Founder Kebab Turki Baba Rafi Bicara Keuntungan UKM Go Public
27 January 2024 |
22:07 WIB
Salah satu pencapaian pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang naik kelas adalah ketika mereka mampu mencatatkan nama perusahaannya di Bursa Efek Indonesia. Initial Public Offering (IPO) sendiri menjadi salah satu cara bagi pelaku UKM untuk naik kelas dan mendapatkan pendanaan.
Para pelaku usaha ini bisa mencatatkan saham mereka di papan pengembangan maupun papan akselerasi. Seperti diketahui bahwa Bursa Efek Indonesia menyediakan empat jenis papan perdagangan saham di pasar modal, yaitu papan utama, papan utama ekonomi baru, papan pengembangan, dan papan akselerasi.
Di dalam papan pengembangan terdapat saham dari perusahan dalam fase pertumbuhan dan memiliki prospek pengembangan ke depannya. Perusahaan yang masuk dalam papan pencatatan ini minimal sudah beroperasi selama satu tahun atau lebih dengang jumlah pemegang saham minimal 500 pihak.
Baca juga: Indonesia Jadi Target Dumping Barang Bekas yang Mengubah Esensi Thrifting dan Mengusik UKM
Adapun papan akselerasi memang secara khusus disediakan oleh BEI untuk perusahaan dengan aset skala kecil yaitu di bawah Rp50 miliar dan aset skala menengah dengan asset sekitar Rp50 miliar hingga Rp250 miliar.
Salah satu pelaku usaha mikro kecil dan menengah yang sukses mencatatkan sahamnya di papan pengembangan Bursa Efek Indonesia adalah PT Sari Kreasi Boga Tbk (SKB Food) pemegang waralaba Kebab Turki Babarafi pada Agustus 2022 lalu.
Selain itu, ada pula PT Platinum Wahab Nusantara Tbk, perusahan waralaba minuman Teguk. Perusahaan dengan kode saham TGUK tersebut juga telah mencatatkan sahamnya di papan pengembangan pada Juli 2023.
Mengawali tahun ini, salah satu pelaku usaha waralaba asal Malang, PT Bersama Mencapai Puncak Tbk (BAIK) pemilik brand Ayam Goreng Nelongso juga siap mengambil langkah berani untuk mencatatkan namanya di Bursa Efek Indonesia.
Langkah yang diambil oleh para pelaku usaha tersebut untuk go publik menjadi pemantik bagi para pelaku UMKM untuk berani naik ke level yang lebih tinggi menjadi korporasi dengan kemampuan good corporate governance yang mumpuni.
Pasalnya, hingga saat ini jumlah pelaku umkm yang go public dan masuk ke dalam papan akselerasi baru sekitar 40 perusahaan dari total emiten keseluruhan menembus angka 900.
Founder dan Business Development Director PT Sari Kreasi Boga Tbk Nilamsari mengatakan hingga kini belum banyak pelaku UKM yang menjadi perusahaan terbuka atau Tbk. Sebab, untuk dapat melantai di bursa, perusahaan harus menyesuaikan segala regulasi dan perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sistem pembukuan pun harus disusun serapi mungkin mulai dari asset, omset, margin, biaya operasional, perpajakan, dan lain sebagainya.
“Masalahnya banyak UKM yang masih malas untuk mengurus hal tersebut. Ketika menjadi perusahaan terbuka, semua harus transparan keuangan harus masuk ke rekening perusahaan, tetapi tidak semua pelaku UKM merasa nyaman dengan hal tersebut,” tuturnya.
Bahkan, sambungnya, tak sedikit pula perusahaan yang sudah masuk ke bursa kemudian kembali menjadi perusahaan tertutup. Namun hal tersebut bukan terjadi karena adanya kemunduran tetapi mungkin sudah tidak sesuai dengan kebijakan perusahaan.
Nilam mengakui sejak perusahaannya go public, banyak kemajuan bisnis yang didapatkan perusahaan. Bahkan peningkatan bisnisnya terbilang eksponensial mulai dari margin, profit, hingga asset bisnis yang terus bertumbuh.
“IPO itu melepas sebagian saham kepada publik untuk mendapatkan fresh money dalam jangka panjang, kalau jangka pendek dan menengah kita bisa mendapatkan dari institusi keuangan lainnya,” ucapnya.
Menurutnya, dana segar yang didapatkan tersebut memang membuat perusahaan berkembang secara signifikan tetapi perkembangan tersebut menurutnya juga harus diimbangi dengan tim yang profesional sehingga tidak mengalami penipuan atau kerugian.
Emiten dengan kode saham RAFI ini menargetkan pada tahun 2023 dapat mengantongi omzet sekitar Rp400 miliar hingga Rp500 miliar meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sekitar Rp300 miliar.
Baca juga: Bekali UKM Pengetahuan, TikTok Luncurkan Program Follow Me
Selain mendapatkan dana segar untuk pendanaan jangka panjang, Nilam mengakui keuntungan perusahaan saat IPO adalah memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk dilirik oleh investor baik dari dalam maupun luar negeri.
“Saat ini sudah banyak investor yang ingin bekerja sama dengan kami untuk mengembangkan bisnis tetapi saat ini kami juga masih dalam proses menyeleksi,” tuturnya.
Editor: Fajar Sidik
Para pelaku usaha ini bisa mencatatkan saham mereka di papan pengembangan maupun papan akselerasi. Seperti diketahui bahwa Bursa Efek Indonesia menyediakan empat jenis papan perdagangan saham di pasar modal, yaitu papan utama, papan utama ekonomi baru, papan pengembangan, dan papan akselerasi.
Di dalam papan pengembangan terdapat saham dari perusahan dalam fase pertumbuhan dan memiliki prospek pengembangan ke depannya. Perusahaan yang masuk dalam papan pencatatan ini minimal sudah beroperasi selama satu tahun atau lebih dengang jumlah pemegang saham minimal 500 pihak.
Baca juga: Indonesia Jadi Target Dumping Barang Bekas yang Mengubah Esensi Thrifting dan Mengusik UKM
Adapun papan akselerasi memang secara khusus disediakan oleh BEI untuk perusahaan dengan aset skala kecil yaitu di bawah Rp50 miliar dan aset skala menengah dengan asset sekitar Rp50 miliar hingga Rp250 miliar.
Salah satu pelaku usaha mikro kecil dan menengah yang sukses mencatatkan sahamnya di papan pengembangan Bursa Efek Indonesia adalah PT Sari Kreasi Boga Tbk (SKB Food) pemegang waralaba Kebab Turki Babarafi pada Agustus 2022 lalu.
Selain itu, ada pula PT Platinum Wahab Nusantara Tbk, perusahan waralaba minuman Teguk. Perusahaan dengan kode saham TGUK tersebut juga telah mencatatkan sahamnya di papan pengembangan pada Juli 2023.
Mengawali tahun ini, salah satu pelaku usaha waralaba asal Malang, PT Bersama Mencapai Puncak Tbk (BAIK) pemilik brand Ayam Goreng Nelongso juga siap mengambil langkah berani untuk mencatatkan namanya di Bursa Efek Indonesia.
Langkah yang diambil oleh para pelaku usaha tersebut untuk go publik menjadi pemantik bagi para pelaku UMKM untuk berani naik ke level yang lebih tinggi menjadi korporasi dengan kemampuan good corporate governance yang mumpuni.
Pasalnya, hingga saat ini jumlah pelaku umkm yang go public dan masuk ke dalam papan akselerasi baru sekitar 40 perusahaan dari total emiten keseluruhan menembus angka 900.
Founder dan Business Development Director PT Sari Kreasi Boga Tbk Nilamsari mengatakan hingga kini belum banyak pelaku UKM yang menjadi perusahaan terbuka atau Tbk. Sebab, untuk dapat melantai di bursa, perusahaan harus menyesuaikan segala regulasi dan perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sistem pembukuan pun harus disusun serapi mungkin mulai dari asset, omset, margin, biaya operasional, perpajakan, dan lain sebagainya.
“Masalahnya banyak UKM yang masih malas untuk mengurus hal tersebut. Ketika menjadi perusahaan terbuka, semua harus transparan keuangan harus masuk ke rekening perusahaan, tetapi tidak semua pelaku UKM merasa nyaman dengan hal tersebut,” tuturnya.
Bahkan, sambungnya, tak sedikit pula perusahaan yang sudah masuk ke bursa kemudian kembali menjadi perusahaan tertutup. Namun hal tersebut bukan terjadi karena adanya kemunduran tetapi mungkin sudah tidak sesuai dengan kebijakan perusahaan.
Nilam mengakui sejak perusahaannya go public, banyak kemajuan bisnis yang didapatkan perusahaan. Bahkan peningkatan bisnisnya terbilang eksponensial mulai dari margin, profit, hingga asset bisnis yang terus bertumbuh.
“IPO itu melepas sebagian saham kepada publik untuk mendapatkan fresh money dalam jangka panjang, kalau jangka pendek dan menengah kita bisa mendapatkan dari institusi keuangan lainnya,” ucapnya.
Menurutnya, dana segar yang didapatkan tersebut memang membuat perusahaan berkembang secara signifikan tetapi perkembangan tersebut menurutnya juga harus diimbangi dengan tim yang profesional sehingga tidak mengalami penipuan atau kerugian.
Emiten dengan kode saham RAFI ini menargetkan pada tahun 2023 dapat mengantongi omzet sekitar Rp400 miliar hingga Rp500 miliar meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sekitar Rp300 miliar.
Baca juga: Bekali UKM Pengetahuan, TikTok Luncurkan Program Follow Me
Selain mendapatkan dana segar untuk pendanaan jangka panjang, Nilam mengakui keuntungan perusahaan saat IPO adalah memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk dilirik oleh investor baik dari dalam maupun luar negeri.
“Saat ini sudah banyak investor yang ingin bekerja sama dengan kami untuk mengembangkan bisnis tetapi saat ini kami juga masih dalam proses menyeleksi,” tuturnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.