Orang Tua Wajib Tahu, Begini Anjuran Imunisasi Demi Tekan Wabah Polio
19 February 2024 |
16:00 WIB
Indonesia kembali didera wabah polio yang mengejutkan. Tepat pada 4 Januari 2024, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mengonfirmasi tiga kasus baru cVDPV 2 di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pasien dengan gejala kelumpuhan juga terkonfirmasi pada November dan Desember 2023.
Praktisi Kesehatan Masyarakat Ngabila Salama menyayangkan kembali mewabahnya virus polio ini. Sebab, Indonesia sudah pernah mendapat sertifikat bebas polio dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2014. Apa yang terjadi saat ini bisa disebut sebagai kemunduran kesadaran akan pentingnya pencegahan penyakit akibat virus.
Baca juga: Ditetapkan Jadi Kejadian Luar Biasa, Simak 5 Fakta Polio Termasuk Gejalanya
“Harusnya kita sudah ada pada titik eradikasi polio di mana kasusnya nol, tapi ternyata pada 2018 lalu dijumpai 1 kasus. Kemudian berlanjut pada 2022 ditemui kasus di Aceh, berlanjut temuan kasus di Jawa Barat, Jawa tengah, dan awal tahun ini ada 11 temuan kasus di Jawa Timur,” kata Ngabila.
Ngabila mengibaratkan, jika ada sekitar 1-2 anak saja dari 100 anak di sekitarnya maka telah berpotensi menularkan virus ini pada anak lainnya. Namun yang perlu menjadi perhatian, penyakit polio ini dapat dicegah dengan cara imunisasi. Pemerintah Indonesia pun telah memberikan 15 jenis vaksinasi gratis yang dapat dilakukan sejak anak masih bayi, termasuk vaksinasi polio.
“Apa yang terjadi di Jawa Timur dan Jawa Tengah banyak tergolong tipe polio 2. Ini bisa dicegah dengan melakukan imunisasi kejar sesuai usianya dari baru lahir hingga dewasa. Untuk vaksinasi anak, orang tua sebaiknya melengkapi imunisasi sebelum masa balitanya selesai,” katanya.
Polio bisa terjadi pada usia berapa pun. Namun, kerentanan kasusnya memang terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun. Polio umumnya menyerang sistem saraf yang mengakibatkan kelumpuhan dan tidak dapat dipulihkan dalam hitungan hari.
Kepala Satuan Tugas Imunisasi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Hartono Gunardi menyampaikan, perlu kesadaran tinggi untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan anak-anak di Indonesia dari ancaman penyakit. “Terutama terkait dengan penyakit yang menyebabkan kecacatan dan mengancam nyawa seperti polio,” ujarnya.
Hartono menyambung, satu dari 200 infeksi yang terjadi akibat polio akan menyebabkan kelumpuhan secara permanen. Lalu sekitar 5-10 persen dari mereka yang lumpuh bisa meninggal saat otot pernapasan mereka tidak bergerak.
Jika melihat pada pola serangan virus, akan sangat sulit untuk menangani masalahnya secara kuratif. Sebab, Hartono menjelaskan jika Polio ditularkan secara fecal-oral, bisa masuk ke sistem air hingga lebih mudah menular dibandingkan cacar.
“Artinya upaya vaksinasi menjadi lebih penting,” tegas Hartono menyikapi pentingnya langkah preventif bersifat pencegahan.
Di Indonesia, penanganan polio melalui vaksinasi dilakukan sesuai dengan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). Hartono menerangkan ada 2 jenis vaksin polio yang umum digunakan di Indonesia yaitu Oral poliovirus vaccine (OPV) dan Inactivated poliovirus vaccine (IPV). Vaksin OPV umum digunakan dalam upaya eradikasi polio melalui oral, sementara vaksin IPV terdiri dari strain virus polio yang dimatikan dari 3 jenis virus polio.
“Pemerintah Indonesia meluncurkan IPV dosis kedua sebagai bentuk perlindungan optimal bagi anak-anak di Indonesia terhadap penyakit polio,” sambungnya.
Hartono menyarankan vaksinasi polio ini dilakukan sesuai pedoman imunisasi dasar. Vaksinasi OPV1 hingga OPV4 dilakukan secara berurutan mulai dari usia anak 1 bulan hingga 4 bulan. Pada bulan ke-4, vaksinasi OPV4 bisa dibarengi dengan vaksinasi IPV1. Kemudian anak akan diberikan vaksinasi polio terakhir lewat imunisasi IPV2 di usa 9 bulan.
Saking gawatnya, 1 kejadian kasus polio saja sudah bisa dianggap sebagai wabah. Tak semua orang yang terdeteksi virus ini mengalami gejala dan terlihat baik-baik saja. Sementara pada kasus berat, anak-anak mungkin tampak bergejala dan segera melakukan fisioterapi untuk mencegah kelumpuhan akibat virus polio makin parah. Hartono menyebut, peran preventif perlu dilakukan seluruh elemen masyarakat, mulai dari penyedia layanan kesehatan, orang tua, hingga tokoh masyarakat.
Dorongan dari berbagai elemen ini, dinilai Hartono diperlukan untuk mendukung peningkatan cakupan vaksinasi polio yang masih rendah. Secara keseluruhan, tingkat cakupan vaksinasi IPV1 di Indonesia masih 29,1% sementara Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan cakupan vaksinasi polio menyentuh angka 95% untuk menyatakan status sekitar aman dari ancaman virus ini.
Baca juga: Kenali Penyebab dan Cara Mengobati Polio
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Praktisi Kesehatan Masyarakat Ngabila Salama menyayangkan kembali mewabahnya virus polio ini. Sebab, Indonesia sudah pernah mendapat sertifikat bebas polio dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2014. Apa yang terjadi saat ini bisa disebut sebagai kemunduran kesadaran akan pentingnya pencegahan penyakit akibat virus.
Baca juga: Ditetapkan Jadi Kejadian Luar Biasa, Simak 5 Fakta Polio Termasuk Gejalanya
“Harusnya kita sudah ada pada titik eradikasi polio di mana kasusnya nol, tapi ternyata pada 2018 lalu dijumpai 1 kasus. Kemudian berlanjut pada 2022 ditemui kasus di Aceh, berlanjut temuan kasus di Jawa Barat, Jawa tengah, dan awal tahun ini ada 11 temuan kasus di Jawa Timur,” kata Ngabila.
Ngabila mengibaratkan, jika ada sekitar 1-2 anak saja dari 100 anak di sekitarnya maka telah berpotensi menularkan virus ini pada anak lainnya. Namun yang perlu menjadi perhatian, penyakit polio ini dapat dicegah dengan cara imunisasi. Pemerintah Indonesia pun telah memberikan 15 jenis vaksinasi gratis yang dapat dilakukan sejak anak masih bayi, termasuk vaksinasi polio.
“Apa yang terjadi di Jawa Timur dan Jawa Tengah banyak tergolong tipe polio 2. Ini bisa dicegah dengan melakukan imunisasi kejar sesuai usianya dari baru lahir hingga dewasa. Untuk vaksinasi anak, orang tua sebaiknya melengkapi imunisasi sebelum masa balitanya selesai,” katanya.
Polio bisa terjadi pada usia berapa pun. Namun, kerentanan kasusnya memang terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun. Polio umumnya menyerang sistem saraf yang mengakibatkan kelumpuhan dan tidak dapat dipulihkan dalam hitungan hari.
Kepala Satuan Tugas Imunisasi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Hartono Gunardi menyampaikan, perlu kesadaran tinggi untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan anak-anak di Indonesia dari ancaman penyakit. “Terutama terkait dengan penyakit yang menyebabkan kecacatan dan mengancam nyawa seperti polio,” ujarnya.
Hartono menyambung, satu dari 200 infeksi yang terjadi akibat polio akan menyebabkan kelumpuhan secara permanen. Lalu sekitar 5-10 persen dari mereka yang lumpuh bisa meninggal saat otot pernapasan mereka tidak bergerak.
Jika melihat pada pola serangan virus, akan sangat sulit untuk menangani masalahnya secara kuratif. Sebab, Hartono menjelaskan jika Polio ditularkan secara fecal-oral, bisa masuk ke sistem air hingga lebih mudah menular dibandingkan cacar.
“Artinya upaya vaksinasi menjadi lebih penting,” tegas Hartono menyikapi pentingnya langkah preventif bersifat pencegahan.
Di Indonesia, penanganan polio melalui vaksinasi dilakukan sesuai dengan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). Hartono menerangkan ada 2 jenis vaksin polio yang umum digunakan di Indonesia yaitu Oral poliovirus vaccine (OPV) dan Inactivated poliovirus vaccine (IPV). Vaksin OPV umum digunakan dalam upaya eradikasi polio melalui oral, sementara vaksin IPV terdiri dari strain virus polio yang dimatikan dari 3 jenis virus polio.
Anjuran Imunisasi
Sesuai rekomendasi Kemenkes RI, vaksin polio dianjurkan dalam 4 dosis OPV dan 2 dosis IPV. Vaksin IPV drekomendasikan sebanyak 2 dosis dengan tujuan melengkapi rangkaian dosis imunisasi polio sesuai keperluan dan mendorong program imunisasi nasional lebih optimal.“Pemerintah Indonesia meluncurkan IPV dosis kedua sebagai bentuk perlindungan optimal bagi anak-anak di Indonesia terhadap penyakit polio,” sambungnya.
Hartono menyarankan vaksinasi polio ini dilakukan sesuai pedoman imunisasi dasar. Vaksinasi OPV1 hingga OPV4 dilakukan secara berurutan mulai dari usia anak 1 bulan hingga 4 bulan. Pada bulan ke-4, vaksinasi OPV4 bisa dibarengi dengan vaksinasi IPV1. Kemudian anak akan diberikan vaksinasi polio terakhir lewat imunisasi IPV2 di usa 9 bulan.
Saking gawatnya, 1 kejadian kasus polio saja sudah bisa dianggap sebagai wabah. Tak semua orang yang terdeteksi virus ini mengalami gejala dan terlihat baik-baik saja. Sementara pada kasus berat, anak-anak mungkin tampak bergejala dan segera melakukan fisioterapi untuk mencegah kelumpuhan akibat virus polio makin parah. Hartono menyebut, peran preventif perlu dilakukan seluruh elemen masyarakat, mulai dari penyedia layanan kesehatan, orang tua, hingga tokoh masyarakat.
Dorongan dari berbagai elemen ini, dinilai Hartono diperlukan untuk mendukung peningkatan cakupan vaksinasi polio yang masih rendah. Secara keseluruhan, tingkat cakupan vaksinasi IPV1 di Indonesia masih 29,1% sementara Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan cakupan vaksinasi polio menyentuh angka 95% untuk menyatakan status sekitar aman dari ancaman virus ini.
Baca juga: Kenali Penyebab dan Cara Mengobati Polio
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.