Menuai Sukses dari Official Merchandise
09 February 2024 |
12:09 WIB
1
Like
Like
Like
Penjualan official merchandise memiliki peranan penting dalam menunjang eksistensi seorang musisi atau band. Selain untuk menambah pemasukan, kehadiran merchandise bahkan bisa menjadi komoditas utama di tengah maraknya layanan platform streaming musik.
Dengan membeli sebuah official merchandise, secara tidak langsung pembeli telah membantu keberlangsungan dari band tersebut. Senada dengan hal itu, Ary Budiman (36) selaku owner Rock Nation mengungkapkan, penjualan official merchandise bagi suatu band/musisi merupakan hal yang patut diperhitungkan. Selain mendatangkan cuan yang cukup besar, penjualan merchandise menurutnya merupakan cara bagi para musisi/band untuk terus eksis.
Baca juga: Fenomena Kaos Band di Indonesia, Garis Buram Antara Asli dan Palsu
“Pendapatan suatu band/musisi biasanya itu dari konser, lalu dari rilisan fisik, namun untuk sekarang sudah jarang ditemui. Lalu, untuk pendapatan yang paling besar di industri musik saat ini salah satunya yaitu dari merchandise,” ucap Ary.
Ary mengawali perjalanannya di bisnis merchandise band original sejak tahun 2012. Pria yang hobi mendengarkan musik rock, pada awalnya memang gemar mengoleksi berbagai merchandise hingga rilisan fisik band/musisi idolanya.
"Pada awalnya memang saya hobi mengoleksi kaos-kaos band, seneng sama band-band tertentu, ngumpulin koleksi merchandise-nya. Karena makin lama makin banyak, akhirnya saya mutusin untuk mulai jualan kaos band tersebut,” jelasnya.
Rock Nation Merchandise pun akhirnya berdiri sejak 2012, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang penjualan dan distribusi original licensed music merchandise. Produk-produk yang dijual oleh Rock Nation merupakan barang orisinil dan berlisensi dari band/musisi terkait, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam menjajakan official merchandise dari setiap band/musisi, Ary memanfaatkan berbagai sarana platform media sosial, marketplace, web store dan toko offline. Selain itu, khususnya pada platform media sosial, Ary juga kerap memanfaatkannya sebagai sarana meningkatkan penjualan dengan membuat berbagai konten, artikel hingga podcast.
Merchandise yang dijual oleh Ary mayoritas adalah kaos dari berbagai band/musisi, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Seperti halnya The Beatles, Nirvana, Guns N Roses, Godbless, Iwan Fals, Jason Ranti dan lain sebagainya. Harga dari kaos tersebut cukup beragam, untuk band luar negeri, Ari menjualnya dengan kisaran harga Rp300.000 – Rp400.000, sedangkan untuk band lokal berkisar dari Rp180.000 – Rp250.000.
Selain kaos, Ary juga menjual berbagai produk lainnya seperti, jaket, tas, topi, poster dan lain sebagainya. Dalam sebulan, pendiri Rock Nation itu mampu menjual berbagai official merchandise band/musisi lebih dari 1.000 buah. Dalam sebulan, Ary mampu meraup omzet hingga ratusan juta berkat berkat berjualan official merchandise.
Di tempat lain ada Fariz Fachryan (33), owner dari Brsk Merchandise yang mengawali perjalanan di bisnis merchandise band original sejak enam tahun yang lalu. Pria yang memang gemar mengoleksi rilisan fisik dari berbagai musisi/band, pada awalnya hanya sekedar menjual kembali apa yang sudah dia koleksi.
“Dulu saya awalnya hanya menjual berbagai rilisan fisik yang saya koleksi untuk tambahan uang jajan. Kemudian berkembang dengan menjual official merchandise band, karena menurut saya, band/musisi saat ini mempunyai desain-desain merchandise yang bagus,” ucap Fariz.
Brsk Merchandise pun akhirnya berdiri sejak 2018, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang penjualan dan distribusi original licensed music merchandise. Produk-produk yang dijual oleh Fariz merupakan barang orisinil dan berlisensi dari band/musisi terkait. Fariz juga kerap bekerja sama dengan para pemegang lisensi produk original seperti Label Records, Grimloc Records dan lain sebagainya.
Merchandise yang dijual oleh Fariz mayoritas adalah kaos band/musisi indie lokal seperti Morfem, The Upstairs, The Jansen, Teenage Death Star, Seringai dan lain sebagainya. Harga dari kaos tersebut cukup beragam, Fariz menjualnya dengan kisaran harga Rp150.000 – Rp225.000. Selain kaos, Fariz juga menjual beberapa official merchandise hingga rilisan fisik, seperti kaset pita, cd dan vinyl.
