Profil dan Karya Terbaik Maestro Seni Rupa S. Sudjojono
04 January 2023 |
19:30 WIB
Indonesia memiliki maestro-maestro seni lukis legendaris (old master) yang berhasil menembus kancah seni rupa internasional. Salah satu tokohnya yang terkenal adalah S. Sudjojono, yang karya-karyanya terus menjadi buruan kolektor untuk melengkapi koleksi seni mereka.
Dilansir dari S. Sudjojono Center, maestro seni rupa itu dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam sejarah seni lukis di Tanah Air. Lantaran kepiawaiannya dalam seni lukis, banyak orang menjulukinya sebagai Bapak Seni Rupa Modern Indonesia.
Baca juga: Maestro Lukis S. Sudjojono di Mata Sang Anak, Tidak Main-main Ketika Membuat Karya
Sindoedarsono Soedjojono lahir di Kisaran, Sumatera Utara pada 14 Desember 1913 dari orang tua bersuku Jawa. Sewaktu kecil, Sudjojono mengenyam pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) pada 1925 dan dibesarkan oleh ayah angkatnya, seorang guru yang bernama Yudhokusumo.
Sudjojono merupakan salah satu tokoh pendiri Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) , Artis Muda Indonesia, mentor seni di Poetra – Departemen Kebudayaan, dan Keimin Bunka Shidosho. Tak hanya itu, dia juga dikenal sebagai seniman yang mempelopori seni rupa Indonesia pasca kemerdekaan.
Suami dari penyanyi Mezzo Soprano Indonesia, Rose Pandanwangi itu juga sering mengilustrasikan kehidupan dan dinamika masyarakat sehari-hari dengan jujur atau tanpa dibuat-buat. Tak hanya itu, Sudjojono pun dikenal sebagai pemikir kritis yang lewat tulisan-tulisannya berhasil membentuk seni rupa Indonesia modern.
"Beliau adalah seniman yang luar biasa, karena membuat jati diri dan warna kesenian Indonesia menjadi kaya, alias bukan ikut-ikutan. Bapak adalah seniman yang total dalam berkesenian, semua dikerjakan dengan serius dan melalui research," tutur Maya Sudjojono, anak dari sang pelukis kepada Hypeabis.id belum lama ini.
Selama rentang usianya yang hanya mencapai 72 tahun, Sudjojono telah menghasilkan ratusan karya terbaik yang menjadi koleksi museum negara hingga kolektor-kolektor pribadi di seantero dunia. Beberapa di antaranya bahkan harganya mencapai ratusan miliar.
Adapun, salah satu karya paling fenomenal adalah lukisan bertajuk Pasukan Kita Yang Dipimpin Diponegoro. Lukisan dengan medium minyak di atas kanvas itu laku terjual sebesar HK$58,36 juta atau sekitar Rp 109 miliar pada 5 April 2014.
Karya seni yang dibuat pada 1979 itu sendiri melukiskan perayaan kemenangan Pangeran Diponegoro dan pasukan militernya melawan tentara Belanda selama Perang Jawa yang berlangsung dalam 5 tahun, yakni pada 1825-1830.
Lukisan populer lain dari S. Sudjojono adalah Pertempuran Sultan Agung dan Jan Pieterzoon Coen yang dibuat pada 1973. Menurut Maya, karya pesanan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin itu saat dibuat juga melalui riset mendalam agar otentik berdasarkan catatan sejarah.
Bahkan, dalam proses pembuatannya, katya yang kini jadi koleksi Museum Kesejarahan Jakarta itu juga menghasilkan 38 sketsa studi. Selain itu, meski lukisan tersebut menceritakan tentang perang, tapi karena jiwa kemanusiannya tinggi, sang seniman tidak mau menampilkan adegan kekerasan fisik dan verbal.
Selain itu, lukisan fenomena lainnya adalah Kawan-kawan Revolusi dibuat oleh Sudjojono pada tahun 1947. Lukisan tersebut lahir dari tantangan kritikus seni, Trisno Sumardjo saat dia ingin melihat bukti teknik melukis realis sang seniman yang dianggapnya lambat.
Merasa tertantang, Sudjojono akhirnya berhasil menyelesaikan 19 potret wajah dalam waktu kurang dari sehari, salah satunya merupakan potret Bung Dullah, seorang pejuang heroik Indonesia yang berhasil mengebom empat tank serdadu Belanda, tapi ikut meninggal bersamanya. Lukisan itu kemudian dibeli oleh Presiden Soekarno dan akhirnya dipasang di Istana Negara Jakarta.
Baca juga: Profil Seniman Nasjah Djamin: Murid dari Pelukis Sudjojono & Sastrawan Chairil Anwar
Editor: Dika Irawan
Dilansir dari S. Sudjojono Center, maestro seni rupa itu dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam sejarah seni lukis di Tanah Air. Lantaran kepiawaiannya dalam seni lukis, banyak orang menjulukinya sebagai Bapak Seni Rupa Modern Indonesia.
Baca juga: Maestro Lukis S. Sudjojono di Mata Sang Anak, Tidak Main-main Ketika Membuat Karya
Sindoedarsono Soedjojono lahir di Kisaran, Sumatera Utara pada 14 Desember 1913 dari orang tua bersuku Jawa. Sewaktu kecil, Sudjojono mengenyam pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) pada 1925 dan dibesarkan oleh ayah angkatnya, seorang guru yang bernama Yudhokusumo.
Sudjojono merupakan salah satu tokoh pendiri Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) , Artis Muda Indonesia, mentor seni di Poetra – Departemen Kebudayaan, dan Keimin Bunka Shidosho. Tak hanya itu, dia juga dikenal sebagai seniman yang mempelopori seni rupa Indonesia pasca kemerdekaan.
Suami dari penyanyi Mezzo Soprano Indonesia, Rose Pandanwangi itu juga sering mengilustrasikan kehidupan dan dinamika masyarakat sehari-hari dengan jujur atau tanpa dibuat-buat. Tak hanya itu, Sudjojono pun dikenal sebagai pemikir kritis yang lewat tulisan-tulisannya berhasil membentuk seni rupa Indonesia modern.
"Beliau adalah seniman yang luar biasa, karena membuat jati diri dan warna kesenian Indonesia menjadi kaya, alias bukan ikut-ikutan. Bapak adalah seniman yang total dalam berkesenian, semua dikerjakan dengan serius dan melalui research," tutur Maya Sudjojono, anak dari sang pelukis kepada Hypeabis.id belum lama ini.
Karya-karya Terbaik S.Sudjojono
Selama rentang usianya yang hanya mencapai 72 tahun, Sudjojono telah menghasilkan ratusan karya terbaik yang menjadi koleksi museum negara hingga kolektor-kolektor pribadi di seantero dunia. Beberapa di antaranya bahkan harganya mencapai ratusan miliar.Adapun, salah satu karya paling fenomenal adalah lukisan bertajuk Pasukan Kita Yang Dipimpin Diponegoro. Lukisan dengan medium minyak di atas kanvas itu laku terjual sebesar HK$58,36 juta atau sekitar Rp 109 miliar pada 5 April 2014.
Karya seni yang dibuat pada 1979 itu sendiri melukiskan perayaan kemenangan Pangeran Diponegoro dan pasukan militernya melawan tentara Belanda selama Perang Jawa yang berlangsung dalam 5 tahun, yakni pada 1825-1830.
Lukisan populer lain dari S. Sudjojono adalah Pertempuran Sultan Agung dan Jan Pieterzoon Coen yang dibuat pada 1973. Menurut Maya, karya pesanan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin itu saat dibuat juga melalui riset mendalam agar otentik berdasarkan catatan sejarah.
Bahkan, dalam proses pembuatannya, katya yang kini jadi koleksi Museum Kesejarahan Jakarta itu juga menghasilkan 38 sketsa studi. Selain itu, meski lukisan tersebut menceritakan tentang perang, tapi karena jiwa kemanusiannya tinggi, sang seniman tidak mau menampilkan adegan kekerasan fisik dan verbal.
Selain itu, lukisan fenomena lainnya adalah Kawan-kawan Revolusi dibuat oleh Sudjojono pada tahun 1947. Lukisan tersebut lahir dari tantangan kritikus seni, Trisno Sumardjo saat dia ingin melihat bukti teknik melukis realis sang seniman yang dianggapnya lambat.
Merasa tertantang, Sudjojono akhirnya berhasil menyelesaikan 19 potret wajah dalam waktu kurang dari sehari, salah satunya merupakan potret Bung Dullah, seorang pejuang heroik Indonesia yang berhasil mengebom empat tank serdadu Belanda, tapi ikut meninggal bersamanya. Lukisan itu kemudian dibeli oleh Presiden Soekarno dan akhirnya dipasang di Istana Negara Jakarta.
Baca juga: Profil Seniman Nasjah Djamin: Murid dari Pelukis Sudjojono & Sastrawan Chairil Anwar
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.