pada pameran tunggal bertajuk Common Sanctum di Salihara Art Center, Jakarta, Rabu (6/3/2024). (sumber gambar Hypeabis.id/Arief Hermawan P) 

Rizki menjelaskan, lukisan-lukisan yang dikerjakan juga merepresentasikan karya seni rupa abstrak. Selain itu sang seniman juga tidak menunjukkan gambaran bentuk yang bercerita, atau menggambarkan simbol-simbol yang umumnya dimanfaatkan untuk ‘menjelaskan’ berbagai kisah milik sang pencipta. Artinya, publik diajak untuk mencerap sendiri visual yang mereka rasakan.

"Ekspresi pada lukisan-lukisan Bunga memang tak bermaksud menjelaskan [explaining] sesuatu hal (masalah) selain justru merupakan wujud intensitas cara untuk menunjukkan [showing] secara visual," tuturnya.

Pameran Common Sanctum yang dihelat Cans's Gallery dan Galeri Salihara terbuka untuk umum pada 7 Maret sampai 3 April 2024. Ekshibisi tunggal kedua dari Bunga Yuridespita ini dapat dikunjungi secara gratis mengikuti jam operasional ruang alternatif di Jakarta Selatan itu.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Serunya Berseluncur di Wahana River Tubing New Rivermoon

BERIKUTNYA

Sambut Ramadan, Tren Belanja Konsumen Indonesia Bakal Capai Puncaknya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: