Ilustrasi perlengkapan designer grafis (Sumber Gambar: Unsplash/Theme Photos)

Eksplorasi Peluang Bisnis di Dunia Desain Grafis Digital ala Milenial & Gen Z

08 January 2024   |   18:02 WIB
Image
Enrich Samuel Mahasiswa Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta

Generasi milenial dan z identik dengan penggunaan juga penguasaan teknologi digital yang bersifat masif. Dalam statistik penggunaan gawai juga, gen z menempati peringkat tertinggi dibanding generasi lainnya. Tidak heran jika mereka juga merambah karier dan peluang bisnis di sektor ini.

Saat ini lini industri kreatif digital Indonesia ramai diminati dan dijalankan oleh milenial serta gen z. Bagi mereka pekerjaan di bidang ini lebih memacu kreatifitas dan fleksibel, sehingga kedua generasi ini dapat menyeimbangkan kehidupan pribadi dan kehidupan pekerjaan dibanding bekerja di bidang lainnya.

Baca juga: Intip Kreativitas Pelukis dan Muralis Muda dalam Berkarya

Bidang kreatif yang dinikmati pun juga beragam, salah satunya adalah desain grafis yang merupakan cabang dari seni rupa, hanya saja penerapannya banyak dilakukan dengan teknogi digital. Lewat desain grafis, gen z dan milenial dapat menghasilkan cuan dari layer-layer desain yang mereka ciptakan untuk sejumlah pekerjaan sampingan.

Bryan (22), pemuda asal Depok saat ini menjadi desainer grafis salah satu brand spare part motor ternama di Bogor. Sebelumnya dia sempat bekerja sebagai desainer lepas atau freelance. Dia menuturkan bahwa ketertarikannya terhadap desain grafis dimulai sewaktu duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Saat itu dia mempelajari aplikasi desain Corel Draw di kelas dan secara tidak disangka, pada akhir semester karya desain yang mereka ciptakan akan dinaikkan dan dijual dalam bazar siswa. Dengan hasil penjualan yang cukup memuaskan dari karya desainnya, Bryan tertarik untuk menjadikan keterampilan ini sebagai peluang bisnis. 

“Yang paling penting untuk menjadi freelance grafis desainer ada 3 menurut saya yaitu percaya diri, nekat, dan komunikasi sosial yang baik,” ujar Bryan.

Berbeda halnya dengan Gregorius (22), pemuda asal Bogor yang kini bekerja sebagai desainer utama salah satu kebun binatang terbesar di Indonesia. Baginya, modal menjadi seorang desainer tidak boleh lepas dari relasi yang luas di mana seorang desainer harus memiliki branding penuh terhadap dirinya sebagai seorang desainer.

“Pertama dan terpenting itu komunikasi dan relasi, seorang desainer harus mampu membranding dirinya sendiri adalah seorang desainer, sehingga ketika ada klien yang sedang mencari SDM desainer akan langsung teringat dengan desainer tersebut,” kata Gregorius saat dijumpai Hypeabis.id.

Gregorius dan Bryan yang sudah menjadi desainer lepas sejak duduk di bangku perkuliahan menegaskan bahwa ketika anak muda menekuni bidang ini yang pasti, akan mendapatkan pasar konsumen dengan ciri khas masing-masing.

Sebagai contoh, Gregorius lebih sering mendapatkan proyek dari perusahaan-perusahaan, sedangkan Bryan lebih sering mendapat pekerjaan kreatif dari event-event musik. Terkadang menjadi seorang desainer grafis juga dapat menjadi vendor dalam acara-acara besar.

Gregorius menjelaskan bahwa menjadi seorang desainer lepas dapat mencukupinya selama dirinya menjadi mahasiswa. Dalam 1 bulan dia bisa mengerjakan hingga 3 proyek desain dengan kisaran harga yang berbeda-beda tergantung dengan kesulitan tiap proyeknya.

“Dalam sebulan kurang lebih saya dapat mengantungi penghasilan dari mendesain sekitar Rp 3-4 Juta, untuk 1 proyek yang saya kerjakan, dan bisa lebih dari itu apabila saya menyanggupi 3 proyek dalam sebulan,” ungkapnya.

Sedangkan untuk Bryan, penghasilan yang dicapai dalam sebulan relatif berada di angka Rp2-3 juta, tergantung bobot pekerjaan yang dihadapi dalam mendesain.

“Sebelumnya saya pernah menjadi layouter juga untuk salah satu kementerian dalam proyek penggandaannya sehingga dihargai kurang lebih dua kali lipat dari angka sebelumnya dalam satu kali proyek,” jelas Bryan.


Peluang dalam Genggaman Smartphone

Bryan dan Gregorius juga menggarisbawahi, selain keterampilan seorang desainer juga harus dilengkapi dengan 'senjata' mutakhir. Jika dulu banyak desainer bergantung pada komputer dengan spesifikasi tertinggi, sekarang banyak orang memanfaatkan aplikasi atau software editing hanya dari smartphone.

Hal ini menandakan bahwa transisi membuka peluang lebih banyak bahkan untuk amatir. Bukan tidak mungkin jika mereka tangkas dalam menajamkan keterampilan dan berkembang menjadi desainer grafis profesional.

Kurang lebih sudah 5 tahun Bryan dan Gregorius menjalani profesi sebagai desainer grafis, kiat-kiat mereka untuk bertahan di industri ini adalah dengan menjadi problem solver yang baik. Seorang desainer dituntut mampu mencari jalan keluar dari setiap keinginan-keinginan klien.

Seorang desainer juga harus bisa menghargai nilai dari karya yang diciptakannya dengan baik dan logis, sehingga tidak merusak pasar dari desainer lepas lainnya. Lebih dalam lagi keduanya berharap agar industri kreatif desain seperti ini tidak dipandang sebelah mata sebagai hal yang mudah, dan dapat dihargai dengan lebih baik lagi.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Intip Latihan Taktik Timnas Indonesia di Qatar Menjelang Piala Asia 2023

BERIKUTNYA

Bunda, Begini Kiat Tepat Mengatur Screen Time agar Kesehatan Mata Anak Terjaga

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: