Profil Kartika Affandi, Gurat Emosi dalam Kreasi Ekspresionis Putri Sang Maestro
16 December 2023 |
20:00 WIB
Seni adalah warisan yang tak ternilai, dan bagi Kartika Affandi, seni bukan hanya sebuah ekspresi, tetapi juga pewarisan nilai-nilai seni dari sang ayah, yang juga maestro seni lukis Indonesia, Affandi. Lahir pada 27 November 1934 di Jakarta, Kartika tumbuh dalam suasana penuh dengan keindahan seni dan kreativitas.
Kartika Affandi memulai perjalanan seninya dari rumah, dengan menyaksikan dan belajar langsung dari sang ayah. Sejak berusia tujuh tahun, dia dibimbing oleh Affandi dalam teknik melukis menggunakan jari dan mengaplikasikan cat langsung dari tube ke atas kanvas. Setiap pencampuran warna dilakukan dengan menggunakan tangan dan pergelangan tangan.
Baca juga: Profil Affandi, Sang Maestro Lukis Ekspresionisme Tanah Air
Meski pendidikan formalnya hanya sampai kelas 1 SMP di Taman Dewasa Taman Siswa Jakarta, dia menekuni ilmu seni rupa dengan serius berkat dukungan orang tuanya. Pada 1950, Kartika mendapatkan kesempatan untuk belajar seni di Universitas Tagore Shantiniketan, India.
Studinya pun dilanjutkan dengan belajar seni patung di Polytechnic School of Art di London. Guna memperkaya ilmunya, Kartika pun berangkat ke Wina, Austria untuk belajar teknik pengawetan dan restorasi benda seni pada 1980. Keahliannya sebagai restorator karya seni makin mantap setelah belajar di Pusat Internasional untuk Studi Pelestarian dan Pemulihan Kekayaan Budaya (ICCROM), di Roma, Italia.
Sebagai putri dari maestro seni, Kartika mewarisi kecintaan akan ekspresi seni yang bebas dan penuh emosi. Gaya ekspresionis yang kental dalam karya sang ayah juga tercermin dalam lukisan-lukisan Kartika. Setiap sapuan kuasnya menggambarkan perasaan mendalam, menceritakan kisah-kisah yang memukau dalam warna dan bentuk yang dramatis.
Seperti peribahasa 'Air cucuran jatuhnya ke pelimbahan juga,' Kartika pun mengadopsi gaya melukis Affandi yang kerap menunjukkan pemandangan kehidupan masyarakat sehari-hari. Tema lukisannya mencakup masyarakat pedesaan, nelayan, petani, buruh, dan pengemis. Saat berkarya, dia terlibat secara langsung dengan para modelnya, saling berinteraksi, bertukar pengalaman, cerita, dan kisah kehidupan saat proses melukis berlangsung.
Kartika aktif melibatkan dirinya dalam berbagai pameran seni, baik di dalam negeri maupun di tingkat internasional. Karya-karyanya mencakup berbagai tema, menciptakan dialog antara tradisi dan modernitas. Dalam setiap karya, terdapat keunikan dan keaslian yang mencerminkan perjalanan pribadinya dalam dunia seni.
Kartika juga sempat mendapat sejumlah penghargaan bergengsi, seperti Gold Medal dari Academica Italia Salsamoggiere (1980), Honorary Degree sebagai maestro di Pittura (1982), AUREA Gold Medal dari The International Parliament for Security and Peace, USA (1983), Master of Painter dari Youth of Asian Artist Workshop (1985), serta Outstanding Artist dari Mills College di Oakland California (1991).
Prestasi Kartika tidak hanya tercermin dalam karya seninya tetapi juga dalam kontribusinya terhadap dunia seni Indonesia. Pengalaman panjangnya sebagai seniman dan pemikir seni membuatnya menjadi salah satu tokoh berpengaruh dalam perkembangan seni rupa di tanah air.
Dalam film dokumenter Kartika: 9 Ways of Seeing, yang digarap oleh sineas Christopher Basile, Kartika Affandi disebut sebagai seorang perempuan yang bertekad untuk mengekspresikan dirinya dengan caranya sendiri, dan berkarier sebagai seniman modern, meskipun dia dilahirkan dalam masyarakat dan masa di mana hal ini belum pernah terjadi sebelumnya dan dianggap sebagai tujuan yang mimpi bagi seorang perempuan.
Masih aktif melukis, memahat, dan berpameran pada usia 89 tahun, Kartika terus menghadirkan karyanya sebagai warisan seni yang menginspirasi. Dengan kepekaannya terhadap perubahan dan perkembangan seni, dia melihat masa depan seni sebagai panggung bagi kreativitas tak terbatas, terus menggugah pikiran dan menyentuh hati para penggemar seni di seluruh dunia.
Kartika Affandi, dengan kepekaan dan bakatnya, tidak hanya mengangkat martabat keluarganya dalam dunia seni Indonesia, tetapi juga menyumbang warna dan nuansa yang tak terlupakan dalam kancah seni rupa. Melalui setiap karyanya, Kartika terus memberikan warisan seni yang tak ternilai, membawa kita melintasi batas-batas imajinasi dan memberikan pandangan yang mendalam tentang keindahan dan makna hidup.
Baca juga: Profil dan Karya Terbaik Maestro Seni Rupa S. Sudjojono
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Dika Irawan
Kartika Affandi memulai perjalanan seninya dari rumah, dengan menyaksikan dan belajar langsung dari sang ayah. Sejak berusia tujuh tahun, dia dibimbing oleh Affandi dalam teknik melukis menggunakan jari dan mengaplikasikan cat langsung dari tube ke atas kanvas. Setiap pencampuran warna dilakukan dengan menggunakan tangan dan pergelangan tangan.
Baca juga: Profil Affandi, Sang Maestro Lukis Ekspresionisme Tanah Air
Meski pendidikan formalnya hanya sampai kelas 1 SMP di Taman Dewasa Taman Siswa Jakarta, dia menekuni ilmu seni rupa dengan serius berkat dukungan orang tuanya. Pada 1950, Kartika mendapatkan kesempatan untuk belajar seni di Universitas Tagore Shantiniketan, India.
Studinya pun dilanjutkan dengan belajar seni patung di Polytechnic School of Art di London. Guna memperkaya ilmunya, Kartika pun berangkat ke Wina, Austria untuk belajar teknik pengawetan dan restorasi benda seni pada 1980. Keahliannya sebagai restorator karya seni makin mantap setelah belajar di Pusat Internasional untuk Studi Pelestarian dan Pemulihan Kekayaan Budaya (ICCROM), di Roma, Italia.
Kartika Affandi. (Sumber foto: Facebook/The Kartika Affandi Project)
Seperti peribahasa 'Air cucuran jatuhnya ke pelimbahan juga,' Kartika pun mengadopsi gaya melukis Affandi yang kerap menunjukkan pemandangan kehidupan masyarakat sehari-hari. Tema lukisannya mencakup masyarakat pedesaan, nelayan, petani, buruh, dan pengemis. Saat berkarya, dia terlibat secara langsung dengan para modelnya, saling berinteraksi, bertukar pengalaman, cerita, dan kisah kehidupan saat proses melukis berlangsung.
Kartika aktif melibatkan dirinya dalam berbagai pameran seni, baik di dalam negeri maupun di tingkat internasional. Karya-karyanya mencakup berbagai tema, menciptakan dialog antara tradisi dan modernitas. Dalam setiap karya, terdapat keunikan dan keaslian yang mencerminkan perjalanan pribadinya dalam dunia seni.
Kartika Affandi, “Potret Diri”, akrilik di atas kanvas, 120×150 cm. (Sumber foto: Kemdikbud BPCB Yogyakarta)
Dalam karyanya juga terlihat Kartika cenderung menggunakan warna-warna yang menyala dan kontras. Misalnya saja pada lukisan berjudul Pedati (1979), Perahu Nelayan (1986), Odalan (2015), dan sejumlah lukisan potret dirinya.
Prestasi Kartika tidak hanya tercermin dalam karya seninya tetapi juga dalam kontribusinya terhadap dunia seni Indonesia. Pengalaman panjangnya sebagai seniman dan pemikir seni membuatnya menjadi salah satu tokoh berpengaruh dalam perkembangan seni rupa di tanah air.
Dalam film dokumenter Kartika: 9 Ways of Seeing, yang digarap oleh sineas Christopher Basile, Kartika Affandi disebut sebagai seorang perempuan yang bertekad untuk mengekspresikan dirinya dengan caranya sendiri, dan berkarier sebagai seniman modern, meskipun dia dilahirkan dalam masyarakat dan masa di mana hal ini belum pernah terjadi sebelumnya dan dianggap sebagai tujuan yang mimpi bagi seorang perempuan.
Masih aktif melukis, memahat, dan berpameran pada usia 89 tahun, Kartika terus menghadirkan karyanya sebagai warisan seni yang menginspirasi. Dengan kepekaannya terhadap perubahan dan perkembangan seni, dia melihat masa depan seni sebagai panggung bagi kreativitas tak terbatas, terus menggugah pikiran dan menyentuh hati para penggemar seni di seluruh dunia.
Kartika Affandi, dengan kepekaan dan bakatnya, tidak hanya mengangkat martabat keluarganya dalam dunia seni Indonesia, tetapi juga menyumbang warna dan nuansa yang tak terlupakan dalam kancah seni rupa. Melalui setiap karyanya, Kartika terus memberikan warisan seni yang tak ternilai, membawa kita melintasi batas-batas imajinasi dan memberikan pandangan yang mendalam tentang keindahan dan makna hidup.
Baca juga: Profil dan Karya Terbaik Maestro Seni Rupa S. Sudjojono
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.