Ilustrasi kurma. (Sumber foto: Pexels/Khats Cassim)

Jelang Bulan Ramadan, Ikuti Saran untuk Penderita Penyakit Degeneratif Agar Tetap Fit

28 February 2024   |   22:18 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Saat bulan Ramadan, pola makan dan minum umat Islam banyak mengalami perubahan karena harus berpuasa dari waktu fajar sampai matahari terbenam. Perubahan ini perlu diantisipasi oleh para pemilik penyakit degeneratif seperti diabetes agar tetap fit saat berpuasa.

Sudah menjadi rahasia umum jika makanan dan minuman manis selalu tersedia setiap hari saat bulan Ramadan. Setelah menahan lapar dan dahaga seharian, konsumsi makanan dan minuman manis seperti kolak dan es buah terasa sangat nikmat dan segar.

Baca juga: Boleh Enggak Ibu Hamil Berpuasa? Begini Penjelasan Dokter Kandungan & Ahli Gizi

Ahli Gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Ali Khomsan mengatakan bahwa pada dasarnya para pengidap penyakit diabetes pada bulan puasa tetap harus berhati-hati dalam mengonsumsi gula dan karbohidrat.

“Oleh sebab itu batasi kolak pisang dan es buah saat berbuka,” katanya kepada Hypeabis.id.

Dia menyarankan, pemilik penyakit diabetes sebaiknya memilih nasi merah jika ada lantaran memiliki indeks glikemik yang rendah dan baik untuk penderita diabetes. Sementara itu, buah yang dianjurkan dikonsumsi adalah apel atau pir.

Selain itu, biasakan langsung makan setelah salat magrib dan jangan menunggu setelah ibadah tarawih usai. Langkah tersebut perlu dilakukan agar tidak tergoda untuk memakan makanan ringan atau snack saat berbuka puasa.

Sementara terkait makan sahur, dia menilai makanan yang baik harus memenuhi syarat nasi, sayur, lauk, dan buah. Kemudian, pemilik penyakit degeneratif diabetes yang memiliki tubuh gemuk juga perlu mengurangi konsumsi santan.

“Terkait penderita yang gemuk, maka asupan lemak harus dikurangi termasuk santan dan gorengan,” ujarnya.

Tidak hanya itu, asupan makanan dan minuman manis juga tetap harus dibatasi bagi para penderita penyakit degeneratif – terutama jika memiliki diabetes. Dia mengingatkan bahwa penderita diabetes bisa mengalami komplikasi - termasuk serangan jantung yang berbahaya karena mengalami kerusakan pembuluh darah.

Pada kesempatan terpisah, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengimbau pemilik penyakit degenearatif tetap mengonsumsi obat sesuai dosis pada saat Ramadan.
 

Ilustrasi gula dan diabetes. (Sumber foto: Pexels/Artem Podrez)

Ilustrasi gula dan diabetes. (Sumber foto: Pexels/Artem Podrez)

Tidak hanya itu, mereka juga perlu berkonsultasi dengan dokternya mengenai pola obat yang harus digunakan. Selain itu, pemilik penyakit diabetes tidak memakan makanan manis yang berlebihan. “Pada kondisi yang tidak memungkinkan berpuasa, tidak dianjurkan berpuasa,” katanya.

Siti mengungkapkan bahwa makanan dan minuman yang baik bagi penderita degeneratif sangat bergantung terhadap kondisi setiap penyakit. Jika dalam keadaan terkontrol, individu tidak memiliki larangan untuk menikmati jenis makanan tertentu.

Meskipun begitu, dia kembali mengingatkan makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak berlebihan atau terlalu manis.
Untuk diketahui, pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) merekomendasikan orang dewasa dan anak-anak mengurangi asupan free sugar hingga kurang dari 10 persen dari total asupan energi.

“Pengurangan lebih lanjut hingga di bawah 5 persen atau sekitar 25 gram [6 sendok teh] per hari akan memberikan manfaat kesehatan tambahan,” demikian tertulis.

Asupan free sugar atau bebas gula mengacu pada monosakarida (glukosa, fruktosa) dan disakarida (sukrosa atau gula meja) yang ditambahkan ke makanan dan minuman oleh produsen, juru masak atau konsumen, dan gula yang secara alami terdapat dalam madu, sirup, jus buah, dan konsentrat jus buah.

Pedoman WHO tersebut juga tidak mengacu terhadap gula dalam buah-buahan dan sayuran segar, serta gula yang secara alami ada dalam susu, karena tidak ada bukti yang dilaporkan mengenai efek buruk dari konsumsi gula tersebut.

Francesco Branca, Director of WHO’s Department of Nutrition for Health and Development, mengungkapkan bahwa organisasi memiliki bukti kuat menjaga asupan free sugar kurang dari 10 persen dari total asupan energi dapat mengurangi kelebihan berat badan, obesitas, dan kerusakan gigi.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

 

SEBELUMNYA

FDA Tak Merekomendasikan Penggunaan Smartwatch & Smart Ring untuk Keperluan Ini

BERIKUTNYA

Menggali Makna dan Teori di Balik Official Poster Film Siksa Kubur Garapan Joko Anwar

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: