Mitos Atau Fakta: Bra Kawat Jadi Pemicu Kanker Payudara
30 October 2023 |
15:15 WIB
Kanker payudara merupakan momok menakutkan bagi para perempuan. World Health Organization (WHO) mencatat ada sekitar 2,3 juta orang terdiagnosa menderita penyakit ini dan 685.000 di antaranya meninggal dunia pada 2020. Bahkan bersamaan dengan itu, beberapa mitos pun beredar dan membuat resah.
Salah satu yang sering ditanyakan menurut Konsultan Onkologi Eka Hospital Bekasi, Budi Harapan Siregar yakni penggunan bra kawat. Tidak sedikit pasien percaya bahwa penggunaan bra dengan kawat merupakan salah satu faktor yang bisa meningkatkan risiko kanker payudara. Di satu sisi, beberapa wanita membutuhkan model bra ini untuk membuat payudara lebih kencang dan ketat.
Baca juga: 3 Gaya Hidup yang Mendukung Pencegahan Risiko Kanker Payudara
Budi menegaskan bahwa penggunaan bra kawat dapat memicu kanker payudara adalah tidak benar, alias mitos. Dia menerangkan bahwa penggunaan bra yang ketat mungkin bisa menimbulkan rasa nyeri jika terlalu sering dikenakan, tapi hal tersebut tidak terkait dengan penyebab kanker. "Tidak ada bukti ilmiah yang cukup untuk bisa membuktikan jika bra kawat menyebabkan kanker payudara," tegasnya.
Dia menjelaskan kanker disebabkan adanya mutasi dalam sel-sel di tubuh dan membuat sel tersebut tumbuh secara abnormal. Pada kanker payudara, mutasi terjadi pada sel-sel yang ada di payudara.
Sementara itu, ada banyak faktor yang dipercaya dapat meningkatkan risiko seorang wanita untuk mengidap kanker payudara. Risiko utama yakni faktor genetik, seperti memiliki ibu, nenek, atau keluarga dekat dengan riwayat kanker payudara.
Kemudian faktor usia. Semakin tua seseorang maka semakin tinggi juga risiko mereka mengalami kanker payudara. Risiko berikutnya yakni riwayat pengobatan tertentu seperti pengobatan radioterapi (radiasi) dan pengobatan terapi hormon.
Wanita yang mengalami menstruasi lebih awal atau menopause lebih lama juga diketahui lebih berisiko mengalami kanker payudara. Satu lagi yang perlu menjadi perhatian yakni berat badan. Wanita yang memiliki berat badan berlebih akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker payudara.
Budi menyampaikan seluruh wanita memiliki risiko untuk mengalami kanker payudara. Oleh sebab itu, penting bagi kaum hawa untuk memahami apa yang menjadi faktor penyebab kanker payudara yang sebenarnya dan apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. Salah satunya dengan melakukan skrining payudara dengan memeriksa payudara sendiri (SADARI).
SADARI merupakan metode pemeriksaan payudara secara mandiri dengan meraba dan mendeteksi adanya benjolan atau tekstur yang tidak normal. Para perempuan dapat melakukan SADARI pada saat masih menstruasi di hari ke 7-10 hari setelah hari pertama menstruasi.
Metode ini dilakukan dengan meraba area payudara menggunakan telapak tangan untuk melakukan deteksi awal kondisi payudara apakah ada benjolan, perubahan tekstur, hingga warna yang abnormal. Bisa juga melakukan metode SADARI pada saat mandi, bercermin, atau sebelum tidur.
Dengan melakukan SADARI secara rutin, Budi menyebut apabila terdeteksi adanya kanker payudara, dokter dapat menangani lebih cepat dengan penanganan tepat, sehingga mengurangi kondisi yang lebih parah.
Kendati demikian, apabila kanker payudara sudah terlanjur membesar atau bahkan menyebar ke organ lain, maka pengobatan lebih lanjut mungkin harus dilakukan, seperti radioterapi juga kemoterapi.
Untuk menurunkan risiko kanker payudara sangat mudah yakni mulai dengan menerapkan hidup sehat. Budi mengimbau agar para wanita menjaga berat badannya dengan mengurangi konsumsi makanan tinggi kalori dan memperbanyak makanan bergizi.
Rutinlah berolahraga, setidaknya 30 menit per hari untuk menjaga tubuh tetap aktif. Hentikan kebiasaan merokok dan minum alkohol.
