Met Gala 2024 Usung Tema The Garden of Time Terinspirasi dari Cerpen Ballard
19 February 2024 |
15:26 WIB
Malam mode yang paling ditunggu-tunggu, Met Gala, akan menyulap karpet merahnya menjadi The Garden of Time yang fantastis pada 6 Mei 2024. Terinspirasi dari cerpen J.G. Cerpen Ballard berjudul sama yang diterbitkan pada 1962, tema gala kali ini akan memadukan alam, fiksi ilmiah, dan distopia yang menawan.
Dilansir Vogue, co-chair Met Gala yakni Bad Bunny, Chris Hemsworth, Jennifer Lopez, Zendaya, dan Anna Wintour akan menyambut para tamu di The Metropolitan Museum of Art untuk pameran bertajuk Sleeping Beauties: Reawakening Fashion.
Baca juga: Harga Tiket Met Gala Tembus Rp739 Juta, Banyak Pesohor dan Selebritas Batal Hadir?
Meski tajuknya mengingatkan kita dengan cerita Brothers Grimm atau film Disney yang terkenal, Sleeping Beauties merujuk pada pakaian dan koleksi fesyen yang begitu rapuh sehingga tidak akan pernah bisa dipakai lagi—dengan demikian menjadi arsip cantik yang 'tertidur' koleksi Costume Institute di The Met.
The Met menyampaikan bahwa pada gala di musim semi nanti kita akan melihat ragam rangkaian mode dari masa ke masa, seperti korset dari era Elizabethan pada abad ke-17 yang mencerminkan keindahan alam—kerapuhan dan kerusakan yang tak terelakkan.
Karya-karya yang lebih modern dan tidak terlalu rapuh, tapi membawa semangat yang sama dengan busana yang disorot, akan dipamerkan di sampingnya, dan dibagi menjadi tiga sub-tema: Daratan, Laut, dan Langit.
Lantas, apa alasan co-chair Met Gala memilih tema The Garden of Time? Sebagai informasi, cerpen yang ditulis oleh Ballard ini bercerita tentang Count Axel dan istrinya, Countess, yang hidup dalam dunia utopis mereka di tengah seni dan segala keindahan dalam hidup.
Mereka tinggal di sebuah vila dengan teras yang menghadap ke taman penuh dengan bunga crystalline yang memiliki daun tembus pandang, batang berkilau seperti kaca dan kristal di tiap putiknya.
Namun, dalam setiap karya Ballard, ada elemen distopia yang mengaburkan surga dunia utopia ini. Di luar tembok vila Count Axel, kekacauan semakin mendekat setiap jamnya. Untuk memulihkan ketenangan, Count Axel harus memetik bunga pembalik waktu dari kebunnya hingga tidak ada lagi yang tersisa.
Cerita ini berakhir dengan gerombolan yang kalut masuk ke vila, yang sekarang menjadi properti terlantar dengan taman yang terbengkalai, di mana patung Count dan Countess berdiri terjerat tanaman belladonna yang berduri.
Meski demikian, ada banyak cara lain untuk menginterprestasi tema yang dipilih oleh para co-chair untuk gala tahun ini. Menurut Kurator Costume Institute, Andrew Bolton, pameran bertajuk Sleeping Beauties: Reawakening Fashion ini akan menampilkan 250 pakaian bersejarah. Sebagai penghormatan terhadap dongeng Sleeping Beauty, potongan-potongan pakaian rapuh akan diletakkan di dalam pajangan kaca.
“Dengan fokus pada keberlanjutan dalam fashion, pameran ini merupakan penghormatan terhadap alam dan fesyen yang puitis nan emosional,” kata Bolton. Jauh dari dongeng Disney, ini adalah gala yang condong pada kerapuhan pakaian, alam, dan pada akhirnya kehidupan itu sendiri.
Sekarang setelah mengetahui tema besarnya, pertanyaan yang ramai muncul adalah apa yang akan dikenakan para tamu undangan. Terkesan klise dan membosankan, tapi banyak pegiat fesyen dan media telah memprediksi bahwa akan ada banyak tamu yang hadir dengan gaya berpakaian seperti pesta kebun – mengenakan motif bunga dan dedaunan.
Pertunjukan haute couture baru-baru ini di Paris menampilkan banyak karya serasi yang bisa jadi referensi. Contohnya Valentino, yang mengaplikasikan motif bunga pada atasan ruffle raksasa dengan rok pensil wol sederhana; dan Simone Rocha, desainer tamu di pertunjukan haute couture Jean Paul Gaultier, yang menciptakan tampilan serba hitam yang ditutupi bunga-bunga kecil.
Di sisi lain, koleksi haute couture dari Maison Margiela menawarkan nuansa yang lebih gelap, dengan potongan pakaian yang spooky tapi tetap indah – sempurna untuk tema ini. Dengan mengambil inspirasi dari kehidupan malam Paris pada 1950-an yang liar, koleksi ini dipenuhi dengan karya-karya berpenampilan vintage yang diberi detail distressed dan undone, untuk memberikan nuansa manusiawi yang rapuh.
Adapun, mereka yang mampu mendapatkan koleksi vintage Christian Lacroix akan menjadi pemenang, dengan referensi merek yang kaya terhadap tokoh-tokoh sejarah seperti Marie Antoinette. Belakangan, Vivienne Westwood juga merombak korset yang ketinggalan zaman, mengubahnya dari simbol pembatasan perempuan menjadi pernyataan emansipasi yang kuat.
Baca juga: 5 Momen Menarik Selama Met Gala 2023, Dari Kecoa Hingga Penampilan Nyentrik Lil Nas X
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Dilansir Vogue, co-chair Met Gala yakni Bad Bunny, Chris Hemsworth, Jennifer Lopez, Zendaya, dan Anna Wintour akan menyambut para tamu di The Metropolitan Museum of Art untuk pameran bertajuk Sleeping Beauties: Reawakening Fashion.
Baca juga: Harga Tiket Met Gala Tembus Rp739 Juta, Banyak Pesohor dan Selebritas Batal Hadir?
Meski tajuknya mengingatkan kita dengan cerita Brothers Grimm atau film Disney yang terkenal, Sleeping Beauties merujuk pada pakaian dan koleksi fesyen yang begitu rapuh sehingga tidak akan pernah bisa dipakai lagi—dengan demikian menjadi arsip cantik yang 'tertidur' koleksi Costume Institute di The Met.
The Met menyampaikan bahwa pada gala di musim semi nanti kita akan melihat ragam rangkaian mode dari masa ke masa, seperti korset dari era Elizabethan pada abad ke-17 yang mencerminkan keindahan alam—kerapuhan dan kerusakan yang tak terelakkan.
Karya-karya yang lebih modern dan tidak terlalu rapuh, tapi membawa semangat yang sama dengan busana yang disorot, akan dipamerkan di sampingnya, dan dibagi menjadi tiga sub-tema: Daratan, Laut, dan Langit.
Lantas, apa alasan co-chair Met Gala memilih tema The Garden of Time? Sebagai informasi, cerpen yang ditulis oleh Ballard ini bercerita tentang Count Axel dan istrinya, Countess, yang hidup dalam dunia utopis mereka di tengah seni dan segala keindahan dalam hidup.
Mereka tinggal di sebuah vila dengan teras yang menghadap ke taman penuh dengan bunga crystalline yang memiliki daun tembus pandang, batang berkilau seperti kaca dan kristal di tiap putiknya.
Namun, dalam setiap karya Ballard, ada elemen distopia yang mengaburkan surga dunia utopia ini. Di luar tembok vila Count Axel, kekacauan semakin mendekat setiap jamnya. Untuk memulihkan ketenangan, Count Axel harus memetik bunga pembalik waktu dari kebunnya hingga tidak ada lagi yang tersisa.
Cerita ini berakhir dengan gerombolan yang kalut masuk ke vila, yang sekarang menjadi properti terlantar dengan taman yang terbengkalai, di mana patung Count dan Countess berdiri terjerat tanaman belladonna yang berduri.
Meski demikian, ada banyak cara lain untuk menginterprestasi tema yang dipilih oleh para co-chair untuk gala tahun ini. Menurut Kurator Costume Institute, Andrew Bolton, pameran bertajuk Sleeping Beauties: Reawakening Fashion ini akan menampilkan 250 pakaian bersejarah. Sebagai penghormatan terhadap dongeng Sleeping Beauty, potongan-potongan pakaian rapuh akan diletakkan di dalam pajangan kaca.
“Dengan fokus pada keberlanjutan dalam fashion, pameran ini merupakan penghormatan terhadap alam dan fesyen yang puitis nan emosional,” kata Bolton. Jauh dari dongeng Disney, ini adalah gala yang condong pada kerapuhan pakaian, alam, dan pada akhirnya kehidupan itu sendiri.
Meryl Streep di film The Devil Wears Prada. (Sumber foto: 20th Century Studios)
Pertunjukan haute couture baru-baru ini di Paris menampilkan banyak karya serasi yang bisa jadi referensi. Contohnya Valentino, yang mengaplikasikan motif bunga pada atasan ruffle raksasa dengan rok pensil wol sederhana; dan Simone Rocha, desainer tamu di pertunjukan haute couture Jean Paul Gaultier, yang menciptakan tampilan serba hitam yang ditutupi bunga-bunga kecil.
Di sisi lain, koleksi haute couture dari Maison Margiela menawarkan nuansa yang lebih gelap, dengan potongan pakaian yang spooky tapi tetap indah – sempurna untuk tema ini. Dengan mengambil inspirasi dari kehidupan malam Paris pada 1950-an yang liar, koleksi ini dipenuhi dengan karya-karya berpenampilan vintage yang diberi detail distressed dan undone, untuk memberikan nuansa manusiawi yang rapuh.
Adapun, mereka yang mampu mendapatkan koleksi vintage Christian Lacroix akan menjadi pemenang, dengan referensi merek yang kaya terhadap tokoh-tokoh sejarah seperti Marie Antoinette. Belakangan, Vivienne Westwood juga merombak korset yang ketinggalan zaman, mengubahnya dari simbol pembatasan perempuan menjadi pernyataan emansipasi yang kuat.
Baca juga: 5 Momen Menarik Selama Met Gala 2023, Dari Kecoa Hingga Penampilan Nyentrik Lil Nas X
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.