Seniman Laila Azra (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Terbelalak Sorot Mata Jiwa Laila Azra dalam Pameran Soca

17 December 2023   |   11:30 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Sebanyak 12 lukisan dari 17 karya Laila Azra yang menjadi bagian pameran tunggal bertajuk Soca (Sorotan Cahaya) dipacak di ruang pamer Artsphere Gallery, Dharmawangsa, Jakarta Selatan. Seniman perempuan Indonesia yang kini bermukim di Singapura itu menampilkan karya terbarunya yang menggabungkan seni cahaya dengan lukisan.

Publik mungkin mengenal Laila Azra sebagai pelukis ekspresionisme abstrak yang kerap memainkan cat akrilik, lateks cair, dan resin sintetis. Dengan cara ini, karya-karyanya yang penuh warna mendapatkan kedalaman dan volume. 

Baca juga: Karya Seni Digital Unjuk Gigi di Ajang ArtPrized Moments 2024

Namun, Laila tidak pernah membatasi diri pada satu media saja. Dia juga membuat instalasi untuk mendobrak batas dua dimensi kanvasnya. Eksplorasi medium ini kemudian mengantarkannya pada perkenalan dengan seni cahaya.

Hal itu bermula pada wangsa 2019-an saat dia mengembara ke Belanda. Syahdan, dalam perjalanan turisnya itu Laila tiba di sebuah kanal di Kota Amsterdam yang biasa menjadi tempat pameran karya seni cahaya.

Di sinilah dia mulai terkesima dengan seni cahaya dan meresponsnya dengan membuat instalasi bertajuk Feel Like the Kardashians. Karya tersebut juga ikut meramaikan gelaran Amsterdam Light Festival Belanda pada 2019.

Sejak saat itu, seni cahaya terus dieksplorasi dalam karya-karya Laila setelahnya. Ketertarikan Laila terhadap seni cahaya karena menurutnya hal itu indah. Cahaya juga menjadi medium baru yang cukup menantang untuk dikulik sebagai sebuah medium untuk menyampaikan gagasan-gagasan keseniannya.

“Medium ini memang sangat versatile dan menarik bagi saya untuk dieksplorasi. Ia juga bisa menciptakan bahasa dan intensi yang berbeda-beda,” ucap Laila.

Cahaya sebagai medium kreatif telah sejak lama menjadi elemen pendukung objek karya seni. Selama berabad-abad pula, seniman berusaha memanfaatkan cahaya untuk diolah sebagai subjek maupun medium.

Dalam banyak bentuk dan teknologi yang berkelindan di antaranya, penggunaan cahaya telah menginspirasi dan memberikan kebebasan unik yang digunakan secara metaforis. Penggunaan medium elektronika, seperti LED hingga mikrokontroler kerap memvisualisasikan interaksi yang memberikan kondisi tertentu pada audiens.
 

Karya

Shut Your Eyes-See Karya Laila Azra (Sumber gambar: Laila Azra)


Kelindan narasi tersebut begitu apik dimunculkan dalam pameran Soca ini. Pendar cahaya yang melebur bersama bingkai membentuk dimensi baru lukisan-lukisan Laila Azra. Cahaya menonjolkan diri dalam bentuk font yang membentuk kata tertentu, seolah menjadi penuntun sebelum masuk lebih dalam ke goresan-goresan kanvasnya.

Misalnya, hal itu dapat dilihat pada lukisan bertajuk Shut Your Eyes-See. Lukisan yang menjadi bagian trilogi bersama When? dan Listening Mind ini menggunakan cahaya sebagai bahasa visual yang menuntun pada karya lukisan.

Dalam karya bertajuk Shut Your Eyes – See, palet hitam dan putih saling menimpa tampak seperti sebuah fragmen kehidupan yang kusut. Dalam karya bertitimangsa 2023 ini, sang seniman juga menggunakan berbagai ragam media, seperti rendra hingga gulungan benang untuk menambah tekstur dalam lukisannya.

Dalam ketidakteraturan tersebut, bingkai cahaya dengan bentuk font mengitari di tengahnya. Bentuk font tersebut sekilas tampak seperti sebuah alunan, semacam harmoni yang menjadi oase di tengah hiruk pikuk tersebut.  Tulisan bercahaya itu juga membentuk kata “See”.

