Kenalan dengan Ibu Arsitek, Komunitas Berbagi Ruang & Dukungan Bagi Arsitek Perempuan
17 December 2023 |
21:30 WIB
Kesempatan perempuan untuk berkarier di dunia arsitektur makin terbuka luas. Namun, pada prosesnya, perempuan masih menghadapi sejumlah tantangan untuk mengejar kariernya sebagai arsitek profesional. Salah satunya ketika harus berbagi tanggung jawab antara keluarga dan pekerjaan.
Komunitas Ibu Arsitek terlahir untuk mengangkat kehadiran figur perempuan di dunia arsitektur Indonesia, dengan memperkuat jalinan dan komunikasi agar dapat bersama-sama mencapai potensi terbaiknya secara individu dan kolektif.
Jessica Soekidi, salah satu anggota Ibu Arsitek, menuturkan Ibu Arsitek menjadi ruang yang aman dan nyaman baginya untuk berjejaring dan berdiskusi baik dalam urusan profesional sebagai arsitek, maupun soal kehidupan personal.
Persoalan inipun dihadapi banyak arsitek perempuan terutama mereka yang sudah menikah, dan memiliki anak. Butuh keberanian yang besar dan dukungan yang kuat bagi perempuan untuk terus konsisten mengejar karier profesionalnya di bidang rancang bangunan.
Di tengah tantangan tersebut, hadir satu komunitas bernama Ibu Arsitek. Komunitas ini dibuat bertujuan untuk menjadi rumah bagi para perempuan yang berprofesi sebagai arsitek di Indonesia, yang mencintai dan memilih berkarier di dunia arsitektur.
Ibu Arsitek terbentuk pada 22 Desember 2018, bertepatan dengan momentum Hari Ibu Nasional, yang digagas oleh tiga arsitek perempuan yakni Osrithalita Gabriela, Fauziya Evanindya, dan Anissa Santoso. Nama Ibu Arsitek dipilih sebagai panggilan untuk perempuan di Indonesia yang memiliki peran di tengah masyarakat melalui bidang arsitektur.
Baca juga: Komunitas Ibu Arsitek Gelar Pameran Selebrasi 5 Tahun, Angkat Profil & Peran Perempuan Arsitek
Baca juga: Komunitas Ibu Arsitek Gelar Pameran Selebrasi 5 Tahun, Angkat Profil & Peran Perempuan Arsitek
Komunitas Ibu Arsitek terlahir untuk mengangkat kehadiran figur perempuan di dunia arsitektur Indonesia, dengan memperkuat jalinan dan komunikasi agar dapat bersama-sama mencapai potensi terbaiknya secara individu dan kolektif.
Misi dari Ibu Arsitek yakni untuk dapat turut serta mewarnai dunia arsitektur Indonesia dan berkontribusi pada masyarakat luas melalui keahliannya, dalam membangun kolaborasi secara kolektif antar perempuan arsitek dalam menjawab isu-isu keadilan spasial dan ruang hidup yang inklusif.
Arsitek Annisa Santoso mengatakan komunitas Ibu Arsitek memiliki tujuan yang sederhana. Tujuannya untuk menjadi rumah yang saling menghubungkan dan mendukung para perempuan yang mencintai dan memilih karier di dunia arsitektur, dengan segala tantangan stigma perempuan di dunia kerja, hingga pembagian peran dalam berkarier dan berkeluarga.
"Ibu Arsitek menjadi representatif untuk perempuan yang baru memulai atau akan memulai lagi di dunia arsitektur. Karena perempuan ada stopping point seperti melahirkan. Untuk kembali lagi ke dunia ini [arsitektur] butuh support system dan kami ingin menjadi tempat yang aman," katanya saat ditemui Hypeabis.id di Dia.lo.gue Artspace, Jakarta, Minggu (17/12/2023).
Menurutnya, representasi menjadi sangat penting dalam memperjuangkan posisi perempuan di dunia arsitektur. Seiring perkembangan zaman, katanya, semakin banyak profesi arsitektur yang dipimpin oleh perempuan, dan cara praktik yang semakin beragam, membuka kesempatan-kesempatan baru bagi perempuan.
"Kami berharap di masa yang akan datang, angka representasi dalam dunia profesi juga akan terus meningkat, dan keberlanjutan komunitas Ibu Arsitek diharapkan dapat memberikan dampak yang berarti untuk lingkungan arsitektur yang lebih ramah bagi semua," katanya.
Jessica Soekidi, salah satu anggota Ibu Arsitek, menuturkan Ibu Arsitek menjadi ruang yang aman dan nyaman baginya untuk berjejaring dan berdiskusi baik dalam urusan profesional sebagai arsitek, maupun soal kehidupan personal.
"Satu hal yang penting adalah relasi yang terbentuk. Relasi ini penting karena disaat ada apa-apa misalnya biro desain tempatku bekerja bubar, Ibu Arsitek jadi rumah yang nyaman untuk aku cerita. Jadi komunitas itu sangat membantu," kata perempuan yang akrab disapa Jeje itu.
Selama lima tahun berdiri, Ibu Arsitek telah mengadakan banyak program dan kegiatan, serta terlibat aktif dalam berbagai acara dan forum arsitektural baik di tingkat nasional maupun internasional. Selain itu, Ibu Arsitek juga kerap membuat program kelas pengenalan ilmu-ilmu dasar arsitektural kepada anak-anak, salah satunya tentang ilmu spasial atau keruangan.
Berawal dari digagas oleh tiga arsitek, komunitas Ibu Arsitek pun kini semakin berkembang. Selama 5 tahun, telah ada 35 arsitek perempuan dari berbagai daerah yang tergabung dalam perkumpulan ini. Di luar komunitas, mereka juga berjejaring dengan sekitar 300 arsitek perempuan di seluruh Indonesia.
Anggita Paramita, anggota Ibu Arsitek, mengatakan ke depan, Ibu Arsitek akan lebih mendekatkan diri dan berjejaring dengan komunitas-komunitas arsitek perempuan di daerah-daerah luar Jakarta. Menurutnya, di luar kota besar seperti Jakarta, ketimpangan gender dalam dunia arsitektur lebih besar.
"Terutama untuk arsitek perempuan yang sulit untuk berkarya, mempunyai kantor [biro arsitektur] sendiri, atau mungkin support system-nya yang tidak mendukung. Isu-isu itu masih ada di daerah-daerah kecil," katanya.
Baca juga: Teknik Anyaman Bisa Jadi Identitas & Masa Depan Arsitektur Indonesia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Baca juga: Teknik Anyaman Bisa Jadi Identitas & Masa Depan Arsitektur Indonesia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.