Melihat Lebih Dekat Proses dan Hasil Restorasi Film Dr Samsi karya Ratna Asmara
19 December 2023 |
21:00 WIB
1
Like
Like
Like
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) baru saja meluncurkan film hitam putih hasil restorasi bertajuk Dr Samsi. Film yang diproduksi pada 1952 tersebut merupakan karya dari sutradara perempuan pertama Indonesia, Ratna Asmara.
Setelah melalui proses restorasi yang panjang, film yang pada awalnya bermateri seluloid 35mm tersebut akhirnya diluncurkan pada hari ini, Selasa (19/12). Dr Samsi menjadi film kelima dari program restorasi yang dilakukan Kemendikbudristek Direktorat Perfilman, Musik, dan Media sejak 2013.
Baca juga: Kemendikbudristek Restorasi Film Dr Samsi (1952) karya Sutradara Ratna Asmara, Begini Cara Nontonnya
Koordinator Utama Digitisasi dan Restorasi, Rizka Fitri Akbar, mengatakan bahwa proses restorasi film Dr Samsi terbilang tak mudah. Perlu waktu tak sebentar untuk membuat film yang tadinya bermateri seluloid 35mm, kini menjadi berformat digital.
Secara administrasi, proses restorasi berlangsung selama 180 hari dan dilakukan oleh Render Digital Indonesia selaku pemenang lelang program ini. Namun, sebelum masuk restorasi, prosesnya sebenarnya lebih lama lagi.
Rizka mengatakan perencanaan restorasi film ini sebenarnya berlangsung sejak 2020. Kala itu, film sudah masuk kategori khusus yang mengharuskan sesegera mungkin direstorasi. Sebab, kopi filmnya hanya tinggal dua dan secara fisik sudah dalam kondisi mengkhawatirkan.
Pada 2021, mulai ada inspeksi fisik dan pengumpulan materi berupa data film. Namun, rupanya proses ini tidak sesederhana yang diperkirakan. Sebab, materi yang terkumpul kala itu masih sangat terbatas.
Beruntung, pada 2022, secercah harapan muncul setelah ada lembaga bernama Liarsip, sebuah wadah yang berisi para peneliti film yang rupanya juga sedang berusaha melahirkan kembali nama Ratna Asmara, termasuk mendigitasi film Dr Samsi.
Riset-riset mereka banyak membantu dalam proses restorasi yang dilakukan Kemendikbudristek. Akhirnya, pada 2023, kerja restorasi mulai dijalankan dan pada pengujung tahun ini, film tersebut sudah bisa dinikmati oleh publik.
“Fasenya panjang, ya. Dari inspeksi materi atau data, reparasi, lalu direkonstruksi jika diperlukan. Setelah film menjadi baik, masuk ke tahap digitasi atau alih media, dikomparasi lagi, lalu finalisasi restorasi,” ungkap Rizka kepada Hypeabi.id.
Rizka mengatakan semua tahapan tersebut mesti dilalui dengan detail. Oleh karena itu, kerja-kerja restorasi sebenarnya tidak bisa dikotak-kotakan ke dalam limit waktu. Masing-masing memiliki tantangan tersendiri untuk diselesaikan sebelum masuk ke tahap-tahap selanjutnya.
“Misalnya, ada film tidak bisa dibuka, lalu dengan sistem kimia dicoba agar mau terbuka. Nah, kita enggak tahu sejauh mana dan kapan akhirnya film itu bisa dibuka. Bisa satu jam, satu minggu, atau satu detik. Di situ nanti akan ditentukan apakah akan dilanjut atau tidak. Sebab,kalau ternyata film ini ada penyakitnya, terutama vinegar syndrome, justru akan merusak mesin karena mengandung asam,” imbuhnya.
Selain itu, tantangan lain yang cukup berat ialah ketika memasuki tahap rekonstruksi. Pasalnya, tidak jarang ditemukan film yang antara satu fail dengan fail lain berbeda alur cerita.
Perbedaan ini terjadi biasanya karena satu fail film yang ditemukan sudah masuk tahap sensor sebelum tayang di bioskop, sedangkan sisanya masih dalam versi master. Kalau sudah begini, pihaknya biasanya akan mengacu pada versi yang sudah dirilis kepada publik.
Di sisi lain, Indonesia yang memiliki iklim tropis juga membuat proses restorasi mesti dilakukan lebih terukur. Sebab, kelembapan yang ada di dalam negeri kerap kali jadi biang kerok sebuah kopi film rusak, apalagi jika tidak disimpan di tempat yang layak.
Kini, setelah proses yang panjang telah dilakukan, film Dr Samsi sudah bisa dinikmati oleh publik. Dia berharap, film ini bisa menambah jejak penting perjalanan sinema Indonesia. Sebab, film ini mampu tampil tidak hanya sebagai hiburan belaka, tetapi juga memiliki nilai sejarah dan budaya.
Film Dr Samsi bercerita tentang seorang perempuan muda bernama Sukaesih yang tak pernah mengeluh meski berbagai ketidakadilan dan derita selalu datang ke hidupnya. Menjadi yatim piatu sejak kecil, Sukaesih harus menghadapi hidup yang berat setelah hamil di luar nikah dengan seseorang bernama Samsi.
Sukaesih pun menggelandang dan pergi dari rumah. Suatu ketika, anaknya sakit dan dirinya membawa sang buah hati ke rumah sakit. Dia lalu kehilangan anaknya di rumah sakit karena seorang pegawai di sana menukar putranya dengan anak dr Samsi yang meninggal dunia. Anak tersebut lalu diasuh oleh dr Samsi dan istrinya.
Suatu ketika, si anak tumbuh dewasa dan berjumpa kembali dengan Sukaesih. Namun, alih-alih memberitahu kepada keluarga dokter bahwa anak tersebut adalah putranya yang hilang, Sukaesih memilih tidak mengungkap jati dirinya hanya untuk menjaga perasaan istri Dr Samsi yang sudah merawat anaknya sejak bayi.
Baca juga: Libatkan Ahli dari Luar Negeri, Restorasi Museum Nasional Dilakukan dengan Kehati-hatian Tinggi
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Setelah melalui proses restorasi yang panjang, film yang pada awalnya bermateri seluloid 35mm tersebut akhirnya diluncurkan pada hari ini, Selasa (19/12). Dr Samsi menjadi film kelima dari program restorasi yang dilakukan Kemendikbudristek Direktorat Perfilman, Musik, dan Media sejak 2013.
Baca juga: Kemendikbudristek Restorasi Film Dr Samsi (1952) karya Sutradara Ratna Asmara, Begini Cara Nontonnya
Koordinator Utama Digitisasi dan Restorasi, Rizka Fitri Akbar, mengatakan bahwa proses restorasi film Dr Samsi terbilang tak mudah. Perlu waktu tak sebentar untuk membuat film yang tadinya bermateri seluloid 35mm, kini menjadi berformat digital.
Secara administrasi, proses restorasi berlangsung selama 180 hari dan dilakukan oleh Render Digital Indonesia selaku pemenang lelang program ini. Namun, sebelum masuk restorasi, prosesnya sebenarnya lebih lama lagi.
Restorasi film Dr Samsi karya Ratna Asmara (Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Pada 2021, mulai ada inspeksi fisik dan pengumpulan materi berupa data film. Namun, rupanya proses ini tidak sesederhana yang diperkirakan. Sebab, materi yang terkumpul kala itu masih sangat terbatas.
Beruntung, pada 2022, secercah harapan muncul setelah ada lembaga bernama Liarsip, sebuah wadah yang berisi para peneliti film yang rupanya juga sedang berusaha melahirkan kembali nama Ratna Asmara, termasuk mendigitasi film Dr Samsi.
Riset-riset mereka banyak membantu dalam proses restorasi yang dilakukan Kemendikbudristek. Akhirnya, pada 2023, kerja restorasi mulai dijalankan dan pada pengujung tahun ini, film tersebut sudah bisa dinikmati oleh publik.
“Fasenya panjang, ya. Dari inspeksi materi atau data, reparasi, lalu direkonstruksi jika diperlukan. Setelah film menjadi baik, masuk ke tahap digitasi atau alih media, dikomparasi lagi, lalu finalisasi restorasi,” ungkap Rizka kepada Hypeabi.id.
Rizka mengatakan semua tahapan tersebut mesti dilalui dengan detail. Oleh karena itu, kerja-kerja restorasi sebenarnya tidak bisa dikotak-kotakan ke dalam limit waktu. Masing-masing memiliki tantangan tersendiri untuk diselesaikan sebelum masuk ke tahap-tahap selanjutnya.
“Misalnya, ada film tidak bisa dibuka, lalu dengan sistem kimia dicoba agar mau terbuka. Nah, kita enggak tahu sejauh mana dan kapan akhirnya film itu bisa dibuka. Bisa satu jam, satu minggu, atau satu detik. Di situ nanti akan ditentukan apakah akan dilanjut atau tidak. Sebab,kalau ternyata film ini ada penyakitnya, terutama vinegar syndrome, justru akan merusak mesin karena mengandung asam,” imbuhnya.
Selain itu, tantangan lain yang cukup berat ialah ketika memasuki tahap rekonstruksi. Pasalnya, tidak jarang ditemukan film yang antara satu fail dengan fail lain berbeda alur cerita.
Perbedaan ini terjadi biasanya karena satu fail film yang ditemukan sudah masuk tahap sensor sebelum tayang di bioskop, sedangkan sisanya masih dalam versi master. Kalau sudah begini, pihaknya biasanya akan mengacu pada versi yang sudah dirilis kepada publik.
Di sisi lain, Indonesia yang memiliki iklim tropis juga membuat proses restorasi mesti dilakukan lebih terukur. Sebab, kelembapan yang ada di dalam negeri kerap kali jadi biang kerok sebuah kopi film rusak, apalagi jika tidak disimpan di tempat yang layak.
Restorasi film Dr Samsi karya Ratna Asmara (Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Film Dr Samsi bercerita tentang seorang perempuan muda bernama Sukaesih yang tak pernah mengeluh meski berbagai ketidakadilan dan derita selalu datang ke hidupnya. Menjadi yatim piatu sejak kecil, Sukaesih harus menghadapi hidup yang berat setelah hamil di luar nikah dengan seseorang bernama Samsi.
Sukaesih pun menggelandang dan pergi dari rumah. Suatu ketika, anaknya sakit dan dirinya membawa sang buah hati ke rumah sakit. Dia lalu kehilangan anaknya di rumah sakit karena seorang pegawai di sana menukar putranya dengan anak dr Samsi yang meninggal dunia. Anak tersebut lalu diasuh oleh dr Samsi dan istrinya.
Suatu ketika, si anak tumbuh dewasa dan berjumpa kembali dengan Sukaesih. Namun, alih-alih memberitahu kepada keluarga dokter bahwa anak tersebut adalah putranya yang hilang, Sukaesih memilih tidak mengungkap jati dirinya hanya untuk menjaga perasaan istri Dr Samsi yang sudah merawat anaknya sejak bayi.
Baca juga: Libatkan Ahli dari Luar Negeri, Restorasi Museum Nasional Dilakukan dengan Kehati-hatian Tinggi
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.