Baca juga: Pasien Kanker Payudara Tetap Dapat Menyusui, Begini Kata Dokter
Selain itu, menyusui dipercaya menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkan risiko dari kanker payudara. Lakukan screening rutin agar dapat meningkatkan potensi untuk mendeteksi kehadiran kanker sedini mungkin. Dokter dapat melakukan USG payudara hingga biopsi jika diperlukan.
Editor: Fajar Sidik
Salah satu yang sering ditanyakan menurut Konsultan Onkologi Eka Hospital Bekasi, Budi Harapan Siregar yakni penggunan bra kawat. Tidak sedikit pasien percaya bahwa penggunaan bra dengan kawat merupakan salah satu faktor yang bisa meningkatkan risiko kanker payudara. Di satu sisi, beberapa wanita membutuhkan model bra ini untuk membuat payudara lebih kencang dan ketat.
Baca juga: 3 Gaya Hidup yang Mendukung Pencegahan Risiko Kanker Payudara
Budi menegaskan bahwa penggunaan bra kawat dapat memicu kanker payudara adalah tidak benar, alias mitos. Dia menerangkan bahwa penggunaan bra yang ketat mungkin bisa menimbulkan rasa nyeri jika terlalu sering dikenakan, tapi hal tersebut tidak terkait dengan penyebab kanker. "Tidak ada bukti ilmiah yang cukup untuk bisa membuktikan jika bra kawat menyebabkan kanker payudara," tegasnya.
Dia menjelaskan kanker disebabkan adanya mutasi dalam sel-sel di tubuh dan membuat sel tersebut tumbuh secara abnormal. Pada kanker payudara, mutasi terjadi pada sel-sel yang ada di payudara.
Sementara itu, ada banyak faktor yang dipercaya dapat meningkatkan risiko seorang wanita untuk mengidap kanker payudara. Risiko utama yakni faktor genetik, seperti memiliki ibu, nenek, atau keluarga dekat dengan riwayat kanker payudara.
Kemudian faktor usia. Semakin tua seseorang maka semakin tinggi juga risiko mereka mengalami kanker payudara. Risiko berikutnya yakni riwayat pengobatan tertentu seperti pengobatan radioterapi (radiasi) dan pengobatan terapi hormon.
Wanita yang mengalami menstruasi lebih awal atau menopause lebih lama juga diketahui lebih berisiko mengalami kanker payudara. Satu lagi yang perlu menjadi perhatian yakni berat badan. Wanita yang memiliki berat badan berlebih akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker payudara.
Budi menyampaikan seluruh wanita memiliki risiko untuk mengalami kanker payudara. Oleh sebab itu, penting bagi kaum hawa untuk memahami apa yang menjadi faktor penyebab kanker payudara yang sebenarnya dan apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. Salah satunya dengan melakukan skrining payudara dengan memeriksa payudara sendiri (SADARI).
SADARI merupakan metode pemeriksaan payudara secara mandiri dengan meraba dan mendeteksi adanya benjolan atau tekstur yang tidak normal. Para perempuan dapat melakukan SADARI pada saat masih menstruasi di hari ke 7-10 hari setelah hari pertama menstruasi.
Metode ini dilakukan dengan meraba area payudara menggunakan telapak tangan untuk melakukan deteksi awal kondisi payudara apakah ada benjolan, perubahan tekstur, hingga warna yang abnormal. Bisa juga melakukan metode SADARI pada saat mandi, bercermin, atau sebelum tidur.
Dengan melakukan SADARI secara rutin, Budi menyebut apabila terdeteksi adanya kanker payudara, dokter dapat menangani lebih cepat dengan penanganan tepat, sehingga mengurangi kondisi yang lebih parah.
Kendati demikian, apabila kanker payudara sudah terlanjur membesar atau bahkan menyebar ke organ lain, maka pengobatan lebih lanjut mungkin harus dilakukan, seperti radioterapi juga kemoterapi.
Untuk menurunkan risiko kanker payudara sangat mudah yakni mulai dengan menerapkan hidup sehat. Budi mengimbau agar para wanita menjaga berat badannya dengan mengurangi konsumsi makanan tinggi kalori dan memperbanyak makanan bergizi.
Rutinlah berolahraga, setidaknya 30 menit per hari untuk menjaga tubuh tetap aktif. Hentikan kebiasaan merokok dan minum alkohol.
Baca juga: Pasien Kanker Payudara Tetap Dapat Menyusui, Begini Kata Dokter
Selain itu, menyusui dipercaya menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkan risiko dari kanker payudara. Lakukan screening rutin agar dapat meningkatkan potensi untuk mendeteksi kehadiran kanker sedini mungkin. Dokter dapat melakukan USG payudara hingga biopsi jika diperlukan.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.