Pengunjung mengamati karya pada Jakarta Mural Art Festival di Jakarta, Sabtu (9/3/2024). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)

Seni Graffiti dengan Sentuhan Kritik Sosial 'Bergema' di Jakarta Mural Art Festival 2024

09 March 2024   |   21:06 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Like
Sore itu, taman cantik di tengah gedung perkantoran Setiabudi One, Jakarta, tampak berbeda. Di antara gedung-gedung tinggi yang berjejer di salah satu kawasan ramai di ibu kota tersebut, sebuah mural berukuran gigantik di satu dinding terpampang satu karya mural yang mencolok.

Beberapa yang melintas tampak aktif berswafoto, membaca kuratorial, atau membicarakan karya yang berukuran 8x16 meter karya Ashido Aldorio Simatupang atau lebih dikenal dengan Lampurio tersebut. Karya ini adalah bagian dari Jakarta Mural Art Festival 2024.

Baca juga: Intip Kreativitas Pelukis dan Muralis Muda dalam Berkarya

Gelaran Jakarta Mural Art Festival yang dihelat di salah satu sudut Setiabudi One itu memang cukup menyedot perhatian publik. Ekshibisi ini menampilkan karya-karya para seniman mural yang dikurasi oleh produser seni mural dari Jepang Takuma Kobayashi.
 

w

Pengunjung mengamati karya pada Jakarta Mural Art Festival di Jakarta, Sabtu (9/3/2024). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)


Di ruang pamer, sejumlah anak-anak muda tadi tampak masih menikmati berbagai karya seni mural yang hadir dengan berbagai ukuran. Mural yang ditampilkan tidak selalu haruslah di tembok, tetapi juga di medium-medium lain.

Selain Lampurio, beberapa seniman lain yang karyanya dipacak di ruang pamer ini adalah Sasya Tranggono dan Donald Saluling. Berlangsung hingga 1 Juni 2024, festival mural ini memajang puluhan karya dengan langgam berbeda.

Setiap mural yang dipacak tampak menawarkan daya reflektif terhadap diri maupun kondisi sosial kekinian. Masing-masing menyajikan cerita dalam balutan goresan seni yang memikat.

Hal tersebut misalnya terefleksi dalam mural bertajuk Konspirasi. Karya bertitimangsa 2020 dari Lampurio tersebut menampilkan figur berwarna hijau dengan bibir merah yang tertutup rapat terkunci oleh gembok.
 

a

Konspirasi Karya bertitimangsa 2020 dari Lampurio (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)


Di bagian gemboknya, tertulis kalimat sentilan “Freedom of Speech”. Tak hanya mulut, tangan figur tersebut
juga terkunci akibat borgol yang melingkar di kedua sisinya. Di bagian tangannya, tertulis kata ‘pasal karet’ dan demo-krasi yang terpenggal.

Wajah sang figur tampak memelas. Tatapannya nanar. Namun, dia tetap menatap ke depan. Di bagian atasnya, tertampang jelas tulisan “Tajam ke bawah, tumpul ke atas”. Dalam karya ini, Lampurio tampak ingin memaknai ulang kritik sebagai motivasi untuk memperbaiki sistem.

“Keadilan adalah landasan hidup yang bertujuan menjaga keseimbangan dan memberikan dampak baik, yaitu kedamaian. Namun, masih banyak oknum yang memainkan kuasa untuk kepentingan kelompok saja,” kata Lampurio.

Sementara itu, Donald Saluling mencoba menyuguhkan karya berbeda. Dalam mural bertajuk The Waiting Game, menyuguhkan potret dua sudut pandang yang kerap terjadi di jalanan dengan dominasi palet merah.
 

a

The Waiting Game karya Donald Saluling (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)


Karya yang masuk ke dalam bagian Jakarta Macet Series ini menampilkan dua orang pria yang sedang menunggu giliran. Satu pria tampak sedang berdiri sambil menjajakan jajanan, sedangkan satu lainnya sedang beristirahat sebelum memulai harinya kembali.

