Bangun Literasi Publik, Museum Batik Gelar Pameran Temporer Batik Tanah Air
19 February 2024 |
22:00 WIB
Penikmat karya wastra Indonesia sepertinya siap semringah awal tahun ini. Sebab Museum Batik Indonesia kembali menggelar pameran temporer batik dengan memacak berbagai jenis kain batik kreasi para pengrajin dari pulau Jawa, Sumatera, dan Kota Maluku yang berlangsung hingga 29 Februari 2024.
Mengambil tajuk Hulu ke Hilir: Ekosistem Batik, ekshibisi ini bertujuan untuk memperkenalkan dan memperlihatkan kreasi batik kepada publik. Khususnya terkait nilai-nilai dan kompleksitas ekosistem batik, baik dari segi kreativitas para pengrajin dan pola pembuatannya.
Baca juga: Intip Dapur Studio Seni Adi Gunawan, Heri Dono, Nana Tedja & Dolorosa Sinaga
Uniknya, pada pameran ini juga pengunjung diajak untuk mengenal dunia penciptaan karya batik mulai dari proses pra produksi, produksi, distribusi. Bahkan, pengunjung juga akan diberikan edukasi terkait upaya pelestarian batik yang saat ini terus digalakkan oleh pegiat batik dari berbagai kalangan, termasuk para influencer.
Ahmad Mahendra selaku Plt. Museum dan Cagar Budaya (IHA) mengatakan, pameran ini merupakan satu langkah penting dalam memperkuat kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian warisan budaya. Sebab, selain menjadi identitas bangsa, batik merupakan cerminan dari realitas masyarakat tempat dimana karya tersebut dibuat.
"Oleh karena itu kami berharap pameran ini dapat menginspirasi masyarakat, terutama untuk terlibat aktif dalam melestarikan batik sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya bangsa," katanya.
Setali tiga uang, Penanggung Jawab Museum Batik Indonesia Archangela Y. A. mengatakan, pameran ini merupakan salah satu upaya mereka untuk memperkenalkan lebih dalam nilai-nilai di balik penciptaan batik. Khususnya mengenai nilai gagasan, kerja keras, dan kreativitas dari para pengrajin batik di Tanah Air.
"Semoga lewat pameran ini, pengunjung dapat lebih menghargai dan mempertahankan keberlanjutan batik yang telah dilakukan oleh para pelaku budaya batik serta mengajak publik lain untuk turut berperan dalam melestarikan kain warisan leluhur ini," tuturnya.
Sementara itu, Dosen Seni Rupa dan Desain Lasalle College, Susi Harahap, mengatakan, penyelenggaraan ekshibisi tersebut merupakan salah satu kegiatan yang penting. Sebab, selain menyajikan visual yang informatif, tata letak karya batik yang dihadirkan juga estetik alisa sedap dipandang mata.
Tak hanya itu, pameran ini menurutnya juga memberikan gambaran besar terkait proses produksi-konsumsi batik. Termasuk mata rantai produksi-distribusi yang seringkali tidak diperlihatkan kepada publik. Artinya, masyarakat dapat lebih mudah untuk mengapresiasi dan turut berkontribusi dalam pelestarian ekosistem batik.
"Kita juga bisa kita melihat informasi dengan lebih jelas. Selain itu suasana yang ditampilkan proporsional sehingga siapapun yang melihat juga nyaman, membuat lebih paham bagaimana wastra Indonesia itu demikian punya nilai yang sangat tinggi," tuturnya.
Dilansir dari laman UNESCO, batik menjadi Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia lantaran teknik, simbolisme, dan budaya seputar pakaian katun dan sutra yang diwarnai dengan tangan, meresapi kehidupan orang Indonesia dari awal hingga akhir hayat.
UNESCO menuliskan bahwa keragaman pola yang luas pada batik Indonesia mencerminkan berbagai pengaruh. Mulai dari kaligrafi Arab, karangan bunga Eropa dan burung phoenix Cina, hingga bunga sakura Jepang, serta burung merak India atau Persia.
“Seringkali diturunkan dalam keluarga selama beberapa generasi, kerajinan batik terjalin dengan identitas budaya masyarakat Indonesia dan, melalui makna simbolis dari warna dan desainnya, mengekspresikan kreativitas dan spiritualitas mereka,” demikian pernyataan tertulis UNESCO.
Baca juga: Yuk Intip Lukisan Karya 24 Alumni Seni Rupa UNJ di Pameran Tatap Rupa Plaza Indonesia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Mengambil tajuk Hulu ke Hilir: Ekosistem Batik, ekshibisi ini bertujuan untuk memperkenalkan dan memperlihatkan kreasi batik kepada publik. Khususnya terkait nilai-nilai dan kompleksitas ekosistem batik, baik dari segi kreativitas para pengrajin dan pola pembuatannya.
Baca juga: Intip Dapur Studio Seni Adi Gunawan, Heri Dono, Nana Tedja & Dolorosa Sinaga
Uniknya, pada pameran ini juga pengunjung diajak untuk mengenal dunia penciptaan karya batik mulai dari proses pra produksi, produksi, distribusi. Bahkan, pengunjung juga akan diberikan edukasi terkait upaya pelestarian batik yang saat ini terus digalakkan oleh pegiat batik dari berbagai kalangan, termasuk para influencer.
Ahmad Mahendra selaku Plt. Museum dan Cagar Budaya (IHA) mengatakan, pameran ini merupakan satu langkah penting dalam memperkuat kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian warisan budaya. Sebab, selain menjadi identitas bangsa, batik merupakan cerminan dari realitas masyarakat tempat dimana karya tersebut dibuat.
"Oleh karena itu kami berharap pameran ini dapat menginspirasi masyarakat, terutama untuk terlibat aktif dalam melestarikan batik sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya bangsa," katanya.
Beberapa karya batik di pameran Hulu ke Hilir: Ekosistem Batik (sumber gambar Museum batik Indonedsia)
"Semoga lewat pameran ini, pengunjung dapat lebih menghargai dan mempertahankan keberlanjutan batik yang telah dilakukan oleh para pelaku budaya batik serta mengajak publik lain untuk turut berperan dalam melestarikan kain warisan leluhur ini," tuturnya.
Sementara itu, Dosen Seni Rupa dan Desain Lasalle College, Susi Harahap, mengatakan, penyelenggaraan ekshibisi tersebut merupakan salah satu kegiatan yang penting. Sebab, selain menyajikan visual yang informatif, tata letak karya batik yang dihadirkan juga estetik alisa sedap dipandang mata.
Tak hanya itu, pameran ini menurutnya juga memberikan gambaran besar terkait proses produksi-konsumsi batik. Termasuk mata rantai produksi-distribusi yang seringkali tidak diperlihatkan kepada publik. Artinya, masyarakat dapat lebih mudah untuk mengapresiasi dan turut berkontribusi dalam pelestarian ekosistem batik.
"Kita juga bisa kita melihat informasi dengan lebih jelas. Selain itu suasana yang ditampilkan proporsional sehingga siapapun yang melihat juga nyaman, membuat lebih paham bagaimana wastra Indonesia itu demikian punya nilai yang sangat tinggi," tuturnya.
Dilansir dari laman UNESCO, batik menjadi Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia lantaran teknik, simbolisme, dan budaya seputar pakaian katun dan sutra yang diwarnai dengan tangan, meresapi kehidupan orang Indonesia dari awal hingga akhir hayat.
UNESCO menuliskan bahwa keragaman pola yang luas pada batik Indonesia mencerminkan berbagai pengaruh. Mulai dari kaligrafi Arab, karangan bunga Eropa dan burung phoenix Cina, hingga bunga sakura Jepang, serta burung merak India atau Persia.
“Seringkali diturunkan dalam keluarga selama beberapa generasi, kerajinan batik terjalin dengan identitas budaya masyarakat Indonesia dan, melalui makna simbolis dari warna dan desainnya, mengekspresikan kreativitas dan spiritualitas mereka,” demikian pernyataan tertulis UNESCO.
Baca juga: Yuk Intip Lukisan Karya 24 Alumni Seni Rupa UNJ di Pameran Tatap Rupa Plaza Indonesia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.