Ilustrasi (Foto : Foto oleh Canva Studio/ pexels)

Tren Gaji di Perusahaan Startup Menurun? Cek Faktanya

05 March 2024   |   13:05 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Perkembangan teknologi artificial intelligent (AI) saat ini tampaknya sedang berkembang pesat. Banyak perusahaan yang mulai memanfaatkan teknologi tersebut. Nah, penggunaan teknologi AI ini nyatanya berdampak pada perkembangan bisnis startup termasuk mengenai tren gaji.

Ini terlihat dari laporan terbaru yang dirilis oleh Glints dan Monk’s Hill Ventures (‘MHV’) bertajuk Southeast Asia Startup Talent Trends Report 2024 yang mengemukakan beberapa temuan terkait perkembangan bisnis startup khususnya tentang tren perekrutan, gaji, serta ekuitas di dunia startup serta hubungannya dengan teknologi AI.

Baca juga: Pakar Ungkap Biang Keladi Startup Banyak yang Gulung Tikar pada 2023

Data tersebut dikumpulkan dari lebih 10.000 pekerja startup, 183 pimpinan dan pendiri startup, serta 72 wawancara dengan pendiri maupun operator startup di Indonesia, Singapura, Vietnam, dan Taiwan.

Dari hasil laporan tersebut, penurunan gaji startup paling terdampak terutama pada posisi junior engineering. Penurunan ini disebabkan oleh PHK di sektor teknologi dan juga adanya pemotongan biaya, sehingga posisi teknisi junior menjadi peran yang paling terdampak di seluruh wilayah disusul dengan adanya penurunan gaji di seluruh wilayah. Indonesia pun menjadi negara dengan penurunan tertinggi di angka 7 persen.

Sementara itu, baik frontend maupun backend developer mengalami penurunan tertinggi di antara posisi terkait engineering di Indonesia yakni 11,8 persen dan 8,5 persen sedangkan gaji analis produk terlihat stagnan. Selain penurunan terdapat juga kenaikan gaji yakni kenaikan gaji periset UI/UX mencapai hingga 7,8 persen serta perancang UI/UX hingga 3,4 persen. Ini membuktikan bahwa peran UI/UX semakin diakui di Indonesia.

Hal serupa juga terjadi pada sebagian besar posisi senior engineering di kawasan yang mengalami pertumbuhan cukup stabil dari tahun ke tahun, dengan peningkatan sekitar 2-3 persen untuk posisi ini.    


Permintaan Talenta Teknologi Masih Tinggi

Meski terjadi PHK dan penurunan gaji, permintaan terhadap talenta teknologi masih tinggi. Akibat dari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di bidang teknologi membuat peran junior di sektor ini mengalami peningkatan yang signifikan di pasar SDM, khususnya di sektor teknik yang menyebabkan tingginya pasokan kandidat.

Hal ini mengakibatkan penyesuaian gaji yang lebih rendah di berbagai posisi. Akan tetapi, beberapa posisi di jenjang karir menengah hingga senior seperti VP Teknik masih kompetitif dan banyak dicari. Hal ini menunjukkan tingginya permintaan terhadap individu dengan keterampilan tinggi.

Dewasa ini, AI juga memiliki kekuatan untuk mengubah bisnis. Dengan pemanfaatan AI, perusahaan dapat mengembangkan hubungannya menjadi lebih dalam dengan pelanggan, dengan kata lain AI memberi peluang pada perusahaan untuk menawarkan nilai yang lebih besar.

Dalam laporan ini Peng T. Ong, Co-Founder and Managing Partner of Monk's Hill Ventures menjelaskan bahwa penerapan AI di Asia Tenggara masih relatif baru dibandingkan dengan di Amerika Serikat. Karenanya, tren penerapan AI menghadirkan peluang untuk mengembangkan pemahaman dalam mengidentifikasi area yang berdampak untuk membangun bisnis kelas dunia. 

Di antara talenta-talenta teknologi tersebut, talenta AI khususnya menjadi primadona di Indonesia dan Vietnam. Penggunaan teknologi AI yang semakin meningkat juga telah mendorong permintaan terhadap talenta AI dengan berbagai tingkat pengalaman.

Di Indonesia misalnya, gaji untuk posisi AI di tingkat junior melebihi pekerjaan lainnya dengan pengalaman setara, sementara prompt engineer dan trainer junior tercatat mendapatkan gaji pada kisaran US$700 setiap bulannya. Adapun, untuk AI Engineer, AI Prompt Engineer/AI Trainer dan AI Research Scientist berbekal lebih dari 10 tahun pengalaman tercatat mendapatkan gaji tertinggi di angka US$4.000 setiap bulannya. 

Ke depannya, seluruh pekerjaan terkait AI pun diperkirakan akan dibayar semakin mahal.

Peningkatan efisiensi jadi alasan pendiri startup di kawasan ASEAN SEA mengadopsi AI dalam jangka waktu dekat. Penggunaan AI fokus untuk mengotomatisasikan pekerjaan administratif, pembuatan konten, serta customer service yang menitikberatkan kepada penyederhanaan operasional.

Steve Sutanto selaku Co-Founder & Group GM Glints turut menjelaskan bahwa saat ini startup semakin mahir dalam menavigasi tantangan dan kompleksitas, di mana para startup telah menjalankan strategi untuk lebih berfokus pada profitabilitas dengan merekrut talenta-talenta kuat untuk mendorong stabilitas perusahaan, alih-alih melakukan perekrutan massal.

Di tengah kalibrasi ulang ini, beberapa talenta di bidang teknologi dan peran-peran lainnya yang dapat menghasilkan pendapatan memiliki permintaan yang tinggi, khususnya di tengah pemutusan hubungan kerja. Steve pun melihat adanya peningkatan pada perekrutan talenta AI, termasuk AI engineers, prompters, dan scientists, karena saat ini kebanyakan pendiri Startup berinvestasi pada AI.

“Bagi startup yang memiliki posisi kuat, saat ini adalah waktu yang tepat untuk merekrut talenta-talenta yang memiliki keterampilan tinggi dan kuat, untuk mendorong inovasi dan membuat perusahaan semakin stabil,” tuturnya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda
 

SEBELUMNYA

5 Kiat Memilih Skin Booster Demi Wajah Mulus Bebas Kerutan

BERIKUTNYA

Waspada Penipuan Program Affiliate, Kenali 3 Modusnya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: