Menggali Peluang Bisnis Kadal Gecko, Reptil yang Jelita & Mudah Dipelihara
09 February 2024 |
22:00 WIB
Ada banyak hewan reptil yang dijadikan peliharaan para pehobi. Salah satunya yang cukup populer di kalangan anak muda adalah gecko. Kadal ini sangat digemari karena warna dan tekstur kulitnya yang bervariasi dan unik, serta tingkat perawatannya yang tidak terlalu sulit.
Gecko adalah reptil kecil yang termasuk dalam keluarga Gekkonidae. Diperkirakan terdapat lebih dari 1.000 spesies gecko yang eksis di muka Bumi. Mereka ditemukan di seluruh dunia, kecuali di Antartika.
Hewan kecil ini umumnya memiliki tubuh yang ramping dan panjang, dengan kaki yang pendek dan kuat. Mereka juga memiliki kulit halus dan berbintik-bintik, serta banyak spesies yang mempunyai warna cerah dan menarik. Meski begitu, kadal ini sering disamakan dengan tokek, karena rupanya yang mirip. Padahal keduanya berbeda.
Baca juga: 6 Hewan Indonesia yang Telah Dinyatakan Punah, Terbaru Ikan Pari Jawa
Gecko dan tokek, meski sama-sama bisa memanjat dan termasuk keluarga Gekkonidae, punya perbedaan yang cukup mencolok. Gecko umumnya lebih kecil, berwarna-warni, dan mudah dijinakkan, sehingga sering dipelihara. Sementara tokek ukurannya lebih besar, berwarna gelap, dan bisa agresif, terkadang dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional.
Salah satu anak muda yang turut berkecimpung dalam hobi memelihara gecko adalah Brandon Darian. Pemuda berusia 22 tahun asal Cengkareng itu, telah memelihara gecko sejak berusia 10 tahun. Tak sampai di situ, Brandon juga terjun menjadi peternak reptil tersebut.
"Keunikan dari spesies ini sendiri adalah genetiknya yang beragam, sehingga memunculkan motif dan corak yang sangat variatif. Hal inilah yang mendorong saya menyeriusi passion ini," jelas Brandon.
Pada 2017, dia mendirikan usaha budi daya gecko bernama HypeGecko. Jenis gecko yang dikembangbiakannya adalah leopard gecko. Menurutnya, jenis ini cukup mudah untuk didomestikasi. Dengan demikian, tidak mengganggu ekosistem hewan di alam liar.
Dari sisi modal, bisnis gecko juga ini termasuk ekonomis untuk kantong anak muda. Kebutuhan utamanya hanya berupa tempat yang relatif kecil sebagai kandang dan perawatan. Di samping itu, proses breeding hewannya juga relatif mudah. Hanya butuh konsistensi dan bersabar dalam merawat telur dan indukan.
Brandon menyebut, dalam menjalankan bisnis ini, tantangan yang ada justru lebih banyak berasal dari faktor eksternal. "Dalam berbisnis gecko seringkali kesulitan justru terjadi pada pengiriman, ketersediaan pakan jangkrik yang terkadang sulit pada masa tertentu, dan gecko yang sakit," ungkapnya.
Untuk pemasarannya, Brandon menggunakan media sosial serta marketplace. Selain itu, dia juga membuat situs web hypegecko.com, guna memaksimalkan seluruh kanal media sosial.
Selain Brandon, ada juga Steven Teja Pratama yang gemar terhadap hewan reptil ini. Pemuda asal Kota Bandung ini terhipnotis keindahan gecko yang terletak pada warnanya.
Mulanya hal itu berlangsung sebagai hobi, tetapi Steven mencoba untuk menjadi seorang pengusaha sekaligus breeder lewat brand Alexander Gecko yang berdiri sejak 2013. Menurutnya, tantangan utama bisnis ini ada pada persaingan harga. Mengingat harga jual hewan ini relatif ramah di kantong para pehobi.
"Persaingan harga itu tantangan utama, tapi balik lagi ke kualitas. Ada kualitas ada harga, karena gecko ini pasti ada kontesnya di tiap kota," katanya.
Dia menuturkan bahwa usaha budi dayanya bertahan hingga 1 dekade, karena ditopang dengan membangun jaringan komunitas dan membuat acara rutin. "Kami biasanya sering bertemu di kontes dan saling sharing untuk mendapatkan informasi terbaru," kata Steven.
Saat ini, Brandon dan Steven mampu menghasilkan omzet per bulan hingga belasan juta rupiah. Harga jualnya pun bervariasi tergantung motif dari kulit gecko tersebut. Keduanya membanderol harga kadalnya dengan rentang harga Rp150.000-Rp1,5 juta per ekornya.
Menurutnya, data ini membuktikan bahwa bisnis breeder hewan reptil, termasuk gecko, memiliki potensi besar untuk terus eksis di perputaran roda ekonomi. Dari segi prospek bisnis, jual-beli gecko memiliki potensi yang cukup baik. Hal ini dikarenakan permintaan gecko di Indonesia yang terus meningkat dan harga yang relatif stabil.
Baca juga: 5 Pertimbangan Sebelum Memelihara Hewan di Dalam Rumah
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Gecko adalah reptil kecil yang termasuk dalam keluarga Gekkonidae. Diperkirakan terdapat lebih dari 1.000 spesies gecko yang eksis di muka Bumi. Mereka ditemukan di seluruh dunia, kecuali di Antartika.
Hewan kecil ini umumnya memiliki tubuh yang ramping dan panjang, dengan kaki yang pendek dan kuat. Mereka juga memiliki kulit halus dan berbintik-bintik, serta banyak spesies yang mempunyai warna cerah dan menarik. Meski begitu, kadal ini sering disamakan dengan tokek, karena rupanya yang mirip. Padahal keduanya berbeda.
Baca juga: 6 Hewan Indonesia yang Telah Dinyatakan Punah, Terbaru Ikan Pari Jawa
Gecko dan tokek, meski sama-sama bisa memanjat dan termasuk keluarga Gekkonidae, punya perbedaan yang cukup mencolok. Gecko umumnya lebih kecil, berwarna-warni, dan mudah dijinakkan, sehingga sering dipelihara. Sementara tokek ukurannya lebih besar, berwarna gelap, dan bisa agresif, terkadang dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional.
Salah satu anak muda yang turut berkecimpung dalam hobi memelihara gecko adalah Brandon Darian. Pemuda berusia 22 tahun asal Cengkareng itu, telah memelihara gecko sejak berusia 10 tahun. Tak sampai di situ, Brandon juga terjun menjadi peternak reptil tersebut.
"Keunikan dari spesies ini sendiri adalah genetiknya yang beragam, sehingga memunculkan motif dan corak yang sangat variatif. Hal inilah yang mendorong saya menyeriusi passion ini," jelas Brandon.
Pada 2017, dia mendirikan usaha budi daya gecko bernama HypeGecko. Jenis gecko yang dikembangbiakannya adalah leopard gecko. Menurutnya, jenis ini cukup mudah untuk didomestikasi. Dengan demikian, tidak mengganggu ekosistem hewan di alam liar.
Dari sisi modal, bisnis gecko juga ini termasuk ekonomis untuk kantong anak muda. Kebutuhan utamanya hanya berupa tempat yang relatif kecil sebagai kandang dan perawatan. Di samping itu, proses breeding hewannya juga relatif mudah. Hanya butuh konsistensi dan bersabar dalam merawat telur dan indukan.
Brandon menyebut, dalam menjalankan bisnis ini, tantangan yang ada justru lebih banyak berasal dari faktor eksternal. "Dalam berbisnis gecko seringkali kesulitan justru terjadi pada pengiriman, ketersediaan pakan jangkrik yang terkadang sulit pada masa tertentu, dan gecko yang sakit," ungkapnya.
Untuk pemasarannya, Brandon menggunakan media sosial serta marketplace. Selain itu, dia juga membuat situs web hypegecko.com, guna memaksimalkan seluruh kanal media sosial.
Kadal Gecko (Sumber Gambar: Instagram/HypeGecko)
Mulanya hal itu berlangsung sebagai hobi, tetapi Steven mencoba untuk menjadi seorang pengusaha sekaligus breeder lewat brand Alexander Gecko yang berdiri sejak 2013. Menurutnya, tantangan utama bisnis ini ada pada persaingan harga. Mengingat harga jual hewan ini relatif ramah di kantong para pehobi.
"Persaingan harga itu tantangan utama, tapi balik lagi ke kualitas. Ada kualitas ada harga, karena gecko ini pasti ada kontesnya di tiap kota," katanya.
Dia menuturkan bahwa usaha budi dayanya bertahan hingga 1 dekade, karena ditopang dengan membangun jaringan komunitas dan membuat acara rutin. "Kami biasanya sering bertemu di kontes dan saling sharing untuk mendapatkan informasi terbaru," kata Steven.
Saat ini, Brandon dan Steven mampu menghasilkan omzet per bulan hingga belasan juta rupiah. Harga jualnya pun bervariasi tergantung motif dari kulit gecko tersebut. Keduanya membanderol harga kadalnya dengan rentang harga Rp150.000-Rp1,5 juta per ekornya.
Prospek Bisnis Gecko
Erie Riza Nugraha Dosen Ekonomi Bisnis Universitas Trisakti mengatakan bahwa bisnis breeder hewan reptil tidak hanya menyuguhkan keuntungan yang menggiurkan, tapi juga membuka pintu lapangan kerja baru untuk masyarakat. "Berdasarkan data Kementerian Perdagangan RI, nilai ekspor hewan reptil dari Indonesia pada 2023 mencapai Rp100 miliar, dengan peningkatan mencolok 20?ri tahun sebelumnya," ujarnya.Menurutnya, data ini membuktikan bahwa bisnis breeder hewan reptil, termasuk gecko, memiliki potensi besar untuk terus eksis di perputaran roda ekonomi. Dari segi prospek bisnis, jual-beli gecko memiliki potensi yang cukup baik. Hal ini dikarenakan permintaan gecko di Indonesia yang terus meningkat dan harga yang relatif stabil.
Baca juga: 5 Pertimbangan Sebelum Memelihara Hewan di Dalam Rumah
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.