Strategi Insurtech Garap Pasar Millenial dan Gen Z
26 January 2024 |
14:32 WIB
Penetrasi dan pertumbuhan industri asuransi di Indonesia hingga saat ini masih sangat rendah di tengah potensi pasar yang sebetulnya masih sangat terbuka luas. Pasalnya, masyarakat masih menjadikan asuransi sebagai pelengkap, bukan sebagai kebutuhan utama.
Berdasarkan data dari OJK, penetrasi asuransi di Indonesia baru mencapai 3,18 persen yang terdiri dari penetrasi asuransi sosial 1,45 persen, asuransi jiwa 1,19 persen, dan asuransi umum 0,47 persen, sementara sisanya berupa asuransi wajib.
Baca juga: Perhatikan 5 Hal Ini Sebelum Membeli Asuransi Kesehatan
Dari data tersebut, penetrasi asuransi umum merupakan yang terkecil. Padahal, asuransi umum memiliki berbagai manfaat untuk melindungi dan menanggung berbagai jenis kerugian yang dialami masyarakat sehari-hari, mulai dari asuransi properti, asuransi kendaraan, asuransi kesehatan, asuransi kredit, dan lain sebagainya.
Praktisi asuransi dan Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA) Abitani Barkah Taim mengatakan bahwa kelompok millennial maupun gen Z seharusnya bisa menjadi potensi pasar yang dapat dibidik oleh asuransi umum.
“Karena anak muda ini banyak yang sudah bekerja atau akan segera memasuki dunia kerja. Nantinya mereka akan memiliki rumah, mobil, hingga kekayaan pribadi lainnya yang tentu membutuhkan perlindungan dan proteksi,” tuturnya.
Meskipun saat ini jumlah penetrasinya masih rendah, tetapi dia meyakini bahwa kesadaran milenial akan kebutuhan asuransi umum ini akan terus meningkat seiring pula dengan bertumbuhnya perekonomian di masyarakat serta literasi asuransi yang juga sudah cukup tinggi mencapai 31 persen.
Untuk itu, dibutuhkan berbagai strategi dan inovasi terutama dari perusahaan asuransi digital atau insurtech sehingga dapat menggarap pasar yang lebih luas terutama generasi millenial dan gen Z. Perusahaan insurtech ini perlu menghadirkan berbagai produk asuransi umum yang sesuai kebutuhan para generasi muda yang cenderung lebih practical dan sangat memperhatikan kenyamanan.
“Generasi milenial dan Gen Z cenderung lebih berhitung dan membayar sesuatu yang benar-benar dibutuhkan. Perlu adanya inovasi produk InsurTech yang parametric karena itu yang lebih digemari oleh mereka,” tuturnya.
Senada disampaikan oleh Tirto Utomo, Director of Business Qoala Plus yang menyebutkan bahwa pasar asuransi di Indonesia masih sangat muda dan belum berkembang pesat sehingga masih memiliki potensi besar untuk bertumbuh.
“Potensi pertumbuhan ini bisa terjadi karena saat ini kami melihat kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi juga terus meningkat,” tuturnya.
Tirto mengatakan adanya potensi tersebut menjadi acuan Qoala Plus untuk terus meningkatkan pelayanan dan produktivitas para tenaga pemasar atau yang disebut Mitra Qoala Plus Qoala Plus untuk menjawab kebutuhan asuransi masyarakat dengan berbagai produk asuransi holistik yang mudah diakses dan dipahami.
Sugeng Purnomo, SVP of Sales and Partnership Qoala Plus menjelaskan selama 2023, Qoala Plus telah berperan proaktif memproses dan mendampingi hingga 60 persen total klaim secara in-house berbagai jenis asuransi dan menjangkau lebih dari 45.000 customers baru.
Selain itu, Qoala Plus juga telah menambah tiga kota operasional baru, yaitu Balikpapan, Bali, dan Palembang. Adapun produk yang dimiliki oleh Qoala Plus antara lain produk asuransi kesehatan, jiwa, properti dan asuransi komersil untuk melengkapi kebutuhan asuransi masyarakat.
Sementara itu, pada 2024 Qoala Plus menargetkan untuk meningkatkan keunggulan operasional, produktivitas Mitra, dan ekosistem yang dinamis. Pihaknya juga akan terus meningkatkan produktivitas dengan menciptakan operasional dan penawaran yang lebih unggul dari insurtech lain.
“Produktivitas mitra akan didorong dengan melakukan banyak peningkatan mulai dari portofolio produk asuransi yang lebih beragam, pengembangan fitur aplikasi, selling support hingga proses claim,” tuturnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Berdasarkan data dari OJK, penetrasi asuransi di Indonesia baru mencapai 3,18 persen yang terdiri dari penetrasi asuransi sosial 1,45 persen, asuransi jiwa 1,19 persen, dan asuransi umum 0,47 persen, sementara sisanya berupa asuransi wajib.
Baca juga: Perhatikan 5 Hal Ini Sebelum Membeli Asuransi Kesehatan
Dari data tersebut, penetrasi asuransi umum merupakan yang terkecil. Padahal, asuransi umum memiliki berbagai manfaat untuk melindungi dan menanggung berbagai jenis kerugian yang dialami masyarakat sehari-hari, mulai dari asuransi properti, asuransi kendaraan, asuransi kesehatan, asuransi kredit, dan lain sebagainya.
Praktisi asuransi dan Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA) Abitani Barkah Taim mengatakan bahwa kelompok millennial maupun gen Z seharusnya bisa menjadi potensi pasar yang dapat dibidik oleh asuransi umum.
“Karena anak muda ini banyak yang sudah bekerja atau akan segera memasuki dunia kerja. Nantinya mereka akan memiliki rumah, mobil, hingga kekayaan pribadi lainnya yang tentu membutuhkan perlindungan dan proteksi,” tuturnya.
Meskipun saat ini jumlah penetrasinya masih rendah, tetapi dia meyakini bahwa kesadaran milenial akan kebutuhan asuransi umum ini akan terus meningkat seiring pula dengan bertumbuhnya perekonomian di masyarakat serta literasi asuransi yang juga sudah cukup tinggi mencapai 31 persen.
Untuk itu, dibutuhkan berbagai strategi dan inovasi terutama dari perusahaan asuransi digital atau insurtech sehingga dapat menggarap pasar yang lebih luas terutama generasi millenial dan gen Z. Perusahaan insurtech ini perlu menghadirkan berbagai produk asuransi umum yang sesuai kebutuhan para generasi muda yang cenderung lebih practical dan sangat memperhatikan kenyamanan.
“Generasi milenial dan Gen Z cenderung lebih berhitung dan membayar sesuatu yang benar-benar dibutuhkan. Perlu adanya inovasi produk InsurTech yang parametric karena itu yang lebih digemari oleh mereka,” tuturnya.
Senada disampaikan oleh Tirto Utomo, Director of Business Qoala Plus yang menyebutkan bahwa pasar asuransi di Indonesia masih sangat muda dan belum berkembang pesat sehingga masih memiliki potensi besar untuk bertumbuh.
“Potensi pertumbuhan ini bisa terjadi karena saat ini kami melihat kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi juga terus meningkat,” tuturnya.
Tirto mengatakan adanya potensi tersebut menjadi acuan Qoala Plus untuk terus meningkatkan pelayanan dan produktivitas para tenaga pemasar atau yang disebut Mitra Qoala Plus Qoala Plus untuk menjawab kebutuhan asuransi masyarakat dengan berbagai produk asuransi holistik yang mudah diakses dan dipahami.
Sugeng Purnomo, SVP of Sales and Partnership Qoala Plus menjelaskan selama 2023, Qoala Plus telah berperan proaktif memproses dan mendampingi hingga 60 persen total klaim secara in-house berbagai jenis asuransi dan menjangkau lebih dari 45.000 customers baru.
Selain itu, Qoala Plus juga telah menambah tiga kota operasional baru, yaitu Balikpapan, Bali, dan Palembang. Adapun produk yang dimiliki oleh Qoala Plus antara lain produk asuransi kesehatan, jiwa, properti dan asuransi komersil untuk melengkapi kebutuhan asuransi masyarakat.
Sementara itu, pada 2024 Qoala Plus menargetkan untuk meningkatkan keunggulan operasional, produktivitas Mitra, dan ekosistem yang dinamis. Pihaknya juga akan terus meningkatkan produktivitas dengan menciptakan operasional dan penawaran yang lebih unggul dari insurtech lain.
“Produktivitas mitra akan didorong dengan melakukan banyak peningkatan mulai dari portofolio produk asuransi yang lebih beragam, pengembangan fitur aplikasi, selling support hingga proses claim,” tuturnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.