Hal itu seolah menjadi refleksi untuk memahami sebuah penglihatan secara lebih dalam. Melihat dalam konteks hari ini selalu tidak berarti sekilas. Melihat juga memahami dan itu berarti prosesnya tak hanya indera mata.

Menurut Laila, di tengah berbagai informasi yang bergerak begitu cepat, melihat dan memahami menjadi dua hal yang tidak bisa dilepaskan. Elemen tersebut yang akan mengantarkan setiap orang menuju sebuah kenyataan yang lebih objektif.

Proses melihat realitas dengan mata jiwa itu juga mewujud dalam karya yang lain dengan tajuk In Your Eyes – I See Myself. Dalam lukisan mix media on canvas tersebut, visual tersebut termanifestasikan lewat permainan tekstur dan palet warna biru, putih, dan hitam yang menghasilkan susunan asimetris.
 

Shut Your Eyes-See Karya Laila Azra (Sumber gambar: Laila Azra)

In Your Eyes – I See Myself Karya Laila Azra (Sumber gambar: Laila Azra)


Biru yang juga menjadi warna langit dan laut kerap menjadi sebuah refleksi tentang kedalaman dan keluasan. Namun, biru juga kerap jadi sebuah simbolisme bentuk ketenangan dan kedamaian, sebuah hal yang pada akhirnya juga saling bertaut.

Dalam lukisan tersebut, bahasa visual cahaya juga kembali mewujud. Lewat font yang membentuk kata I See Myself yang kembali seperti sebuah alunan yang bergerak harmoni.


Mata Raga dan Mata Jiwa

Kurator Ignatia Nilu mengatakan karya-karya terbaru Laila Azra yang terangkum dalam pameran Soca menjadi sebuah kredo yang menghubungkan dua praktik berkesenian yang selama ini aktif dilakukannya, yakni medium lukis dan seni cahaya.

Soca secara etimologi berarti Mata Jiwa. Namun, Soca juga sekaligus akronim dari Sorotan Cahaya. Dalam pameran ini, Nilu melihat Laila sedang mengeluarkan berbagai fragmen ingatannya dan merespons peristiwa yang berkelindan di antaranya.
 

Is It Enough

Is It Enough Karya Laila Azra (Sumber gambar: Laila Azra)


Sebagai orang Indonesia yang tinggal di Singapura, Nilu melihat Laila terus mencari akar dan hidup dalam keindonesiaan. Karya-karyanya di pameran ini juga dibuat di dua tempat yang tampaknya sangat berpengaruh dalam kerja-kerja kesenimannya.

Konsep dan warna yang dihadirkan dilukis di Singapura, tetapi finishing dilakukan di Indonesia, termasuk permainan tekstur yang kerap dilakukan Laila juga dilakukan di dalam negeri. 

“Hidup di Singapura yang sangat heterogen dengan di Indonesia yang cenderung begitu dinamis sekali tentu akan menghasilkan adaptasi berbeda. Dinamis bisa dibilang jadi kondisi yang menutrisi karya, sedangkan di sana kan lebih teratur. Jadi, unik, ada semacam diplomasi yang terjadi dari karya-karyanya,” terangnya.

Dalam kekaryaannya, Nilu melihat Laila juga tak bisa dilepaskan dari statusnya sebagai perempuan dan seorang ibu. Tampak jejak yang kuat antara komoditas ruang domestik dan karyanya, melalui renda, benang, gold leave, glitter, dan aksesoris lain yang dilebur secara bebas dalam lukisan-lukisannya.

Namun, alih-alih responsif, Laila justru menjadi pelukis yang mesti melampaui emosi atau pengalamannya sebelum akhirnya menyalin rupa dalam bentuk karya. Di sini, pengendapan itu terjadi.

Sebuah proses mata raga dan mata jiwa yang menjadi laku dengan harapan melihat jadi lebih objektif. Apalagi, hidup yang dipenuhi banjir informasi telah menciptakan pseudo-reality yang tanpa sadar mengaburkan realitas. 

Baca juga: Warna Baru Kekaryaan Oky Rey Montha

Saat ini, pameran Soca (Sorotan Cahaya) dipacak di ruang pamer Artsphere Gallery masih bisa dikunjungi secara umum sampai 13 Januari 2024. 

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

10 Game Paling Dicari di Google Sepanjang 2023: Connections Hingga Atomic Heart

BERIKUTNYA

Kunto Aji Ajak Penggemar Sambut 2024 dengan Konser Urup di Yogyakarta

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: