Ini Gangguan Mental yang Sering Dialami Gen Z & Penyebabnya
30 January 2025 |
18:04 WIB
Generasi Z yang lahir antara 1997 hingga 2012 mendominasi proporsi penduduk Indonesia. Menurut data sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, jumlah Gen Z di Indonesia mencapai 74,93 juta jiwa atau 27,94 persen dari total populasi. Dominasi ini memberikan harapan akan potensi kemajuan dan perubahan bangsa di masa depan.
Meski demikian, keterbukaan Gen Z terhadap teknologi dan internet, meskipun memberikan kemudahan akses informasi, juga meningkatkan kerentanan terhadap masalah kesehatan mental. Gen Z dihadapkan dengan berbagai tekanan dan tantangan pada era digital dan media sosial.
Hasil riset yang dilakukan OliverWyman Forum pada 2023 menemukan bahwa sebanyak 65 persen Gen Z dilaporkan mengalami setidaknya satu masalah kesehatan mental dalam dua tahun terakhir. Angka ini terbilang tinggi dibandingkan dengan generasi lainnya yang lebih tua, termasuk Milenial (51 persen), Gen X (29 persen), dan Baby Boomer (14 persen).
Baca Juga: Mengenal Istilah Mental Strawberry yang Identik dengan Generasi Muda
Sementara itu, hasil survei McKinsey Health Institute tahun 2022 terhadap 41.960 orang di 26 negara, menemukan terdapat 18 persen responden kelahiran tahun 1997-2012 atau Gen Z yang merasa kesehatan mentalnya buruk.
Persentase itu lebih tinggi dibandingkan 13 persen generasi Milenial yang menganggap kesehatan mentalnya buruk. Sementara, persentase generasi X dan Baby Boomers yang menganggap kesehatan mentalnya buruk masing-masing sebesar 11 persen dan 4 persen.
Hal hampir serupa juga ditemukan dalam hasil survei Substance Abuse and Mental Health Services Administration tahun 2022. Hasil riset itu menemukan bahwa lebih dari 1 dari 3 atau 36 persen Gen Z memiliki penyakit mental dalam satu tahun terakhir, yang berarti gangguan mental, perilaku, dan emosional apapun yang cukup lama hingga memenuhi kriteria diagnostik klinis.
Lantas, apa saja gangguan kesehatan mental yang berap dialami oleh Gen Z? Berikut adalah ulasannya.
Disebutkan bahwa perempuan menjadi kelompok dari Gen Z yang paling banyak menghadapi perasaan sedih dan putus asa yakni sebesar 57 persen. Angka ini sangat tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan sekolah menengah Milenial yang mengalami gangguan serupa sebanyak 35 persen.
Sementara itu, hasil survei The Annie E. Casey Foundation tahun 2022 menemukan bahwa lebih dari 2 dari 5 atau 44 persen Gen Z mengaku mengalami gangguan perasaan gelisah atau cemas terus-menerus, dan 1 dari 3 atau 33 persen dari mereka mengalami perasaan tertekan, putus asa, atau putus asa yang terus-menerus.
Di sisi lain, survei yang sama juga melaporkan bahwa 18 persen responden Gen Z yang berusia 18 hingga 25 tahun mengalami depresi berat pada 2021. Angka ini terbilang tinggi untuk generasi yang lebih tua dari mereka, yakni 10 persen untuk kelompok usia 26-49 tahin dan 5 persen untuk mereka yang berusia 50 tahun ke atas.
Berikut adalah beberapa penyebab Gen Z rentan mengalami gangguan mental.
Sementara itu, sebuah penelitian yang diterbitkan di National Library of Medicine melaporkan bahwa sebanyak 80 persen dari 10.000 responden Gen Z khawatir tentang krisis iklim, yang membuat mereka lebih rentan merasa seidh, cemas, marah, dan tidak berdaya.
Namun, di sisi lain, perkembangan teknologi juga membuat Gen Z rentan terpapar serangkaian berita negatif, mendorong perbandingan sosial yang tidak sehat, dan meningkatkan risiko pelecehan daring.
Baca Juga: Kesehatan Mental dan Fisik jadi Fokus Utama Gen Z Hadapi Tantangan 2025
Editor: M. Taufikul Basari
Meski demikian, keterbukaan Gen Z terhadap teknologi dan internet, meskipun memberikan kemudahan akses informasi, juga meningkatkan kerentanan terhadap masalah kesehatan mental. Gen Z dihadapkan dengan berbagai tekanan dan tantangan pada era digital dan media sosial.
Hasil riset yang dilakukan OliverWyman Forum pada 2023 menemukan bahwa sebanyak 65 persen Gen Z dilaporkan mengalami setidaknya satu masalah kesehatan mental dalam dua tahun terakhir. Angka ini terbilang tinggi dibandingkan dengan generasi lainnya yang lebih tua, termasuk Milenial (51 persen), Gen X (29 persen), dan Baby Boomer (14 persen).
Baca Juga: Mengenal Istilah Mental Strawberry yang Identik dengan Generasi Muda
Sementara itu, hasil survei McKinsey Health Institute tahun 2022 terhadap 41.960 orang di 26 negara, menemukan terdapat 18 persen responden kelahiran tahun 1997-2012 atau Gen Z yang merasa kesehatan mentalnya buruk.
Persentase itu lebih tinggi dibandingkan 13 persen generasi Milenial yang menganggap kesehatan mentalnya buruk. Sementara, persentase generasi X dan Baby Boomers yang menganggap kesehatan mentalnya buruk masing-masing sebesar 11 persen dan 4 persen.
Hal hampir serupa juga ditemukan dalam hasil survei Substance Abuse and Mental Health Services Administration tahun 2022. Hasil riset itu menemukan bahwa lebih dari 1 dari 3 atau 36 persen Gen Z memiliki penyakit mental dalam satu tahun terakhir, yang berarti gangguan mental, perilaku, dan emosional apapun yang cukup lama hingga memenuhi kriteria diagnostik klinis.
Gangguan cemas jadi salah satu masalah kesehatan mental yang paling banyak dialami Gen Z. (Sumber gambar: Olly/Pexels)
1. Perasaan Sedih atau Putus Asa
Menurut data survei perilaku risiko remaja oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), sebanyak 42 persen Gen Z yang merupakan siswa sekolah menengah mengalami perasaan sedih atau putus asa yang terus-menerus pada 2021.Disebutkan bahwa perempuan menjadi kelompok dari Gen Z yang paling banyak menghadapi perasaan sedih dan putus asa yakni sebesar 57 persen. Angka ini sangat tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan sekolah menengah Milenial yang mengalami gangguan serupa sebanyak 35 persen.
Sementara itu, hasil survei The Annie E. Casey Foundation tahun 2022 menemukan bahwa lebih dari 2 dari 5 atau 44 persen Gen Z mengaku mengalami gangguan perasaan gelisah atau cemas terus-menerus, dan 1 dari 3 atau 33 persen dari mereka mengalami perasaan tertekan, putus asa, atau putus asa yang terus-menerus.
2. Gangguan Cemas & Tertekan
Survei dari Gallup tahun 2023 menemukan bahwa sebanyak 47 persen Gen Z sering atau selalu merasa cemas, dan lebih dari 1 dari 5 atau 22 persen dari mereka sering atau selalu merasa tertekan. Gangguan ini lebih banyak dialami oleh kelompok perempuan Gen Z hingga mencapai 74 persen.3. Depresi Berat
Hasil survei Substance Abuse and Mental Health Services Administration tahun 2022 yang melibatkan hampir 15.000 responden berusia 12-17 tahun menemukan bahwa 1 dari 5 atau 20 persen dari mereka mengalami depresi berat pada 2021. Dari jumlah tersebut, sebanyak 25 persennya mengaku mengalami depresi berat dan gangguan penggunaan zat terlarang.Di sisi lain, survei yang sama juga melaporkan bahwa 18 persen responden Gen Z yang berusia 18 hingga 25 tahun mengalami depresi berat pada 2021. Angka ini terbilang tinggi untuk generasi yang lebih tua dari mereka, yakni 10 persen untuk kelompok usia 26-49 tahin dan 5 persen untuk mereka yang berusia 50 tahun ke atas.
Depresi berat jadi salah satu masalah kesehatan mental yang paling banyak dialami Gen Z. (Sumber gambar: Pixabay/Pexels)
Penyebab Gen Z Rentan Alami Gangguan Mental
Terdapat beberapa faktor yang menurut para ahli menjadi penyebab meningkatnya masalah kesehatan mental di kalangan Gen Z. Mulai dari tingginya tingkat penggunaan media sosial, eningkatnya stres dan konteks sosial akibat isu-isu seperti perubahan iklim, penembakan massal, kekerasan rasial, dan epidemi opioid, hingga dampak jangka panjang dari ketidakadilan ekonomi.Berikut adalah beberapa penyebab Gen Z rentan mengalami gangguan mental.
Stres Finansial dan Tekanan Prestasi
Menurut survei yang dilakukan Harvard University tahun 2022, sebanyak 56 persen dari Gen Z mengaku memiliki kekhawatiran finansial yang pada akhirnya memengaruhi kesehatan mental mereka secara negatif. Sementara itu, setengah dari mereka atau sebanyak 51 persen mengatakan tuntutan prestasi atau pencapaian juga membuat mereka rentan mengalami gangguan mental.Kurangnya Arah dan Tujuan Hidup
Studi yang sama menemukan bahwa setengah dari Gen Z mengatakan kesehatan mental mereka terpengaruh secara negatif karena tidak mengetahui apa yang harus dilakukan dengan hidup mereka. Sebayak 58 persen dari mereka mengaku tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup mereka dalam sebulan terakhir.Perubahan Iklim & Kekhawatiran Global
Sebanyak 45 persen Gen Z mengaku bahwa kesehatan mental mereka terganggu oleh fenomena perubahan iklim, sehingga merasa bahwa segala sesuatunya berantakan. Satu dari tiga Gen Z juga mengaku bahwa perubahan iklim berdampak negatif untuk kehidupan mereka.Sementara itu, sebuah penelitian yang diterbitkan di National Library of Medicine melaporkan bahwa sebanyak 80 persen dari 10.000 responden Gen Z khawatir tentang krisis iklim, yang membuat mereka lebih rentan merasa seidh, cemas, marah, dan tidak berdaya.
Keterbukaan Internet & Media Sosial
Selain itu, teknologi juga berperan sebagai salah satu penyebab Gen Z rentan mengalami gangguan kesehatan mental. Di satu sisi, Gen Z yang tumbuh besar di tengah perkembangan internet dan media sosial yang sangat terbuka dan terhubung dapat menyediakan akses ke hubungan sosial yang positif dan sumber daya yang mendukung.Namun, di sisi lain, perkembangan teknologi juga membuat Gen Z rentan terpapar serangkaian berita negatif, mendorong perbandingan sosial yang tidak sehat, dan meningkatkan risiko pelecehan daring.
Baca Juga: Kesehatan Mental dan Fisik jadi Fokus Utama Gen Z Hadapi Tantangan 2025
Editor: M. Taufikul Basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.