Guruh Soekarnoputra (Sumber gambar: Bisnis)

Profil Guruh Sukarno Putra: Mengabdi dan Berjuang untuk Kesenian

26 February 2023   |   20:21 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Darah seni Presiden Soekarno seolah mengalir ke tubuh putranya, yaitu Guruh Sukarno Putra. Pria kelahiran Jakarta itu tampak tidak kesulitan menggeluti berbagai jenis kesenian. Tidak cuma sebagai seniman, Guruh juga berperan sebagai konseptor dalam mengembangkan seni di Indonesia. 

Sejak kecil, kehidupan Guruh sudah diwarnai dengan beragam kesenian, baik itu musik, sastra, maupun tari. Anak bungsu dari Soekarno dan Fatmawati itu, bahkan sudah belajar tarian tradisional Indonesia dari sejumlah daerah sejak berusia belia.

Baca juga: Perjuangan Bertaruh Nyawa Mendur Bersaudara Mengabadikan Detik-detik Proklamasi

Dia juga pernah membentuk dua grup band semasa remaja. Pertama, pada 1965 atau saat berusia 12 tahun, dia mendirikan grup band The Beat-G. Kedua,  pada 1970 atau ketika berusia 17 tahun, Guruh membentuk grup band dengan nama The Flower Poetman.
 
Capaian penting Guruh di dunia musik terjadi pada 1975/1976. Kala itu dia mengeluarkan album berjudul Guruh Gipsy, setelah kembali dari Belanda. Album menjadi catatan tersendiri bagi Guruh, serta musik Indonesia. 

Guruh menggarap album tersebut bersama grup Gipsy, dengan personil Keenan Nasution, Chrisye, Roni Harahap, Oding Nasution, dan Abadi Soesman. Album ini menjadi album yang memadukan antara musik tradisional dan barat.
 
Kemudian, seniman itu juga telah menciptakan lagu-lagu lain seperti Renjana, Galih dan Ratna, Gita Cinta, Anak  Jalanan, Lenggang Puspita, Sendiri, Marlina, Damai, Kembalikan Bali Padaku, dan sebagainya.
 
Dalam menciptakan musik, tidak jarang Guruh memasukkan unsur-unsur tradisional Bali yang merupakan akar dirinya. Tidak hanya itu, pria yang pernah menempuh pendidikan Arkeologi di Universiteit van Amsterdam Belanda itu juga beberapa kali menciptakan lagu dengan kritik sosial dalam liriknya, selain tentang cinta.
 
Di sisi lain, kecintaannya terhadap seni mendorongnya membentuk sebuah organisasi bernama Swara Maharddhika pada 1977. Orgnaisasi ini memiliki tujuan untuk mewadahi para pemuda dalam melakukan aktivitas kesenian dan kebudayaan.
 
Guruh kerap menjadi seorang koreografer, komposer, atau sutradara dalam pertunjukan – pertunjukan yang diadakan oleh Swara Maharddika. Berbagai pertunjukan pun sering diadakan olehnya baik di dalam maupun di luar negeri.
 
Salah satu dari berbagai pertunjukan itu adalah Sri Mimpi Indonesia pada 2013. Diadakan di Plenary Hall Jakarta Convention Center (JCC), senayan, Sri Mimpi Indonesia menampilkan 21 lagu yang berisi tentang kecintaan terhadap Indonesia, baik budaya, cinta, kasih manusia, dan cinta Tanah Air.
 
Sejumlah penyanyi ternama Indonesia mengambil bagian dalam pertunjukan ini. Penyanyi itu seperti kelompok vokal perempuan Be3, Titi Dj, Sita Nursanti, Haikal Baron, Gabriel Harvianto, Ichsan Akbar, Ary Kirana, dan Nino Garcia.
 
Tidak hanya soal musik, kesenian Guruh juga merambah pada busana. Pada 2008, dia pernah menampilkan busana koleksi batik eksklusif modern untuk para wanita dan pria generasi muda yang ada di dalam negeri.
 
Saat itu, koleksinya diperagakan dalam satu pertunjukan pergelaran seni yang menggabungkan tarian, dan sajian musik modern etnik yang dikemas dalam pertunjukan bertajuk Persada Sembagi Wungu di Lor In Hotel Resort & Spa, Solo.
 
Dalam peragaan itu, sang seniman menunjukkan kemampuannya dalam membatik. Dia membatik di atas semua bahan tekstil, tidak terkecuali bahan denim yang tebal. Langkahnya memberikan terobosan baru pada saat itu mengingat batik biasanya hanya diaplikasikan di atas bahan yang tipis.
 
Menurutnya, seni batik adalah salah satu warisan budaya dan kekayaan intelektual yang dimiliki Indonesia. Dia prihatin terhadap batik yang dijiplak dan ditiru oleh perajin dari negara lain.
 
Dia menilai bangsa Indonesia wajib menjaga dan melestarikan agar batik tidak punah untuk mencegah pengakuan batik oleh negara lain sebagai produk budaya. Semua pihak perlu melakukan berbagai langkah agar batik menjadi tren fesyen yang up to date untuk melestarikannya, terutama di kalangan generasi muda.
 
Dalam pagelaran itu, Guruh menghadirkan busana kebaya encim lengan tiga perempat dan kain dengan warna cerah yang mendapat sentuhan warna China. Untuk pria, dia juga menampilkan perpaduan kemeja dan kain bercorak lama yang sudah mengalami modifikasi.
 
Bagi perempuan yang ingin tampil modern, Guruh juga memberikan pilihan busana batik yang dilengkapi dengan rok yang bergaya barat. Kreasi baru lainnya yaitu celana denim yang dibatik semuanya.
 
Untuk busana yang resmi bagi pasangan muda, dia menampilkan sarimbit yang warna dan motif senada antara suami dan istri.
 
Atas berbagai kontribusinya di bidang seni dan kebudayaan, Guruh telah meraih beragam penghargaan. Di antaranya Penghargaan PDA Ilustrasi Musik dan Film dari FFI pada 1978; Chevalier De L  dari Pemerintah Perancis pada 1991; Bakti Budaya dari Kebudayaan Jawa Surakarta pada 1995; Anugerah Seni dari Menteri Pendidikan dan kebudayaan Indonesia pada 1996; dan Live Time Achievement Award dari I Radio pada 2001.
 
Dalam berkesenian, Guruh pernah mendapatkan pelajaran dari banyak seniman ternama dari dalam negeri. Seniman – seniman itu antara lain I Wayan Diya, I Wayan Rindi, Anak Agung Ayu Oka, Ni Ketut Reneng, I Nyoman Kakul.
 
Kemudian, I Gusti Kompyang Raka, Anak Agung Gede Ngurah Mandera, I Made Gerindem (gamelan Bali), dan Serimpi-Bedoyo bersama Raden Ayu Laksminto Rukmi. Dia juga belajar musik dari komponis yaitu Mochtar Embut dan Ismail Marzuki.
 

Kiprah Politik

Meski begitu, pemilik nama lengkap Muhammad Guruh Irianto Sukarnoputra ini sebenarnya memiliki jejak di dunia politik. Dia tercatat pernah aktif sebagai anggota DPR RI dari fraksi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan. Namun, masyarakat kadung lebih mengenal kiprah pria kelahiran 13 Januari 1953 di panggung seni. Terutama musik.

Dia tercatat menjadi anggota DPR selama enam kali atau enam periode berturut-turut. Guruh menjadi anggota DPR pertama kali pada 1992 – 1997, dan masih menjadi anggota DPR pada periode 2019 – 2024.
 
Dia menjadi anggota DPR periode 2019 – 2024 dari fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dengan daerah pemilihan Jawa Timur VI.
 
Saat menjadi seorang anggota DPR, guruh juga kerap melontarkan kritik kepada pemerintah. Pada 2013, misalnya, dia pernah mengritik pemerintah lantaran fasilitas kesenian yang menunjang di dalam negeri. Salah satunya adalah gedung pertunjukkan seni yang belum mampu menampung penonton dalam jumlah besar.
 
Ketika itu, pada awal acara pra pagelaran seni bertajuk Sri Mimpi Indonesia, Guruh menuturkan mengalami kendala dalam proses persiapan pagelaran. Dari kendala yang ada, salah satunya adalah tempat pertunjukan.
 
Kini, usianya tidak lagi muda. Namun, sang maestro tetap terus berkarya. Dia memiliki konsistensi yang tinggi terhadap apa yang dilakukannya sejak dahulu sampai dengan saat ini, baik dalam berkesenian maupun berpolitik untuk menumbuhkan api cinta terhadap Indonesia bagi banyak insan muda Indonesia.

Baca juga: Sejumlah Komunitas Inisiasi Street Art Mural Kutipan Pidato Bung Karno

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Spesifikasi PC Sons of The Forest, Game Survival Open World Paling Dinanti!

BERIKUTNYA

Destinasi Kuliner Terbaru dengan Hidangan Ala Timur hingga Barat, Cek di Sini

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: