Tiger Stripes Tayang di Netflix 14 Februari, Film Terbaik di Cannes Critics Week 2023
31 January 2024 |
13:20 WIB
Setelah membuat publik penasaran, akhirnya film Tiger Stripes akan tayang di Netflix pada 14 Februari 2024. Pemenang film terbaik di Cannes Critics Week 2023 itu merupakan karya kolaborasi Malaysia, Indonesia, Taiwan, Singapura, Prancis, Jerman, Belanda, dan Qatar, yang disutradarai oleh Amanda Nell Eu.
Dari Indonesia, film Tiger Stripes dipayungi oleh rumah produksi KawanKawan Media. Melalui akun Instagram resmi Ghost Grrrl Pictures, rumah produksi yang berbasis di Malaysia, disebutkan bahwa film Tiger Stripes akan tayang di Netflix khusus kawasan Asia Tenggara.
Meski demikian, film itu juga sedang diupayakan untuk bisa rilis di bioskop-bioskop yang ada di Australia dan Selandia Baru pada Februari 2024. "Kami sangat gembira dengan peluncuran film kami di Netflix segera. Tetapi kami hanya ingin menjelaskan kepada semua orang bahwa itu hanya akan tersedia di wilayah Asia Tenggara saja," tulis Ghost Grrrl Pictures.
Baca juga: Daftar Film Box Office Dunia Januari 2024, dari Mean Girls sampai Night Swim
Tiger Stripes merupakan film coming of age yang bercerita tentang Zaffan, remaja putri berusia 12 tahun, yang tinggal di perdesaan kecil di Malaysia. Dia yang pertama mengalami pubertas di antara teman-temannya dan menemukan rahasia mengerikan tentang tubuhnya.
Karena takut dicap sebagai monster, Zaffan berjuang untuk tetap bersikap normal di sekolah dengan mencoba menyembunyikan dirinya yang aneh. Namun, dia tetap dijauhi oleh teman-temannya. Akhirnya, Zaffan memutuskan untuk tidak lagi bersembunyi dari dunia. Dia justru melawan dan mengeluarkan sifat aslinya.
Amanda Nell Eu selaku sutradara sekaligus penulis mengatakan film Tiger Stripes terinspirasi dari pengalaman pribadinya sebagai perempuan, yang merasa ketakutan ketika melewati masa pubertas.
"Sebagai seorang perempuan, selalu ada unsur rasa malu pada tubuh kita dan menurut saya ini dimulai dengan transformasi fisik saat kita menjadi dewasa," katanya dikutip dari situs Le Groupe Ouest.
Menurutnya, perempuan ketika memasuki masa pubertas acapkali tidak diajarkan untuk menerima perubahan tersebut. Sebaliknya, perempuan hanya diberitahu untuk selalu menjaga kesopanan dan berperilaku santun, terlebih ketika sudah mulai memasuki masa pubertas menuju dewasa.
Dia mengatakan cerita yang ada di film Tiger Stripes merupakan sebuah perumpamaan yang menggunakan kengerian pada tubuh dan feminitas, untuk menyampaikan tema inti dari film ini yaitu bahwa setiap manusia berusaha menyembunyikan monster dalam dirinya yang seringkali merupakan diri mereka yang sebenarnya.
Oleh karena itu, ditunjukkanlah dalam film ini perubahan tubuh yang sulit dari seorang remaja perempuan seperti munculnya bercak rambut secara tiba-tiba, tulang menonjol, dan kulit meregang. Hal inilah yang menurut Nell Eu menjadi sebab banyak orang berpikir bahwa karyanya mirip seperti film horor.
"Kita diajar untuk takut akan hal ini, merasa malu dan menolaknya. Monster batin Zaffan, kekuatan dan kecantikan batinnya, muncul dan dia harus belajar menghadapi dan menerima dirinya yang sejati dan luar biasa," kata sutradara asal Malaysia itu.
Tiger Stripes merupakan film debut Amanda Nell Eu sebagai sutradara, dan proyek kolaborasi dari 8 negara yakni Malaysia, Indonesia, Taiwan, Singapura, Prancis, Jerman, Belanda, dan Qatar.
Film ini ditayangkan perdana secara world premiere di Festival Film Cannes 2023, dan memenangkan penghargaan utama di program Cannes Critics Week.
Di ajang itu, Tiger Stripes bersaing dengan enam film fitur lainnya dari berbagai negara yakni It's Raining in the House (Prancis), Inshallah A Boy (Qatar), Sleep (Korea Selatan), The Rapture (Prancis), Power Alley (Brasil), dan Lost Country (Kroasia).
Cannes Critics Week atau Semaine de la Critique merupakan bagian paralel dari Festival Film Cannes yang diorganisir oleh Jaringan Kritikus Bioskop Prancis. Ini adalah ajang non-kompetitif paralel tertua dari Festival Film Cannes yang menampilkan film-film fitur dan pendek dari seluruh dunia, dengan tujuan untuk menemukan sineas-sineas baru berbakat.
Film Tiger Stripes dinilai para juri yang terdiri dari Audrey Diwan (Prancis/Libanon), Rui Pocas (Portugal), Meenakshi Shedde (India), Franz Rogowski (Jerman), dan Kim Yutani (Amerika Serikat) mampu menangkap dan memvisualisasikan ketakutan dan keterasingan pada masa akil baligh.
Tak hanya di Festival Film Cannes, Tiger Stripes juga telah tayang dan berkompetisi di sejumlah festival internasional lainnya seperti Bucheon International Fantastic Film Festival, New Zealand International Film Festival, Sydney Film Festival, Taipei Film Festival, Festival Internacional de Cinema Fantastic de Catalunya (SITGES), Tokyo FILMeX International Film Festival, Jakarta Film Week, dan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF).
Baca juga: 6 Karya Sineas Indonesia Ikut Clermon-Ferrand International Short Film Festival 2024
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Dari Indonesia, film Tiger Stripes dipayungi oleh rumah produksi KawanKawan Media. Melalui akun Instagram resmi Ghost Grrrl Pictures, rumah produksi yang berbasis di Malaysia, disebutkan bahwa film Tiger Stripes akan tayang di Netflix khusus kawasan Asia Tenggara.
Meski demikian, film itu juga sedang diupayakan untuk bisa rilis di bioskop-bioskop yang ada di Australia dan Selandia Baru pada Februari 2024. "Kami sangat gembira dengan peluncuran film kami di Netflix segera. Tetapi kami hanya ingin menjelaskan kepada semua orang bahwa itu hanya akan tersedia di wilayah Asia Tenggara saja," tulis Ghost Grrrl Pictures.
Baca juga: Daftar Film Box Office Dunia Januari 2024, dari Mean Girls sampai Night Swim
Tiger Stripes merupakan film coming of age yang bercerita tentang Zaffan, remaja putri berusia 12 tahun, yang tinggal di perdesaan kecil di Malaysia. Dia yang pertama mengalami pubertas di antara teman-temannya dan menemukan rahasia mengerikan tentang tubuhnya.
Karena takut dicap sebagai monster, Zaffan berjuang untuk tetap bersikap normal di sekolah dengan mencoba menyembunyikan dirinya yang aneh. Namun, dia tetap dijauhi oleh teman-temannya. Akhirnya, Zaffan memutuskan untuk tidak lagi bersembunyi dari dunia. Dia justru melawan dan mengeluarkan sifat aslinya.
Amanda Nell Eu selaku sutradara sekaligus penulis mengatakan film Tiger Stripes terinspirasi dari pengalaman pribadinya sebagai perempuan, yang merasa ketakutan ketika melewati masa pubertas.
"Sebagai seorang perempuan, selalu ada unsur rasa malu pada tubuh kita dan menurut saya ini dimulai dengan transformasi fisik saat kita menjadi dewasa," katanya dikutip dari situs Le Groupe Ouest.
Menurutnya, perempuan ketika memasuki masa pubertas acapkali tidak diajarkan untuk menerima perubahan tersebut. Sebaliknya, perempuan hanya diberitahu untuk selalu menjaga kesopanan dan berperilaku santun, terlebih ketika sudah mulai memasuki masa pubertas menuju dewasa.
Dia mengatakan cerita yang ada di film Tiger Stripes merupakan sebuah perumpamaan yang menggunakan kengerian pada tubuh dan feminitas, untuk menyampaikan tema inti dari film ini yaitu bahwa setiap manusia berusaha menyembunyikan monster dalam dirinya yang seringkali merupakan diri mereka yang sebenarnya.
Oleh karena itu, ditunjukkanlah dalam film ini perubahan tubuh yang sulit dari seorang remaja perempuan seperti munculnya bercak rambut secara tiba-tiba, tulang menonjol, dan kulit meregang. Hal inilah yang menurut Nell Eu menjadi sebab banyak orang berpikir bahwa karyanya mirip seperti film horor.
"Kita diajar untuk takut akan hal ini, merasa malu dan menolaknya. Monster batin Zaffan, kekuatan dan kecantikan batinnya, muncul dan dia harus belajar menghadapi dan menerima dirinya yang sejati dan luar biasa," kata sutradara asal Malaysia itu.
Tiger Stripes merupakan film debut Amanda Nell Eu sebagai sutradara, dan proyek kolaborasi dari 8 negara yakni Malaysia, Indonesia, Taiwan, Singapura, Prancis, Jerman, Belanda, dan Qatar.
Film ini ditayangkan perdana secara world premiere di Festival Film Cannes 2023, dan memenangkan penghargaan utama di program Cannes Critics Week.
Di ajang itu, Tiger Stripes bersaing dengan enam film fitur lainnya dari berbagai negara yakni It's Raining in the House (Prancis), Inshallah A Boy (Qatar), Sleep (Korea Selatan), The Rapture (Prancis), Power Alley (Brasil), dan Lost Country (Kroasia).
Cannes Critics Week atau Semaine de la Critique merupakan bagian paralel dari Festival Film Cannes yang diorganisir oleh Jaringan Kritikus Bioskop Prancis. Ini adalah ajang non-kompetitif paralel tertua dari Festival Film Cannes yang menampilkan film-film fitur dan pendek dari seluruh dunia, dengan tujuan untuk menemukan sineas-sineas baru berbakat.
Film Tiger Stripes dinilai para juri yang terdiri dari Audrey Diwan (Prancis/Libanon), Rui Pocas (Portugal), Meenakshi Shedde (India), Franz Rogowski (Jerman), dan Kim Yutani (Amerika Serikat) mampu menangkap dan memvisualisasikan ketakutan dan keterasingan pada masa akil baligh.
Tak hanya di Festival Film Cannes, Tiger Stripes juga telah tayang dan berkompetisi di sejumlah festival internasional lainnya seperti Bucheon International Fantastic Film Festival, New Zealand International Film Festival, Sydney Film Festival, Taipei Film Festival, Festival Internacional de Cinema Fantastic de Catalunya (SITGES), Tokyo FILMeX International Film Festival, Jakarta Film Week, dan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF).
Baca juga: 6 Karya Sineas Indonesia Ikut Clermon-Ferrand International Short Film Festival 2024
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.