Dalam sebulan, owner dari Brsk Merchandise tersebut mampu menjual official merchandise dari sebuah band/musisi berkisar 1.500-2.500 buah dengan berbagai macam desain-desain yang menarik. Dalam sebulan, Fariz mampu mendapatkan omzet sebesar Rp300 juta bekat berjualan official merchandise.
Hingga saat ini, Brsk Merchandise mampu melebarkan sayapnya dengan membuka sejumlah cabang toko yang tersebar di beberapa kota, seperti Jakarta, Bandung Yogyakarta, Surabaya , Pontiakan dan Bali. Menu utama yang disuguhkan oleh toko tersebut memanglah sebuah official merchandise, tetapi Brsk Merchandise juga bergerak di bidang media yang membahas seputar band/musisi lokal, yaitu brsk.id.
Lebih lanjut, Fariz menjelaskan, tantangan yang kerap dia hadapi dalam menjalankan bisnis tersebut adalah kian masifnya pembajakan dari official merchandise itu sendiri. Hal tersebut senada dengan maraknya penggunaan kaos band bootleg (palsu) yang merebak dikalangan masyarakat Indonesia.
Maraknya kehadiran kaos bootleg ini disebabkan oleh harga merchandise original yang relatif lebih mahal. Menurut Fariz, dengan merebaknya kaos bootleg di kalangan masyarakat tentunya akan merugikan pihak band/musisi itu sendiri.
“Sebenarnya sangat merugikan sekali. Seperti yang sudah-sudah, banyak band/musisi yang mati langkah, karena marketplace sepertinya sudah memfasilitasi penjualan kaos palsu,” jelasnya.
Salah satu pembeli official merchandise, Satria Unggul Payudhan (22) menyayangkan ketika kaos palsu diperjualbelikan secara bebas. Menurut pemuda yang akrab dengan sapaan Ambon tersebut, menilai bahwa penggunaan kaos palsu dapat merugikan pihak band/musisi.
“Sangat disayangkan ya kalau masih ada orang yang memakai kaos band palsu, karena hal tersebut tentunya melanggar hak cipta. Menurut saya hal tersebut juga dapat merugikan pihak band nya ya, karena mereka susah payah membangun brand tersebut,” ucap Ambon.
Lebih lanjut, Ambon menjelaskan, meskipun official merchandise memiliki harga yang relatif lebih mahal, hal tersebut bukanlah tanpa alasan. Dimulai dari stok merchandise yang terbatas, faktor orisinalitas dari desain merchandise tersebut, hingga nilai eksklusifitas yang ditawarkan oleh brand tersebut.
Baca juga: Peluang Bisnis Merchandise K-Pop di Kalangan Anak Muda
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Dengan membeli sebuah official merchandise, secara tidak langsung pembeli telah membantu keberlangsungan dari band tersebut. Senada dengan hal itu, Ary Budiman (36) selaku owner Rock Nation mengungkapkan, penjualan official merchandise bagi suatu band/musisi merupakan hal yang patut diperhitungkan. Selain mendatangkan cuan yang cukup besar, penjualan merchandise menurutnya merupakan cara bagi para musisi/band untuk terus eksis.
Baca juga: Fenomena Kaos Band di Indonesia, Garis Buram Antara Asli dan Palsu
“Pendapatan suatu band/musisi biasanya itu dari konser, lalu dari rilisan fisik, namun untuk sekarang sudah jarang ditemui. Lalu, untuk pendapatan yang paling besar di industri musik saat ini salah satunya yaitu dari merchandise,” ucap Ary.
Ary mengawali perjalanannya di bisnis merchandise band original sejak tahun 2012. Pria yang hobi mendengarkan musik rock, pada awalnya memang gemar mengoleksi berbagai merchandise hingga rilisan fisik band/musisi idolanya.
"Pada awalnya memang saya hobi mengoleksi kaos-kaos band, seneng sama band-band tertentu, ngumpulin koleksi merchandise-nya. Karena makin lama makin banyak, akhirnya saya mutusin untuk mulai jualan kaos band tersebut,” jelasnya.
Rock Nation Merchandise pun akhirnya berdiri sejak 2012, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang penjualan dan distribusi original licensed music merchandise. Produk-produk yang dijual oleh Rock Nation merupakan barang orisinil dan berlisensi dari band/musisi terkait, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam menjajakan official merchandise dari setiap band/musisi, Ary memanfaatkan berbagai sarana platform media sosial, marketplace, web store dan toko offline. Selain itu, khususnya pada platform media sosial, Ary juga kerap memanfaatkannya sebagai sarana meningkatkan penjualan dengan membuat berbagai konten, artikel hingga podcast.
Merchandise yang dijual oleh Ary mayoritas adalah kaos dari berbagai band/musisi, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Seperti halnya The Beatles, Nirvana, Guns N Roses, Godbless, Iwan Fals, Jason Ranti dan lain sebagainya. Harga dari kaos tersebut cukup beragam, untuk band luar negeri, Ari menjualnya dengan kisaran harga Rp300.000 – Rp400.000, sedangkan untuk band lokal berkisar dari Rp180.000 – Rp250.000.
Selain kaos, Ary juga menjual berbagai produk lainnya seperti, jaket, tas, topi, poster dan lain sebagainya. Dalam sebulan, pendiri Rock Nation itu mampu menjual berbagai official merchandise band/musisi lebih dari 1.000 buah. Dalam sebulan, Ary mampu meraup omzet hingga ratusan juta berkat berkat berjualan official merchandise.
Di tempat lain ada Fariz Fachryan (33), owner dari Brsk Merchandise yang mengawali perjalanan di bisnis merchandise band original sejak enam tahun yang lalu. Pria yang memang gemar mengoleksi rilisan fisik dari berbagai musisi/band, pada awalnya hanya sekedar menjual kembali apa yang sudah dia koleksi.
“Dulu saya awalnya hanya menjual berbagai rilisan fisik yang saya koleksi untuk tambahan uang jajan. Kemudian berkembang dengan menjual official merchandise band, karena menurut saya, band/musisi saat ini mempunyai desain-desain merchandise yang bagus,” ucap Fariz.
Brsk Merchandise pun akhirnya berdiri sejak 2018, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang penjualan dan distribusi original licensed music merchandise. Produk-produk yang dijual oleh Fariz merupakan barang orisinil dan berlisensi dari band/musisi terkait. Fariz juga kerap bekerja sama dengan para pemegang lisensi produk original seperti Label Records, Grimloc Records dan lain sebagainya.
Merchandise yang dijual oleh Fariz mayoritas adalah kaos band/musisi indie lokal seperti Morfem, The Upstairs, The Jansen, Teenage Death Star, Seringai dan lain sebagainya. Harga dari kaos tersebut cukup beragam, Fariz menjualnya dengan kisaran harga Rp150.000 – Rp225.000. Selain kaos, Fariz juga menjual beberapa official merchandise hingga rilisan fisik, seperti kaset pita, cd dan vinyl.
Dalam sebulan, owner dari Brsk Merchandise tersebut mampu menjual official merchandise dari sebuah band/musisi berkisar 1.500-2.500 buah dengan berbagai macam desain-desain yang menarik. Dalam sebulan, Fariz mampu mendapatkan omzet sebesar Rp300 juta bekat berjualan official merchandise.
Hingga saat ini, Brsk Merchandise mampu melebarkan sayapnya dengan membuka sejumlah cabang toko yang tersebar di beberapa kota, seperti Jakarta, Bandung Yogyakarta, Surabaya , Pontiakan dan Bali. Menu utama yang disuguhkan oleh toko tersebut memanglah sebuah official merchandise, tetapi Brsk Merchandise juga bergerak di bidang media yang membahas seputar band/musisi lokal, yaitu brsk.id.
Lebih lanjut, Fariz menjelaskan, tantangan yang kerap dia hadapi dalam menjalankan bisnis tersebut adalah kian masifnya pembajakan dari official merchandise itu sendiri. Hal tersebut senada dengan maraknya penggunaan kaos band bootleg (palsu) yang merebak dikalangan masyarakat Indonesia.
Maraknya kehadiran kaos bootleg ini disebabkan oleh harga merchandise original yang relatif lebih mahal. Menurut Fariz, dengan merebaknya kaos bootleg di kalangan masyarakat tentunya akan merugikan pihak band/musisi itu sendiri.
“Sebenarnya sangat merugikan sekali. Seperti yang sudah-sudah, banyak band/musisi yang mati langkah, karena marketplace sepertinya sudah memfasilitasi penjualan kaos palsu,” jelasnya.
Salah satu pembeli official merchandise, Satria Unggul Payudhan (22) menyayangkan ketika kaos palsu diperjualbelikan secara bebas. Menurut pemuda yang akrab dengan sapaan Ambon tersebut, menilai bahwa penggunaan kaos palsu dapat merugikan pihak band/musisi.
“Sangat disayangkan ya kalau masih ada orang yang memakai kaos band palsu, karena hal tersebut tentunya melanggar hak cipta. Menurut saya hal tersebut juga dapat merugikan pihak band nya ya, karena mereka susah payah membangun brand tersebut,” ucap Ambon.
Lebih lanjut, Ambon menjelaskan, meskipun official merchandise memiliki harga yang relatif lebih mahal, hal tersebut bukanlah tanpa alasan. Dimulai dari stok merchandise yang terbatas, faktor orisinalitas dari desain merchandise tersebut, hingga nilai eksklusifitas yang ditawarkan oleh brand tersebut.
Baca juga: Peluang Bisnis Merchandise K-Pop di Kalangan Anak Muda
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.