Jakarta Macet Series adalah rangkaian lukisan Donald yang dibuat dari 2008-2010. Pada periode ini, dia kerap bepergian dari Jakarta Selatan ke Jakarta Utara untuk bekerja. Lukisan ini pun didasarkan pada foto yang diambilnya kala itu dari kamera saku, tentang kemacetan lalu lintas sehari-hari di Jakarta.

“Foto tersebut kebanyakan saya ambil ketika berada di dalam taksi, mobil pribadi, dan bus, terjebak dalam kemacetan parah,” kata Donald. 

Baca juga: Mural Banksy yang Jadi Simbol Perlawanan di Ukraina Jadi Sasaran Pencuri

Donald lalu mulai mereproduksi foto-foto tersebut ke dalam lukisan, dengan memanipulasi warna, bermain dengan komposisi menggunakan aplikasi desain grafis, dan menciptakan apa yang diripikirnya dalah sebuah seri seni perkotaan.

Lalu, salah satu mural mencolok lain juga datang dari Sasya Tranggono. Dia memainkan potret berbagai tokoh wayang dengan unik. Gambaran tokoh dalam pewayangan itu hadir dengan karakter yang berbeda-beda.

Dalam judul Iriana, misalnya, Sasya memotret gambaran figur wayang perempuan dengan sanggung di kepalanya. Sorotan matanya tajam, seperti sedang ingin meluapkan emosi. Medium yang digunakannya adalah mixed media on paper.

Karya-karya Sasya juga diturunkan dalam bentuk merchandise berupa jaket denim, kipas, shawl, birthday calender, hingga blank cards.
 

s

Iriana karya Sasya Tranggono (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)


Movement Berkelanjutan

Founder SenyuMuseum Edgar Honggo mengatakan Jakarta Mural Art Festival bukanlah event, melainkan sebuah movement.  Pameran pertama yang mengambil tajuk The City Canvas hanyalah awal dari sebuah perjalanan yang akan dimulai.

Dalam satu tahun ke depan, setiap bulan SenyuMuseum akan mengadakan acara serupa di lokasi dan konsep yang berbeda-beda. Dirinya pun akan mengajak lebih banyak seniman urban mural lainnya.

“Setiap bulan akan ada event di venue berbeda. Tempat yang kami datangi bukan hanya komersial, nanti ada di museum, public space, bahkan ada wacana di Pulau Seribu,” ucap Edgar.

Series dari berbagai events untuk menunjukkan karya-karya yang mampu mengubah Jakarta “From Capital to Magical!”. Seni mural menjadi benang merah dari pergerakannya ke depan. Menurutnya, mural adalah seni organik yang siapa saja bisa menikmatinya. Sesuatu yang akan membuat Jakarta menjadi kota yang lebih berwarna.
 

a

Pengunjung mengikuti sesi diskusi pada Jakarta Mural Art Festival di Jakarta, Sabtu (9/3/2024). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)


Mural art adalah seni yang inklusif. Kalau kita naik kendaraan, pasti kita melihat grafity dan sebagainya. Itu adalah representasi inklusif yang menaik bahwa kekaryaan ini bisa dinikmati di mana saja dan kapan saja tanpa terbatas ruang.

“Kita menyebut ini Jakarta Mural Art Festival, tetapi bukan berarti hanya grafity yang digambar di tembok. Presentasi seni juga berkembang, dari instlasi atau kegiatan yang terinspirasi dari mural yang ada di Jakarta,” ungkapnya.

Selain memamerkan karya dan serangkaian acara menarik lainnya, Jakarta Mural Art Festival 2024 juga mengadakan art market selama tiga hari dari tanggal 8 Maret hingga 10 Maret 2024 dan musik khusus 9 Maret 2024. 

Baca juga: Ilustrator Yessiow Gaungkan Nama Indonesia di Panggung Seni Mural Internasional

Tiap harinya, art market yang dibuka untuk publik ini dapat dikunjungi mulai jam 10 pagi sampai jam 9 malam. Art market ini juga turut mengundang semua orang yang tertarik dengan seni, desain, dan produk hasil buatan tangan. 

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Bunga Yuridespita Eksplorasi Ruang 3D Monokrom dalam Common Sanctum 

BERIKUTNYA

Cek Sinopsis Dua Hati Biru yang Tayang di Bioskop 17 April 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: