Buku Ini Ungkap Arti Kewirausahaan Sebenarnya, Bukan Cuma Berbisnis Loh
28 January 2024 |
14:52 WIB
Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) merilis terjemahan buku Pengantar Kewirausahaan: Pendorong Inovasi dan Perubahan karya Eamonn Butler. Buku ini menyelami konsep kewirausahaan, tidak hanya terbatas pada pandangan umum syang lazim dipahami. Riset tersebut membahas aspek-aspek yang lebih luas tentang kewirausahaan.
Lebih dari itu, istilah kewirausahaan mengacu pada orang-orang yang lebih dinamis dan kreatif, dengan merombak metode produksi dan menghasilkan sesuatu yang baru. Buku tersebut mengajak pembaca untuk memahami mengenai proses dan lingkungan yang melandasi kewirausahaan yang inovatif dan produktif, yaitu lingkungan persaingan yang adil, sehat dan terbuka.
Baca juga: 3 Kesalahan Pengusaha Muda saat Berbisnis, Mitra hingga Validasi
Sebaliknya, jika kebijakan-kebijakan untuk menstimulasi kewirausahaan justru mengakibatkan distorsi dalam pasar dan menghambat persaingan yang sehat, yang muncul dan tumbuh justru kewirausahaan yang tidak produktif dan kurang inovatif.
"Dengan lebih banyak perusahaan baru yang produktif dan lebih sedikit perusahaan yang kurang produktif, bauran perusahaan yang ada secara keseluruhan bisa menjadi lebih produktif dan sesuai dengan realitas pasar," demikian bunyi sinopsis buku yang ditulis oleh ekonom asal Inggris itu.
Peneliti Muda CIPS Natasya Zahra mengatakan dalam memanfaatkan dividen dari bonus demografi yang akan mulai dinikmati Indonesia pada dekade mendatang, peran anak muda menjadi penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi negeri. Menurutnya, salah satu jalan yang terbuka untuk ini adalah melalui kewirausahaan.
Untuk diketahui, generasi muda Indonesia sangat berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi negeri. Pada tahun 2023, penduduk Indonesia yang berumur antara 15 dan 30 tahun tercatat berjumlah 66,3 juta dari total populasi sebesar 280 juta.
Meski demikian, kata Natasya, bicara soal kewirausahaan, bukan semata memasuki dunia bisnis dengan membuka usaha. Lebih dari itu, menurutnya, seorang wirausahawan harus dapat mengembangkan produk atau layanan yang memberikan manfaat baru bagi masyarakat.
"Kewirausahaan itu bukan sekedar membuka usaha saja. Kata kunci kewirausahaan adalah inovasi, mengambil risiko dan mencari peluang dalam sebuah dunia yang penuh ketidakpastian," terangnya.
Dengan membahas konsep dan praktik kewirausahaan dan dampaknya pada inovasi, buku ini juga mencoba memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagaimana kewirausahaan dapat berperan sebagai katalis yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Ini menghadirkan momen yang tepat untuk mengembangkan semangat kewirausahaan di antara mereka sehingga dapat berkontribusi secara signifikan pada pertumbuhan ekonomi," katanya.
Buku karangan Eamonn menjelaskan bahwa kewirausahaan telah terbukti krusial dalam mengilhami inovasi dan menciptakan dampak yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi secara umum.
Inovasi yang tercipta telah membawa dampak positif pada berbagai sektor ekonomi, telah membuka lapangan pekerjaan baru, meningkatkan produktivitas serta menguatkan daya saing bangsa ini di tataran internasional.
Natasya mengatakan pendidikan dan pengembangan keterampilan memiliki peran penting dalam menciptakan kultur kewirausahaan yang memicu inovasi dan pertumbuhan ekonomi. Pendidikan, katanya, membantu individu mengembangkan keterampilan seperti berpikir kreatif, mengambil inisiatif, dan mengidentifikasi peluang bisnis.
Selain itu, pendidikan dapat juga mengajarkan keterampilan penting yang diperlukan dalam berwirausaha, seperti perencanaan bisnis, manajemen keuangan, pemasaran, serta kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi. Natasya berpendapat pemahaman tentang pentingnya kewirausahaan menjadi semakin relevan di era yang didominasi oleh tantangan ekonomi dan persaingan global saat ini.
"Memiliki kemampuan beradaptasi dan keterampilan berwirausaha sangat penting di zaman sekarang ini, untuk menghadapi perubahan yang cepat dan industri yang semakin kompetitif," ujarnya.
Senada, Muhammad Setiawan kusmulyono, Dosen Kewirausahaan Universitas Prasetya Mulya mengatakan bahwa generasi muda adalah kalangan yang tepat untuk mulai berwirausaha. Hal itu lantaran anak muda dinilai lebih bisa bebas dan fleksibel dalam berkreasi, lantaran belum terikat dalam beban tanggung jawab tertentu misalnya pernikahan.
Menurutnya, kondisi itu bisa saja membuat tanggung jawab seseorang menjadi lebih berat dan mengurangi minat mengambil risiko atau mencari terobosan atau inovasi. Sebaliknya, masa muda adalah waktu yang tepat untuk mencari sekaligus mengembangkan ide-ide brilian tanpa ada batasan.
"Seorang dengan semangat kewirausahaan harus kompetitif. Apapun yang dilakukan harus bernilai tambah dan manfaat atau persepsi positif dari produk maupun jasa yang dihasilkan harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan," katanya.
Sementara itu, Chandra Revo selaku Founder Jakarta Began Guide dan Mad for Coffee menekankan pentingnya personal branding dalam mengembangkan bisnis. Menurutnya, salah satu tantangan dalam berwirausaha adalah kemampuan untuk terus mengikuti tren dan situasi serta jeli menemukan peluang yang sesuai.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Lebih dari itu, istilah kewirausahaan mengacu pada orang-orang yang lebih dinamis dan kreatif, dengan merombak metode produksi dan menghasilkan sesuatu yang baru. Buku tersebut mengajak pembaca untuk memahami mengenai proses dan lingkungan yang melandasi kewirausahaan yang inovatif dan produktif, yaitu lingkungan persaingan yang adil, sehat dan terbuka.
Baca juga: 3 Kesalahan Pengusaha Muda saat Berbisnis, Mitra hingga Validasi
Sebaliknya, jika kebijakan-kebijakan untuk menstimulasi kewirausahaan justru mengakibatkan distorsi dalam pasar dan menghambat persaingan yang sehat, yang muncul dan tumbuh justru kewirausahaan yang tidak produktif dan kurang inovatif.
"Dengan lebih banyak perusahaan baru yang produktif dan lebih sedikit perusahaan yang kurang produktif, bauran perusahaan yang ada secara keseluruhan bisa menjadi lebih produktif dan sesuai dengan realitas pasar," demikian bunyi sinopsis buku yang ditulis oleh ekonom asal Inggris itu.
Peneliti Muda CIPS Natasya Zahra mengatakan dalam memanfaatkan dividen dari bonus demografi yang akan mulai dinikmati Indonesia pada dekade mendatang, peran anak muda menjadi penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi negeri. Menurutnya, salah satu jalan yang terbuka untuk ini adalah melalui kewirausahaan.
Untuk diketahui, generasi muda Indonesia sangat berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi negeri. Pada tahun 2023, penduduk Indonesia yang berumur antara 15 dan 30 tahun tercatat berjumlah 66,3 juta dari total populasi sebesar 280 juta.
Meski demikian, kata Natasya, bicara soal kewirausahaan, bukan semata memasuki dunia bisnis dengan membuka usaha. Lebih dari itu, menurutnya, seorang wirausahawan harus dapat mengembangkan produk atau layanan yang memberikan manfaat baru bagi masyarakat.
"Kewirausahaan itu bukan sekedar membuka usaha saja. Kata kunci kewirausahaan adalah inovasi, mengambil risiko dan mencari peluang dalam sebuah dunia yang penuh ketidakpastian," terangnya.
Dengan membahas konsep dan praktik kewirausahaan dan dampaknya pada inovasi, buku ini juga mencoba memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagaimana kewirausahaan dapat berperan sebagai katalis yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Ini menghadirkan momen yang tepat untuk mengembangkan semangat kewirausahaan di antara mereka sehingga dapat berkontribusi secara signifikan pada pertumbuhan ekonomi," katanya.
Buku karangan Eamonn menjelaskan bahwa kewirausahaan telah terbukti krusial dalam mengilhami inovasi dan menciptakan dampak yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi secara umum.
Inovasi yang tercipta telah membawa dampak positif pada berbagai sektor ekonomi, telah membuka lapangan pekerjaan baru, meningkatkan produktivitas serta menguatkan daya saing bangsa ini di tataran internasional.
Natasya mengatakan pendidikan dan pengembangan keterampilan memiliki peran penting dalam menciptakan kultur kewirausahaan yang memicu inovasi dan pertumbuhan ekonomi. Pendidikan, katanya, membantu individu mengembangkan keterampilan seperti berpikir kreatif, mengambil inisiatif, dan mengidentifikasi peluang bisnis.
Selain itu, pendidikan dapat juga mengajarkan keterampilan penting yang diperlukan dalam berwirausaha, seperti perencanaan bisnis, manajemen keuangan, pemasaran, serta kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi. Natasya berpendapat pemahaman tentang pentingnya kewirausahaan menjadi semakin relevan di era yang didominasi oleh tantangan ekonomi dan persaingan global saat ini.
"Memiliki kemampuan beradaptasi dan keterampilan berwirausaha sangat penting di zaman sekarang ini, untuk menghadapi perubahan yang cepat dan industri yang semakin kompetitif," ujarnya.
Senada, Muhammad Setiawan kusmulyono, Dosen Kewirausahaan Universitas Prasetya Mulya mengatakan bahwa generasi muda adalah kalangan yang tepat untuk mulai berwirausaha. Hal itu lantaran anak muda dinilai lebih bisa bebas dan fleksibel dalam berkreasi, lantaran belum terikat dalam beban tanggung jawab tertentu misalnya pernikahan.
Menurutnya, kondisi itu bisa saja membuat tanggung jawab seseorang menjadi lebih berat dan mengurangi minat mengambil risiko atau mencari terobosan atau inovasi. Sebaliknya, masa muda adalah waktu yang tepat untuk mencari sekaligus mengembangkan ide-ide brilian tanpa ada batasan.
"Seorang dengan semangat kewirausahaan harus kompetitif. Apapun yang dilakukan harus bernilai tambah dan manfaat atau persepsi positif dari produk maupun jasa yang dihasilkan harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan," katanya.
Sementara itu, Chandra Revo selaku Founder Jakarta Began Guide dan Mad for Coffee menekankan pentingnya personal branding dalam mengembangkan bisnis. Menurutnya, salah satu tantangan dalam berwirausaha adalah kemampuan untuk terus mengikuti tren dan situasi serta jeli menemukan peluang yang sesuai.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.