Simak Manfaat, Aturan Minum dan Kiat Meracik Jamu Untuk Kesehatan
16 January 2024 |
16:48 WIB
Khazanah jamu telah diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang sejak zaman dahulu. Dengan beragamnya rempah dan rimpang-rimpangan sebagai bahan alami, racikan jamu sebagai minuman tradisional asli Indonesia kerap dijadikan resep pengobatan preventif dan kuratif.
Apalagi UNESCO dalam sidang ke-18 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage pada 6 Desember 2023 resmi menetapkan jamu sebagai warisan budaya tak benda dari Indonesia. Dalam sidang komite yang berlangsung di Republik Botswana tersebut, jamu resmi menjadi warisan budaya tak benda ke-13 dari Indonesia yang diakui organisasi kebudayaan dunia tersebut.
Budaya menjamu dipercaya telah berlangsung sejak abad ke-8. Fakta itu dibuktikan dengan temuan relief dan manuskrip kuno di beberapa situs candi di Nusantara. Indonesia sendiri telah mengupayakan jamu masuk sebagai warisan budaya tak benda sejak 2013. Namun dengan rangkaian perjalanan yang panjang, akhirnya UNESCO menyetujuinya pada tahun lalu.
Baca juga: Mengenal 8 Teknik Meracik & Menyeduh Jamu Modern ala Acaraki
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Inggrid Tania mengatakan bahwa jamu sebagai budaya dan kekayaan warisan leluhur Indonesia memiliki manfaat yang sudah teruji dalam dunia medis.
Secara harfiah, jamu berasal dari kata jampi husada yang disingkat sebagai jamu. Dalam pengertian tersebut, jamu dikenal sebagai pengobatan dengan ramuan dan doa. Jamu juga kerap identik dengan obat-obatan herbal. Dalam praktiknya, jamu memang dibuat dari olahan tanaman hebat yang biasanya ditambahkan dengan bahan hewani seperti madu.
Khasiat jamu yang telah teruji secara medis ini digunakan untuk kesehatan dan pengobatan. “Jamu yang telah menjadi sajian tradisional Indonesia yang bersumber dari obat berbahan alam ini sudah memiliki riwayat empirik,” kata Inggrid.
Jenis tanaman obat seperti jahe, temulawak, meniran, hingga jenis bunga-bungaan seperti rosella dan telak bisa dibuat menjadi minuman jamu herbal yang memiliki manfaat bagi kesehatan. Menurutnya, hampir semua bahan rimpang tersebut memiliki sifat antioksidan yang diperlukan untuk melindungi organ tubuh sekaligus mencegah penyakit degeneratif atau penyakit kronik.
“Sifat rimpang itu anti inflamasi. Jadi, penyakit yang disebabkan oleh peradangan seperti gangguan pencernaan, nyeri, kembung, dan lainnya sangat dianjurkan mengonsumsi jamu,” katanya.
Inggrid menjelaskan sebagian besar sifat rimpang yang diolah menjadi jamu ini bermanfaat untuk menguatkan sistem imun tubuh. Dengan manfaat menyeimbangkan sistem kekebalan tubuh, konsumsi jamu juga disarankan untuk tujuan memproteksi diri dari penyakit yang disebabkan oleh infeksi.
Meski demikian, khasiat hebat jamu tak serta merta mematahkan kebutuhan akan obat bersifat kimia dalam kondisi-kondisi tertentu. “Jamu itu sifatnya kombinasi dan komplementer. Bisa dikonsumsi sebagai langkah preventif ataupun kuratif,” katanya.
Jenis jamu-jamuan yang dolah langsung, menurut Inggrid dalam tingkat penyakit tertentu bisa membantu mengendalikan dan meredam kondisi penyakit. Misalnya untuk kasus batuk dan pilek, jamu bisa diminum untuk meminimalisir kemungkinan penyakit tersebut makin parah.
Dalam memilih produk jamu, Inggrid menyarankan agar masyarakat selalu memilah jenis jamu yang diolah secara higienis tanpa pengawet dan tanpa pewarna. Pastikan jamu instan yang dibeli dipasaran memiliki legalitas izin edar dan tidak ada tambahan bahan kimia obat dalam dosis yang tidak jelas.
Adapun aturan meminum jamu bisa sekitar 1-2 gelas per hari untuk pencegahan penyakit. Sedangkan untuk pengobatan dan mempercepat pemulihan pascasakit, diperbolehkan mengonsumsi jamu sekitar 3-4 kali sebagai langkah kuratif.
Namun tidak dianjurkan meminum lebih dari 4 gelas jamu per hari, yang dikhawatirkan bisa menyebabkan efek samping nyeri perut hingga diare.
Untuk menjamin higienitas dan kesegaran jamu, Inggris menyarankan agar masyarakat bisa membiasakan membuat dan meracik jamu sendiri. Untuk membuat jamu, dapat menggunakan bahan-bahan rimpang yang segar yang tersedia di pasar.
Baca juga: Mengenal Manfaat 5 Jamu Herbal Ala Ngramu Djamoe
Kemudian, hindari melakukan metode merebus jamu dengan menggunakan panci berbahan logam seperti aluminium. Sebab, panci berbahan logam berat bisa membuat khasiat pada rimpang menjadi tidak maksimal. "Gunakanlah jenis panci perebus dari tanah liat, kaca, atau stainless steel," ujarnya.
(Ikuti laporan Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Apalagi UNESCO dalam sidang ke-18 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage pada 6 Desember 2023 resmi menetapkan jamu sebagai warisan budaya tak benda dari Indonesia. Dalam sidang komite yang berlangsung di Republik Botswana tersebut, jamu resmi menjadi warisan budaya tak benda ke-13 dari Indonesia yang diakui organisasi kebudayaan dunia tersebut.
Budaya menjamu dipercaya telah berlangsung sejak abad ke-8. Fakta itu dibuktikan dengan temuan relief dan manuskrip kuno di beberapa situs candi di Nusantara. Indonesia sendiri telah mengupayakan jamu masuk sebagai warisan budaya tak benda sejak 2013. Namun dengan rangkaian perjalanan yang panjang, akhirnya UNESCO menyetujuinya pada tahun lalu.
Baca juga: Mengenal 8 Teknik Meracik & Menyeduh Jamu Modern ala Acaraki
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Inggrid Tania mengatakan bahwa jamu sebagai budaya dan kekayaan warisan leluhur Indonesia memiliki manfaat yang sudah teruji dalam dunia medis.
Secara harfiah, jamu berasal dari kata jampi husada yang disingkat sebagai jamu. Dalam pengertian tersebut, jamu dikenal sebagai pengobatan dengan ramuan dan doa. Jamu juga kerap identik dengan obat-obatan herbal. Dalam praktiknya, jamu memang dibuat dari olahan tanaman hebat yang biasanya ditambahkan dengan bahan hewani seperti madu.
Khasiat jamu yang telah teruji secara medis ini digunakan untuk kesehatan dan pengobatan. “Jamu yang telah menjadi sajian tradisional Indonesia yang bersumber dari obat berbahan alam ini sudah memiliki riwayat empirik,” kata Inggrid.
Jenis tanaman obat seperti jahe, temulawak, meniran, hingga jenis bunga-bungaan seperti rosella dan telak bisa dibuat menjadi minuman jamu herbal yang memiliki manfaat bagi kesehatan. Menurutnya, hampir semua bahan rimpang tersebut memiliki sifat antioksidan yang diperlukan untuk melindungi organ tubuh sekaligus mencegah penyakit degeneratif atau penyakit kronik.
“Sifat rimpang itu anti inflamasi. Jadi, penyakit yang disebabkan oleh peradangan seperti gangguan pencernaan, nyeri, kembung, dan lainnya sangat dianjurkan mengonsumsi jamu,” katanya.
Inggrid menjelaskan sebagian besar sifat rimpang yang diolah menjadi jamu ini bermanfaat untuk menguatkan sistem imun tubuh. Dengan manfaat menyeimbangkan sistem kekebalan tubuh, konsumsi jamu juga disarankan untuk tujuan memproteksi diri dari penyakit yang disebabkan oleh infeksi.
Meski demikian, khasiat hebat jamu tak serta merta mematahkan kebutuhan akan obat bersifat kimia dalam kondisi-kondisi tertentu. “Jamu itu sifatnya kombinasi dan komplementer. Bisa dikonsumsi sebagai langkah preventif ataupun kuratif,” katanya.
Jenis jamu-jamuan yang dolah langsung, menurut Inggrid dalam tingkat penyakit tertentu bisa membantu mengendalikan dan meredam kondisi penyakit. Misalnya untuk kasus batuk dan pilek, jamu bisa diminum untuk meminimalisir kemungkinan penyakit tersebut makin parah.
Cara Membuat Jamu dan Aturan Minum Jamu
Ilustrasi ramuan jamu (Sumber gambar: Åsa Pålsson/Unsplash)
Dalam memilih produk jamu, Inggrid menyarankan agar masyarakat selalu memilah jenis jamu yang diolah secara higienis tanpa pengawet dan tanpa pewarna. Pastikan jamu instan yang dibeli dipasaran memiliki legalitas izin edar dan tidak ada tambahan bahan kimia obat dalam dosis yang tidak jelas.
Adapun aturan meminum jamu bisa sekitar 1-2 gelas per hari untuk pencegahan penyakit. Sedangkan untuk pengobatan dan mempercepat pemulihan pascasakit, diperbolehkan mengonsumsi jamu sekitar 3-4 kali sebagai langkah kuratif.
Namun tidak dianjurkan meminum lebih dari 4 gelas jamu per hari, yang dikhawatirkan bisa menyebabkan efek samping nyeri perut hingga diare.
Untuk menjamin higienitas dan kesegaran jamu, Inggris menyarankan agar masyarakat bisa membiasakan membuat dan meracik jamu sendiri. Untuk membuat jamu, dapat menggunakan bahan-bahan rimpang yang segar yang tersedia di pasar.
Baca juga: Mengenal Manfaat 5 Jamu Herbal Ala Ngramu Djamoe
Kemudian, hindari melakukan metode merebus jamu dengan menggunakan panci berbahan logam seperti aluminium. Sebab, panci berbahan logam berat bisa membuat khasiat pada rimpang menjadi tidak maksimal. "Gunakanlah jenis panci perebus dari tanah liat, kaca, atau stainless steel," ujarnya.
(Ikuti laporan Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.