Produser film Kereta Berdarah Amrit Punjabi berfoto seusai diwawancarai Hypeabis.id di Jakarta, Jumat (26/1/2024). (sumber gambar Hypeabis.id/Abdurachman)

Hypeprofil Amrit Punjabi: Produser Bertangan Dingin & Mimpi Memajukan Industri Film Nasional

27 January 2024   |   12:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Di sebuah mal di kawasan Jakarta Selatan, Amrit Punjabi tampak semringah saat ditemui Hypeabis.id. Sore itu, Head of Production Multivision Plus (MVP) itu datang mengenakan setelan rapi. Kemeja satin hitam dengan jaket kulit tampak tersampir di tangan. Senyumnya mengembang lebar. 

Di usianya yang menuju kepala empat, anak bungsu dari pasangan Raam Punjabi dan Raakhe Punjabi itu memang mencoba mengikuti jejak karier sang ayah. Ya, Amrit terjun ke industri perfilman sejak dekade 2000-an, dan kini fokus menjadi produser film-film ternama.

Mulai terjun ke industri hiburan lewat film Hattrick (2012), Amrit akhirnya serius menekuni dunia sinema dan terus berada di balik layar. Sebut saja film-film seperti Soekarno (2013), Hijrah Cinta (2014) Kuntilanak 2 (2019), hingga Mangkujiwo (2023) berhasil mendulang sukses lewat tangan dinginnya.

Baca juga: Eksklusif Profil Raam Punjabi: Formula Jitu Multivision Merajai Jagat Sinema

Terbaru, Amrit kembali unjuk gigi dengan menahkodai kebutuhan produksi film Kereta Berdarah. Disutradarai oleh Rizal Mantovani, film bergenre horor itu dijadwalkan tayang di bioskop Tanah Air pada 1 Februari 2024. 

Namun, nyatanya dia juga memiliki etos untuk menyemarakkan industri film nasional. Termasuk impian-impiannya yang akan diwujudkan dalam berbagai karya baru untuk meramaikan skena film Indonesia. Seperti apa gagasan dan pandangannya? Berikut obrolan Hypeabis.id dengan Amrit Punjabi. 

 
Produser film Amrit Punjabi (Sumber gambar: Hypeabis.id/Abdurachman)
Film Kereta Berdarah menjadi karya terbaru Anda, bagaimana melihat potensi ceruk pasar dan perkembangan industri perfilman nasional saat ini? 
 
Saya melihat potensinya masih besar banget, dan tentunya akan tetap bertumbuh ya. Seiring endemi penontonnya terus bertambah. Tahun lalu juga lumayan bagus penontonnya, dan lebih banyak didominasi oleh film-film Indonesia. Tak hanya itu, saat ini juga ada banyak pilihan film, bahkan setiap minggunya ada tiga-empat film baru diputar di bioskop.

Jadi, dengan melihat pola persaingan ini, setiap produser harus lebih pintar, dan juga lebih berani mungkin membuat sesuatu yang berbeda. Terutama untuk menarik minat penonton, karena hampir semuanya itu sekarang 80 persen didominasi film horror, cuma beberapa yang drama dan komedi lain-lain. 

Sejak peluncuran teaser, banyak sinefil yang menyatakan film Kereta Berdarah merupakan versi lokal dari film Train to Busan. Bagaimana Anda menanggapinya?

Orang mungkin ngeliat itu dan mengkomparasi sama Train to Busan karena itu adalah film terkenal. Akan tetapi, sebenarnya ini beda banget ya. Satu horror, satu zombie. Mungkin ya persamaannya hanya di dalam kereta saja. Sebab, kalau ngeliat di Indonesia, jarang juga ada film horor di dalam kereta, mungkin pernah ada, tapi itu sudah lama.

Bisa dibilang, proses pembuatan film ini hampir semua dilakukan di dalam kereta buatan. Ini adalah sesuatu yang berbeda bahkan dengan Train to Busan. Namun, kalau disejajarkan dengan film tersebut, saya rasa bangga, karena itu film bagus banget jadi, nanti ditonton saja.

Apa tantangan terbesar saat menggarap film ini?

Pertama tentu proses pembuatan gerbong kereta, karena harus tetap kelihatan seperti kereta asli. Kedua, kita harus memikirkan ruang bergerak saat pengambilan gambar. Seperti  teknik penempatan kamera, penggunaan sling di atas gerbong, hingga penggunaan green screen di studio, karena itu juga banyak membutuhkan perhatian.

Jadi, ada banyak koordinasi langsung dengan tim CGI nya juga untuk mengecek ulang apakah angle-nya sudah benar. Supaya pas nanti kita mau footage (pengambilan gambar) di luar studio itu semuanya pas. Oleh karena itu perlu kerjasama yang bagus antara tim lapangan sama tim produksi. 

