Cori Broadus Kena Stroke Usia 24 Tahun, Kenali Penyebab dan Gejalanya
20 January 2024 |
23:17 WIB
Cori Broadus, putri dari rapper Snoop Dogg, menderita penyakit stroke. Kabar tersebut diungkapkan oleh Broadus melalui akun Instagramnya baru-baru ini. Perempuan berusia 24 tahun itu membagikan potret dirinya tengah dirawat di rumah sakit, dan membeberkan terkait masalah kesehatan yang dideritanya.
"Saya menderita stroke parah dan saya mulai menangis ketika mereka memberi tahu saya. Sepertinya saya baru berusia 24 tahun, apa yang telah saya lakukan di masa lalu hingga pantas mendapatkan semua ini," tulis Broadus dikutip dari akun Instagramnya.
Namun, Broadus tidak memberikan informasi lebih detail mengenai penyakit stroke yang diidapnya. Kendati begitu, penyanyi yang dikenal dengan nama panggung CHOC itu telah mengalami masalah kesehatan yang sulit selama bertahun-tahun setelah didiagnosis menderita lupus pada usia 6 tahun.
Baca juga: Kiat Aman Liburan Musim Dingin bagi Pengidap Penyakit Jantung
Mengutip dari laman Kementerian Kesehatan RI, lupus adalah penyakit autoimun sistemik yang ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap autoantigen, pembentukan kompleks imun, dan disregulasi sistem imun, sehingga menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh. Lupus dapat menyerang satu atau lebih sistem organ.
Lupus dapat menyebabkan peradangan yang bisa mempengaruhi persendian, kulit, ginjal, sel darah, otak, jantung, dan paru-paru. Saat ini belum ada obat untuk penyakit lupus. Lantaran lupus mempengaruhi banyak organ dalam tubuh, penyakit ini juga dapat meningkatkan risiko stroke.
Stroke merupakan penyebab kematian nomor lima di Amerika, dan penyebab utama kecacatan di seluruh dunia. Stroke adalah masalah kesehatan yang terjadi ketika akibat pecahnya pembuluh darah di otak, yang menghambat aliran darah ke otak sehingga menyebabkan kematian sel otak.
Menukil dari laman Stamford Health, meski kejadian stroke secara keseluruhan menurun di Amerika, angka penyakit ini justru meningkat di kalangan anak muda. Sekitar 800.000 orang Amerika menderita stroke setiap tahunnya, dimana 15 persen diantaranya terjadi pada orang-orang berusia 18-50 tahun.
Dari angka tersebut, sebanyak 120.000 orang Amerika di bawah 50 tahun mengidap stroke. Sementara di seluruh dunia, tercatat 1,5 juta orang dewasa menderita stroke setiap tahunnya. Berdasarkan penelitian, insiden stroke pada orang berusia 20-44 tahun telah meningkat dari 17 per 100.000 orang pada tahun 1993 menjadi 28 per 100.000 orang pada tahun 2015.
Sementara itu, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), 1 dari 7 penyakit stroke terjadi pada orang-orang berusia 15-49 tahun. Penelitian yang dilakukan pada 2021 tersebut mengungkapkan bahwa 10-15 persen stroke terjadi pada orang dewasa berusia 18-50 tahun.
Stroke terjadi ketika suplai darah ke otak terganggu atau berkurang, yang jika dilihat dari penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua, yakni penyumbatan yang disebut stroke iskemik dan pecahnya pembuluh darah yang disebut stroke hemoragik.
Stroke iskemik terjadi ketika arteri yang memasok darah ke area otak mengalami penyumbatan. Stroke iskemik jarang terjadi pada pasien dewasa muda, dibandingkan pada orang dewasa yang lebih tua. Penyebab utama stroke iskemik adalah aterosklerosis, kondisi di mana tumpukan kolesterol dan zat lain di dalam pembuluh darah arteri, sehingga mengganggu aliran darah ke jantung.
Sementara stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di dalam otak pecah, sehingga menyebabkan kebocoran ke ruang di sekitar otak. Beberapa penyebab umum stroke satu ini termasuk tekanan darah tinggi, pembuluh darah yang melemah, inflasasi pembuluh darah (vaskulitis), dan pelebaran atau penonjolan pembuluh darah otak akibat melemahnya dinding pembuluh darah (aneurisma).
Di samping itu, ada tiga hal lain yang menurut CDC menjadi penyebab banyak anak muda mengalami stroke yakni obesitas, tekanan darah tinggi, dan diabetes.
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disorders menyebutkan bahwa obesitas dapat meningkatkan risiko stroke. Riset yang dilakukan pada 2018 menemukan bahwa obesitas parah menyebabkan stroke pada 12 persen orang dewasa berusia 40-50 tahun, 9 persen orang dewasa berusia 20-39 tahun, dan 6 persen pada orang dewasa berusia 60 tahun ke atas.
Namun, berdasarkan penelitian pada 2021, disebutkan obesitas bukanlah faktor resiko independen untuk stroke iskemik. Sebaliknya, resikonya lebih bergantung pada komplikasi obesitas seperti tekanan darah tinggi.
Ketika tekanan darah tinggi terhadap dinding arteri, kondisi tersebut bisa menyebabkan pecahnya arteri yang memasok darah ke otak. Tekanan darah tinggi memiliki hubungan dengan faktor risiko lain untuk stroke iskemik seperti aterosklerosis.
Sebuah hasil penelitian yang diterbitkan di American Heart Association Journals pada 2019 menemukan bahwa tekanan darah tinggi mempengaruhi 1 dari 8 orang berusia 20-40 tahun untuk terkena stroke. Para penulis mengatakan bahwa angka ini mungkin akan meningkat sebagai hasil dari perilaku gaya hidup, serta rendahnya tingkat diagnosa awal untuk hipertensi.
Orang-orang dengan diabetes memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami stroke dibandingkan dengan mereka yang tidak mengidap diabetes. Diabetes adalah kondisi kesehatan yang menyebabkan tingkat gula dalam darah tinggi. Seiring waktu, kadar gula tinggi dapat merusak pembuluh darah di berbagai bagian tubuh, termasuk otak yang menyebabkan stroke.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 95 persen penderita diabetes telah mengidap diabetes tipe 2. Ini sering terjadi akibat kurangnya aktivias fisik, memiliki kelebihan berat badan, dan faktor resiko lainnya. Diabetes mulai menjadi lebih diidap di kalangan muda. WHO mencatat bahwa meskipun diabetes tipe 2 biasanya hanya terlihat pada orang dewasa, penyakit ini menjadi lebih umum terjadi pada anak-anak.
Selain itu, sejumlah faktor risiko lain yang bisa menyebabkan stroke di kalangan anak muda yakni infeksi HIV, penyakit jantung, penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen, kehamilan, kondisi medis yang menyebabkan peradangan seperti lupus, riwayat stroke dari keluarga, penggunaan obat-obatan, konsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik, dan merokok.
Baca juga: Fakta Penyakit Lupus Nefritis yang Diidap Shena Malsiana
Untuk mencegah penyakit stroke, anak muda disarankan untuk melakukan beberapa upaya seperti berolahraga secara teratur, mengelola kondisi medis seperti diabetes dan penyakit jantung, memonitor tekanan darah, kolesterol, dan tingkat gula darah, membatasi konsumsi alkohol berhenti merokok, serta menerapkan pola makan diet sehat.
Editor: Fajar Sidik
"Saya menderita stroke parah dan saya mulai menangis ketika mereka memberi tahu saya. Sepertinya saya baru berusia 24 tahun, apa yang telah saya lakukan di masa lalu hingga pantas mendapatkan semua ini," tulis Broadus dikutip dari akun Instagramnya.
Namun, Broadus tidak memberikan informasi lebih detail mengenai penyakit stroke yang diidapnya. Kendati begitu, penyanyi yang dikenal dengan nama panggung CHOC itu telah mengalami masalah kesehatan yang sulit selama bertahun-tahun setelah didiagnosis menderita lupus pada usia 6 tahun.
Baca juga: Kiat Aman Liburan Musim Dingin bagi Pengidap Penyakit Jantung
Mengutip dari laman Kementerian Kesehatan RI, lupus adalah penyakit autoimun sistemik yang ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap autoantigen, pembentukan kompleks imun, dan disregulasi sistem imun, sehingga menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh. Lupus dapat menyerang satu atau lebih sistem organ.
Lupus dapat menyebabkan peradangan yang bisa mempengaruhi persendian, kulit, ginjal, sel darah, otak, jantung, dan paru-paru. Saat ini belum ada obat untuk penyakit lupus. Lantaran lupus mempengaruhi banyak organ dalam tubuh, penyakit ini juga dapat meningkatkan risiko stroke.
Stroke merupakan penyebab kematian nomor lima di Amerika, dan penyebab utama kecacatan di seluruh dunia. Stroke adalah masalah kesehatan yang terjadi ketika akibat pecahnya pembuluh darah di otak, yang menghambat aliran darah ke otak sehingga menyebabkan kematian sel otak.
Menukil dari laman Stamford Health, meski kejadian stroke secara keseluruhan menurun di Amerika, angka penyakit ini justru meningkat di kalangan anak muda. Sekitar 800.000 orang Amerika menderita stroke setiap tahunnya, dimana 15 persen diantaranya terjadi pada orang-orang berusia 18-50 tahun.
Dari angka tersebut, sebanyak 120.000 orang Amerika di bawah 50 tahun mengidap stroke. Sementara di seluruh dunia, tercatat 1,5 juta orang dewasa menderita stroke setiap tahunnya. Berdasarkan penelitian, insiden stroke pada orang berusia 20-44 tahun telah meningkat dari 17 per 100.000 orang pada tahun 1993 menjadi 28 per 100.000 orang pada tahun 2015.
Sementara itu, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), 1 dari 7 penyakit stroke terjadi pada orang-orang berusia 15-49 tahun. Penelitian yang dilakukan pada 2021 tersebut mengungkapkan bahwa 10-15 persen stroke terjadi pada orang dewasa berusia 18-50 tahun.
Penyebab Stroke di Usia Muda
Stroke terjadi ketika suplai darah ke otak terganggu atau berkurang, yang jika dilihat dari penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua, yakni penyumbatan yang disebut stroke iskemik dan pecahnya pembuluh darah yang disebut stroke hemoragik.Stroke iskemik terjadi ketika arteri yang memasok darah ke area otak mengalami penyumbatan. Stroke iskemik jarang terjadi pada pasien dewasa muda, dibandingkan pada orang dewasa yang lebih tua. Penyebab utama stroke iskemik adalah aterosklerosis, kondisi di mana tumpukan kolesterol dan zat lain di dalam pembuluh darah arteri, sehingga mengganggu aliran darah ke jantung.
Sementara stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di dalam otak pecah, sehingga menyebabkan kebocoran ke ruang di sekitar otak. Beberapa penyebab umum stroke satu ini termasuk tekanan darah tinggi, pembuluh darah yang melemah, inflasasi pembuluh darah (vaskulitis), dan pelebaran atau penonjolan pembuluh darah otak akibat melemahnya dinding pembuluh darah (aneurisma).
Di samping itu, ada tiga hal lain yang menurut CDC menjadi penyebab banyak anak muda mengalami stroke yakni obesitas, tekanan darah tinggi, dan diabetes.
1. Obesitas
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disorders menyebutkan bahwa obesitas dapat meningkatkan risiko stroke. Riset yang dilakukan pada 2018 menemukan bahwa obesitas parah menyebabkan stroke pada 12 persen orang dewasa berusia 40-50 tahun, 9 persen orang dewasa berusia 20-39 tahun, dan 6 persen pada orang dewasa berusia 60 tahun ke atas.Namun, berdasarkan penelitian pada 2021, disebutkan obesitas bukanlah faktor resiko independen untuk stroke iskemik. Sebaliknya, resikonya lebih bergantung pada komplikasi obesitas seperti tekanan darah tinggi.
2. Tekanan darah tinggi
Ketika tekanan darah tinggi terhadap dinding arteri, kondisi tersebut bisa menyebabkan pecahnya arteri yang memasok darah ke otak. Tekanan darah tinggi memiliki hubungan dengan faktor risiko lain untuk stroke iskemik seperti aterosklerosis.Sebuah hasil penelitian yang diterbitkan di American Heart Association Journals pada 2019 menemukan bahwa tekanan darah tinggi mempengaruhi 1 dari 8 orang berusia 20-40 tahun untuk terkena stroke. Para penulis mengatakan bahwa angka ini mungkin akan meningkat sebagai hasil dari perilaku gaya hidup, serta rendahnya tingkat diagnosa awal untuk hipertensi.
3. Diabetes
Orang-orang dengan diabetes memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami stroke dibandingkan dengan mereka yang tidak mengidap diabetes. Diabetes adalah kondisi kesehatan yang menyebabkan tingkat gula dalam darah tinggi. Seiring waktu, kadar gula tinggi dapat merusak pembuluh darah di berbagai bagian tubuh, termasuk otak yang menyebabkan stroke.Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 95 persen penderita diabetes telah mengidap diabetes tipe 2. Ini sering terjadi akibat kurangnya aktivias fisik, memiliki kelebihan berat badan, dan faktor resiko lainnya. Diabetes mulai menjadi lebih diidap di kalangan muda. WHO mencatat bahwa meskipun diabetes tipe 2 biasanya hanya terlihat pada orang dewasa, penyakit ini menjadi lebih umum terjadi pada anak-anak.
Selain itu, sejumlah faktor risiko lain yang bisa menyebabkan stroke di kalangan anak muda yakni infeksi HIV, penyakit jantung, penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen, kehamilan, kondisi medis yang menyebabkan peradangan seperti lupus, riwayat stroke dari keluarga, penggunaan obat-obatan, konsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik, dan merokok.
Baca juga: Fakta Penyakit Lupus Nefritis yang Diidap Shena Malsiana
Untuk mencegah penyakit stroke, anak muda disarankan untuk melakukan beberapa upaya seperti berolahraga secara teratur, mengelola kondisi medis seperti diabetes dan penyakit jantung, memonitor tekanan darah, kolesterol, dan tingkat gula darah, membatasi konsumsi alkohol berhenti merokok, serta menerapkan pola makan diet sehat.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.