Tren Investasi yang Disenangi Investor Muda, Apa Aja Ya?
12 September 2023 |
15:00 WIB
Investor muda memang jadi topik yang hangat dalam dunia investasi sekarang ini. Setelah pesatnya perkembangan jumlah mereka sejak pandemi Covid-19, generasi muda kini telah resmi mendominasi dunia investasi pasar modal di Indonesia.
Bersamaan dengan itu, ada fenomena menarik pula yang terjadi. Head of Sales Mandiri Investasi Vina Cahyadi melihat kala itu investor muda lebih banyak langsung terjun ke instrumen saham. Padahal, saham termasuk investasi yang bersifat agresif.
Baca juga: Waspadai Ciri Investasi Syariah Bodong, Jangan Mudah Tergoda Keuntungan Besar
Fear of missing out (FOMO) menjadi salah satu faktor yang mendasari itu. Maklum, ketika itu, saham memang cukup banyak mengalami rebound setelah mengalami penurunan selama pandemi Covid-19. Hal ini pun terlihat cukup menggiurkan meski pada kenyataannya bisa berkebalikan.
Ketika generasi muda ini masuk ke saham, justru instrumen investasi itu sudah berada di fase penyesuaian atau bahkan penurunan. Alhasil, bukannya cuan yang didapat, beberapa dari mereka pun mesti mengalami risiko investasi.
“Seharusnya pembelajarannya di awal, tetapi generasi muda ini justru tahu risikonya pas kejadian. Mungkin saat itu harga saham malah turun. Nah, mereka baru belajar di situ,” terangnya dalam bincang-bincang Hypetalk Generasi Si Paling Investasi yang digelar oleh Hypeabis.id bersama Bank Mandiri di One Satrio, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dari peristiwa itu, sekarang ini trennya anak-anak muda lalu mulai mengeksplorasi instrumen investasi lain. Sekarang, reksa dana justru jadi salah satu tren yang diminati oleh investor muda.
Selain mudah dalam pembeliannya, reksa dana juga memiliki sifat yang tidak terlalu agresif dibanding saham. Di sisi lain, generasi muda juga mulai belajar banyak dari kejadian masa lalu sehingga mulai mencari instrumen investasi yang lebih cocok untuknya.
Tak hanya reksa dana, beberapa instrumen investasi lain seperti obligasi pemerintah juga cukup diminati. Di antaranya adalah obligasi negara ritel Indonesia (ORI), sukuk ritel (SR), sukuk negara tabungan (ST), serta saving bond ritel (SBR).
Financial Enthusiast William Sudhana mengatakan dengan peningkatan literasi dan edukasi pasar modal, berbagai instrumen investasi kini makin mudah diakses. Hal inilah yang kemudian membuat banyak anak muda mulai melirik berbagai pilihan lain.
Bagi William, semua instrumen investasi sama baiknya. Tidak ada yang lebih baik dibanding lainnya. Sebab, semua itu tergantung dengan tujuan dan profil risiko dari si investor sendiri. Oleh karena itu, dirinya menyarankan untuk terus belajar berinvestasi, mengenali tujuan dan profil risiko, serta menjauhi FOMO.
Sebagai informasi, saat ini investor muda memang tengah mendominasi pasar modal. Menurut Statistis Pasar Modal Indonesia yang diterbitkan KSEI, jumlah investor pasar modal per Agustus 2023 telah mencapai 11.581.533 orang.
Dilihat dari usianya, sebanyak 57,04 persen masih berumur kurang dari 30 tahun dan 23,27 persen berumur 31 tahun sampai 40 tahun. Adapun umur 41 tahun ke atas porsinya terbilang lebih kecil.
Dengan demikian, pasar modal kini dihuni oleh investor yang mayoritas dari generasi Z dan Milenial. Jumlah mereka pun masih bisa bertambah seiring waktu. Harapannya, selain jumlah yang bertambah, literasi terhadap dunia investasi juga makin besar.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Bersamaan dengan itu, ada fenomena menarik pula yang terjadi. Head of Sales Mandiri Investasi Vina Cahyadi melihat kala itu investor muda lebih banyak langsung terjun ke instrumen saham. Padahal, saham termasuk investasi yang bersifat agresif.
Baca juga: Waspadai Ciri Investasi Syariah Bodong, Jangan Mudah Tergoda Keuntungan Besar
Fear of missing out (FOMO) menjadi salah satu faktor yang mendasari itu. Maklum, ketika itu, saham memang cukup banyak mengalami rebound setelah mengalami penurunan selama pandemi Covid-19. Hal ini pun terlihat cukup menggiurkan meski pada kenyataannya bisa berkebalikan.
Ketika generasi muda ini masuk ke saham, justru instrumen investasi itu sudah berada di fase penyesuaian atau bahkan penurunan. Alhasil, bukannya cuan yang didapat, beberapa dari mereka pun mesti mengalami risiko investasi.
“Seharusnya pembelajarannya di awal, tetapi generasi muda ini justru tahu risikonya pas kejadian. Mungkin saat itu harga saham malah turun. Nah, mereka baru belajar di situ,” terangnya dalam bincang-bincang Hypetalk Generasi Si Paling Investasi yang digelar oleh Hypeabis.id bersama Bank Mandiri di One Satrio, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ilustrasi investasi (Sumber gambar: Unsplash/Wance Paleri)
Dari peristiwa itu, sekarang ini trennya anak-anak muda lalu mulai mengeksplorasi instrumen investasi lain. Sekarang, reksa dana justru jadi salah satu tren yang diminati oleh investor muda.
Selain mudah dalam pembeliannya, reksa dana juga memiliki sifat yang tidak terlalu agresif dibanding saham. Di sisi lain, generasi muda juga mulai belajar banyak dari kejadian masa lalu sehingga mulai mencari instrumen investasi yang lebih cocok untuknya.
Tak hanya reksa dana, beberapa instrumen investasi lain seperti obligasi pemerintah juga cukup diminati. Di antaranya adalah obligasi negara ritel Indonesia (ORI), sukuk ritel (SR), sukuk negara tabungan (ST), serta saving bond ritel (SBR).
Financial Enthusiast William Sudhana mengatakan dengan peningkatan literasi dan edukasi pasar modal, berbagai instrumen investasi kini makin mudah diakses. Hal inilah yang kemudian membuat banyak anak muda mulai melirik berbagai pilihan lain.
Bagi William, semua instrumen investasi sama baiknya. Tidak ada yang lebih baik dibanding lainnya. Sebab, semua itu tergantung dengan tujuan dan profil risiko dari si investor sendiri. Oleh karena itu, dirinya menyarankan untuk terus belajar berinvestasi, mengenali tujuan dan profil risiko, serta menjauhi FOMO.
Sebagai informasi, saat ini investor muda memang tengah mendominasi pasar modal. Menurut Statistis Pasar Modal Indonesia yang diterbitkan KSEI, jumlah investor pasar modal per Agustus 2023 telah mencapai 11.581.533 orang.
Dilihat dari usianya, sebanyak 57,04 persen masih berumur kurang dari 30 tahun dan 23,27 persen berumur 31 tahun sampai 40 tahun. Adapun umur 41 tahun ke atas porsinya terbilang lebih kecil.
Dengan demikian, pasar modal kini dihuni oleh investor yang mayoritas dari generasi Z dan Milenial. Jumlah mereka pun masih bisa bertambah seiring waktu. Harapannya, selain jumlah yang bertambah, literasi terhadap dunia investasi juga makin besar.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.