Dari trailer yang diluncurkan, production value film ini terlihat menarik? Apakah cost produksinya juga demikian?

Yang pasti biaya paling banyak untuk pembuatan gerbong dan CGI. Tapi menurut saya investment paling penting dari kita adalah di pemain-pemain ini, yang menurut saya mereka itu keren-keren banget.

Bahkan ada banyak yang mungkin belum dapat kesempatan untuk menjadi peran utama atau peran besar, tapi semua pada akhirnya mendapat kesempatan di film ini, dan kayaknya setelah film ini akan lebih banyak lagi yang mencari para aktor dan aktris ini pasti.

Tadi Anda sempat mengatakan, film horor masih mendominasi, apakah ke depannya genre ini juga masih memuncaki rantai film nasional?

Menurut saya sih, in general. Sebab kalau saya lihat sejak pandemi dan lain-lainnya sekarang habit orang untuk nonton juga udah berubah, dengan banyaknya OTT platform dan lain-lain semua bisa nonton online. Jadi orang tuh sekarang menurut saya itu ke bioskop cuma kalau filmnya itu bener-bener cinema experience movie seperti horor, karena dan sound dan jumpscare yang berbeda. 

Selain itu, film horor  lebih aman juga sebetulnya saya ngeliat dari kacamata produser. Sebab, ribet juga kalau saya membuat film yang 'gila-gila' terus, tapi enggak ada yang penontonnya. Misalnya kemarin kita bikin serial Dear Jo, yang menurut saya jadi film drama paling bagus di Multivision Plus, bahkan syutingnya di Azerbaijan, tapi potensi penontonnya biasa banget, alias no return

Tak hanya itu, genre ini juga masih menjadi nomor satu, baik di Amerika hingga Thailand, hampir sering film horor yang jalan terus. Sebab, horor itu universal, baik dari segi dialog hingga emosinya semua dapat. Makanya kita melihat lebih banyak yang antusias ke horor juga karena itu.
 

  Produser film Kereta Berdarah Amrit Punjabi berfoto seusai diwawancarai Hypeabis.id  di Jakarta, Jumat (26/1/2024). (sumber gambar Hypeabis.id/Abdurachman)

Produser film Kereta Berdarah Amrit Punjabi berfoto seusai diwawancarai Hypeabis.id di Jakarta, Jumat (26/1/2024). (sumber gambar Hypeabis.id/Abdurachman)

Terkait persaingan industri film dengan munculnya platform OTT, bagaimana Anda melihat hal tersebut ke depannya?

Menurut saya sih udah pasti, bioskop enggak mungkin hilang, enggak mungkin kemana-mana. Malah OTT saya melihatnya nanti cuma yang paling kuat yang bakal bertahan, karena bakal banyak yang hilang. Selain itu, jika dibandingkan dengan negara lain, tiket bioskop kita juga masih murah, coba nonton film di AS udah dibanderol US$11 sampai US$12, bahkan kadang-kadang US$14. Kalau di sini cuma US$2. 

Selama 2024, MVP akan mengeluarkan beberapa film, produksi seperti apa yang sudah mulai digarap? 

Kalau yang bakal dirilis sih kita belum berani spill. Karena kan semua tergantung jadwal yang tepat dan lain-lain. Tapi, kalau dalam line up sih kita sudah banyak film yang disiapkan, antara 8 sampai 12 film yang sudah pasti yang akan kita shoot.  Tapi berapa yang akan tayang dari semua itu kita tidak tahu. Setidaknya yang pasti 5 sampai 6 film yang bakal tayang di bioskop dengan genre yang beragam.

Sebagai kepala produksi MVP, strategi-strategi seperti apa yang akan dilakukan agar tetap bisa bertahan di tengah persaingan industri yang semakin ketat ? 

Kalau sekarang tentunya satu-satu cara adalah dengan mengeluarkan film-film yang lebih bagus dan dengan konsep yang lebih gila untuk memberikan sesuatu yang baru. Selain itu tentunya sih kita sebenarnya pengen membuka satu komunikasi antara PH dan masyarakat, supaya kita juga bisa lebih ngerti perasaan mereka, ide-ide mereka. 

Bahkan kalau nanti ya siapa pun yang tertarik ke bisnis perfilman ini juga bisa bergabung dengan kita dan lainnya, intinya sih gitu.  Jadi pengen lebih ngedengerin, lebih dekat ke masyarakat lagi supaya bisa bener-bener ngerti apa yang mereka mau dan membuat perubahan itu, terutama dalam industri film. 

Baca juga: Eksklusif Ernest Prakasa: Menatap Industri Film 2024 dengan Optimistis

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

SAHID Aledea Hills Siap Jadi Villatel Bintang 4 Pertama di Kota Sukabumi

BERIKUTNYA

Hypereport: Merawat Warisan Intelektual Lewat Restorasi Film Lawas

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: