Laju Pelesiran di Indonesia Kian Ramai dan Mulai Berkualitas
26 December 2023 |
08:26 WIB
Aspek pariwisata berkualitas makin jadi perhatian kalangan wisatawan mancanegara (wisman). Tentunya, pariwisata berkualitas ini merupakan perpanjangan konsep dari pariwisata keberlanjutan yang belakangan jadi tren di dunia pelesiran. Tren ini turut mendorong Indonesia mengadopsi konsep pariwisata keberlanjutan dan turisme berkualitas.
Data Kemenparekraf RI menyebutkan bahwa jumlah kunjungan wisman per Juli 2023 telah mencapai 6,21 juta. Angka itu meningkat hingga 197 persen jika dibandingkan dengan 2022. Dari tangan wisman, Indonesia memperoleh penerimaan devisa mencapai US$6,08 miliar pada paruh pertama 2023 dengan peningkatan mencapai 237 persen.
Baca juga: Monas Dibanjiri Wisatawan, Lebih dari 36.000 Pengunjung Padati Ikon Jakarta Ini saat Natal 2023
Dalam agenda National Webinar 'Tourism Industry Roadmap in 2024-2029; Challenges and Potential of Sustainable Tourism', Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan jika jumlah wisman untuk pertama kalinya menembus angka 11,5 juta wisatawan. Kemudian Bank Indonesia mencatat nilai devisa pariwisata sudah menyumbang US$7 miliar pada 2022.
Menurutnya, ada banyak hal yang menjadi pelajaran dunia pariwisata Indonesia pada 2023. “Tantangan pada 2023 adalah situasi kondisi ekonomi global, perubahan tourist behaviour, kondisi geopolitik, perubahan daya beli masyarakat, perubahan teknologi, serta green opportunity,” ungkap Sandiaga.
Riset yang dilakukan tiket.com mendapat sebuah temuan menarik mengenai tren pariwisata berkualitas. Dari sisi wisman, tercatat adanya peningkatan aspek pariwisata berkualitas terlihat dari durasi tinggal wisatawan di destinasi yang lebih lama. Hal ini mendorong perputaran ekonomi dari sektor pariwisata Indonesia makin tinggi. Adapun 5 provinsi dengan peningkatan kualitas turisme ini terjadi pada destinasi di Papua, Bali, Aceh, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Pelancong asal Eropa, Amerika, serta wilayah Asia (Timur Tengah dan Pasifik) tercatat sebagai wisman dengan kunjungan paling tinggi di Indonesia. Jika dibandingkan dengan data 2021, peningkatan persentase kunjungannya naik hingga 6,7 persen. Menariknya, wisman dengan kunjungan tertinggi ini juga tercatat memiliki durasi tinggal paling lama dibanding wisman negara lainnya.
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Addin Maulana menjelaskan risetnya menemukan data peningkatan koneksi penerbangan ke Indonesia. “Artinya sangat sedikit direct flight ke Indonesia yang pada akhirnya akan berpengaruh pada durasi tinggal di Indonesia,” jelas Addin.
Agar lebih banyak wisman mengambil waktu lebih lama di Indonesia, Addin menyarankan salah satu langkah yang bisa ditempuh adalah menambah penerbangan langsung ke Indonesia. Ini mendorong waktu perjalanan menuju Indonesia menjadi lebih singkat dan memudahkan wisman untuk berwisata di Indonesia.
Untuk Destinasi Super Prioritas (DSP), hasil riset juga menyebutkan pola wisatawan dengan tendensi waktu tinggal wisman yang lebih lama. Provinsi yang masuk dalam DSP dan paling banyak dikunjungi wisman antara lain Yogyakarta, Jawa Tengah, NTT dan NTB. Hal ini, dipandang Addin dapat dilihat sebagai potensi ekonomi yang bisa dikembangkan.
Pengamat pariwisata sekaligus Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azhari menjelaskan, sudah sepantasnya pemerintah mengambil fokus besar dalam aspek pariwisata berkualitas. Sebab dalam pandangan Azril, dunia pariwisata bukan hanya bicara soal kuantitas.
Temuan riset mengenai tourist behaviour ini, pemerintah bisa makin berbenah utamanya dalam 4 aspek berupa keamanan, keselamatan, kesehatan, dan lingkungan sesuai dengan sertifikasi Cleanliness, Health, Safety, dan Environment (CHSE) yang masuk dalam aspek Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait pariwisata.
Saat ini, Azril berpendapat jika tourist behaviour memang sudah menggeser ke arah pariwisata berkualitas. Utamanya bagi wisman, mendorong pariwisata masal dinilai Azril bukan lagi langkah yang tepat untuk mendatangkan wisman ke Indonesia. Paradigma ini menjadi kesempatan baik bagi pemerintah dan pelaku usaha pariwisata untuk menciptakan daya tarik unik lain di destinasinya.
“Pemerintah bisa memikirkan bagaimana caranya durasi tinggal para wisman bisa lebih lama, karena ini nantinya akan mempengaruhi spending (pengeluaran) mereka,” kata Azril.
Dari sisi wisman, cara ini dinilai Azril efektif untuk meningkatkan nilai devisa dan PDB dari sektor pariwisata. Apalagi, kini wisman banyak memburu wisata yang bersifat personal dan lokal. Sehingga, kustomisasi tur dari sisi wisman dan kesediaan atraksi dari sisi pelaku usaha wisata bisa bertemu dalam konsep turisme berkualitas ini.
Baca juga: 3 Rekomendasi Destinasi Wisata Lokal untuk Liburan Akhir Tahun
“Selera wisata turis ke Indonesia terletak pada aspek uniqueness, authentic, dan exotic,” kata Azril. Ketiga aspek ini merepresentasikan selera berwisata pelancong yang bersifat small sized, terkustomisasi, dan terpersonalisasi. Azril mengatakan, wisman saat ini menginginkan wisata yang berbeda atau unik, asli atau autentik, dan berciri khas dengan keindahan alam atau budaya lokalnya.
Editor: Fajar Sidik
Data Kemenparekraf RI menyebutkan bahwa jumlah kunjungan wisman per Juli 2023 telah mencapai 6,21 juta. Angka itu meningkat hingga 197 persen jika dibandingkan dengan 2022. Dari tangan wisman, Indonesia memperoleh penerimaan devisa mencapai US$6,08 miliar pada paruh pertama 2023 dengan peningkatan mencapai 237 persen.
Baca juga: Monas Dibanjiri Wisatawan, Lebih dari 36.000 Pengunjung Padati Ikon Jakarta Ini saat Natal 2023
Dalam agenda National Webinar 'Tourism Industry Roadmap in 2024-2029; Challenges and Potential of Sustainable Tourism', Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan jika jumlah wisman untuk pertama kalinya menembus angka 11,5 juta wisatawan. Kemudian Bank Indonesia mencatat nilai devisa pariwisata sudah menyumbang US$7 miliar pada 2022.
Menurutnya, ada banyak hal yang menjadi pelajaran dunia pariwisata Indonesia pada 2023. “Tantangan pada 2023 adalah situasi kondisi ekonomi global, perubahan tourist behaviour, kondisi geopolitik, perubahan daya beli masyarakat, perubahan teknologi, serta green opportunity,” ungkap Sandiaga.
Riset yang dilakukan tiket.com mendapat sebuah temuan menarik mengenai tren pariwisata berkualitas. Dari sisi wisman, tercatat adanya peningkatan aspek pariwisata berkualitas terlihat dari durasi tinggal wisatawan di destinasi yang lebih lama. Hal ini mendorong perputaran ekonomi dari sektor pariwisata Indonesia makin tinggi. Adapun 5 provinsi dengan peningkatan kualitas turisme ini terjadi pada destinasi di Papua, Bali, Aceh, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Pelancong asal Eropa, Amerika, serta wilayah Asia (Timur Tengah dan Pasifik) tercatat sebagai wisman dengan kunjungan paling tinggi di Indonesia. Jika dibandingkan dengan data 2021, peningkatan persentase kunjungannya naik hingga 6,7 persen. Menariknya, wisman dengan kunjungan tertinggi ini juga tercatat memiliki durasi tinggal paling lama dibanding wisman negara lainnya.
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Addin Maulana menjelaskan risetnya menemukan data peningkatan koneksi penerbangan ke Indonesia. “Artinya sangat sedikit direct flight ke Indonesia yang pada akhirnya akan berpengaruh pada durasi tinggal di Indonesia,” jelas Addin.
Agar lebih banyak wisman mengambil waktu lebih lama di Indonesia, Addin menyarankan salah satu langkah yang bisa ditempuh adalah menambah penerbangan langsung ke Indonesia. Ini mendorong waktu perjalanan menuju Indonesia menjadi lebih singkat dan memudahkan wisman untuk berwisata di Indonesia.
Untuk Destinasi Super Prioritas (DSP), hasil riset juga menyebutkan pola wisatawan dengan tendensi waktu tinggal wisman yang lebih lama. Provinsi yang masuk dalam DSP dan paling banyak dikunjungi wisman antara lain Yogyakarta, Jawa Tengah, NTT dan NTB. Hal ini, dipandang Addin dapat dilihat sebagai potensi ekonomi yang bisa dikembangkan.
Fokus Pada Spending Wisman
Ilustasi wisman (Sumber gambar: Himawan L Nugraha/Hypeabis.id)
Temuan riset mengenai tourist behaviour ini, pemerintah bisa makin berbenah utamanya dalam 4 aspek berupa keamanan, keselamatan, kesehatan, dan lingkungan sesuai dengan sertifikasi Cleanliness, Health, Safety, dan Environment (CHSE) yang masuk dalam aspek Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait pariwisata.
Saat ini, Azril berpendapat jika tourist behaviour memang sudah menggeser ke arah pariwisata berkualitas. Utamanya bagi wisman, mendorong pariwisata masal dinilai Azril bukan lagi langkah yang tepat untuk mendatangkan wisman ke Indonesia. Paradigma ini menjadi kesempatan baik bagi pemerintah dan pelaku usaha pariwisata untuk menciptakan daya tarik unik lain di destinasinya.
“Pemerintah bisa memikirkan bagaimana caranya durasi tinggal para wisman bisa lebih lama, karena ini nantinya akan mempengaruhi spending (pengeluaran) mereka,” kata Azril.
Dari sisi wisman, cara ini dinilai Azril efektif untuk meningkatkan nilai devisa dan PDB dari sektor pariwisata. Apalagi, kini wisman banyak memburu wisata yang bersifat personal dan lokal. Sehingga, kustomisasi tur dari sisi wisman dan kesediaan atraksi dari sisi pelaku usaha wisata bisa bertemu dalam konsep turisme berkualitas ini.
Baca juga: 3 Rekomendasi Destinasi Wisata Lokal untuk Liburan Akhir Tahun
“Selera wisata turis ke Indonesia terletak pada aspek uniqueness, authentic, dan exotic,” kata Azril. Ketiga aspek ini merepresentasikan selera berwisata pelancong yang bersifat small sized, terkustomisasi, dan terpersonalisasi. Azril mengatakan, wisman saat ini menginginkan wisata yang berbeda atau unik, asli atau autentik, dan berciri khas dengan keindahan alam atau budaya lokalnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.