Tren Bisnis Online 2024, Ini Produk Paling Diincar Milenial & Gen Z Tahun Depan
11 December 2023 |
07:30 WIB
Kemajuan teknologi dan pengaruh media sosial membuat belanja online makin digemari masyarakat. Meskipun bisnis offline bangkit kembali usai pandemi pada 2022, bisnis online telah memantapkan posisinya sebagai tulang punggung bisnis digital dengan perkiraan valuasi sebesar US$82 miliar pada 2025.
Hal tersebut tercermin dalam laporan Indonesia Digital Economic and Financial Outlook 2024 yang dirilis Populix baru-baru ini. Laporan itu menyebutkan bahwa lebih dari separuh responden atau 54 persen mengatakan bakal lebih memilih belanja online melalui ecommerce. Lebih spesifik, hal itu dipilih oleh kalangan Gen Z dan kelompok ekonomi menengah.
Baca juga: Ingin Buka Usaha? Berikut Kiat Sukses Bagi Perempuan Berbisnis Online
Sementara sebanyak 42 persen responden yang didominasi oleh kelompok berpenghasilan rendah, masih memilih toko tradisional untuk memenuhi kebutuhan belanja. Adapun, 3 persen lainnya mengaku mulai menyukai belanja melalui platform media sosial.
Makanan dan minuman menjadi produk yang akan paling diburu konsumen di ecommerce sebagaimana dipilih oleh 70 persen responden. Disusul dengan produk perawatan tubuh (68 persen), fesyen (66 persen), kecantikan (52 persen), kesehatan (41 persen), peralatan dapur (38 persen), perabotan rumah tangga (37 persen), mainan dan barang hobi (26 persen), perlengkapan ibu dan bayi (19 persen), serta handphone dan tablet (18 persen).
Selain itu, barang-barang elektronik juga masuk dalam daftar sebagaimana dipilih oleh 14 persen responden, diikuti produk perawatan hewan (12 persen), komputer dan laptop (11 persen), peralatan audio dan kamera (6 persen), dan alat-alat musik (5 persen).
Lebih rinci, laporan itu menjelaskan bahwa konsumen perempuan memainkan peran sentral dalam belanja online untuk kebutuhan pribadi, yakni mengambil persentase hingga 61 persen dari transaksi tersebut. Mereka banyak belanja untuk produk kecantikan, fesyen, dan perawatan tubuh.
Di sisi lain, konsumen laki-laki membelanjakan lebih banyak pendapatannya untuk produk-produk yang berhubungan dengan kesehatan sebagaimana dipilih oleh 57 persen responden, serta hobi dan mainan (63 persen).
Bicara soal intensitas belanja, 9 dari 10 responden dari survei itu mengaku berbelanja online setidaknya satu kali dalam sebulan. Sementara lebih dari sepertiga responden atau 36 persen mengaku belanja online sebanyak 2-3 kali dalam satu bulan, dan sebanyak 44 persen dari mereka mengaku belanja setiap minggu. Sisanya, 5 persen dari responden, bisa belanja lebih dari 5 kali dalam seminggu.
Adapun, harga masih menjadi pertimbangan utama masyarakat dalam belanja online. Itu sebabnya diskon selalu menjadi senjata utama untuk menarik minat pembeli. Sebanyak 90 persen konsumen mengakui kecenderungan mereka untuk mencari harga terendah, sebelum menyelesaikan satu transaksi.
Khususnya, hampir seperempat responden atau 24 persen mengaku selalu melakukan perbandingan harga, dimana hal tersebut lebih banyak dilakukan oleh mereka dari kelompok berpendapatan rendah. Sementara hanya 11 persen responden yang mengatakan jarang atau tidak pernah terlibat dalam perbandingan harga saat berbelanja online.
Di samping itu, kemajuan teknologi memegang peranan besar terhadap perubahan perilaku dan preferensi konsumen. Sebanyak 58 persen responden menyatakan bahwa kini mereka membandingkan produk dan harga secara online sebelum melakukan transaksi.
Selain itu, 53 persen responden mengatakan lebih sering menggunakan pembayaran digital atau e-wallet dalam berbelanja, 51 persen responden lebih sering berbelanja melalui ecommerce berkat kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan, dan 36 persen dari mereka mengaku percaya dengan rekomendasi dan ulasan online lebih dari penjual langsung.
Perkembangan teknologi yang membuat konsumen lebih cepat dalam pembayaran juga dianggap membantu mereka berbelanja lebih cepat di toko sebagaimana diakui oleh 35 persen responden, disusul dengan anggapan bahwa fitur teknologi dapat mempengaruhi pilihan produk dari konsumen yang diakui oleh 21 persen responden.
Co-Founder dan CEO Populix Timothy Astandu mengatakan prospek bisnis online sangat besar didorong oleh pergeseran perilaku dari Milenial dan Gen Z sebagai kelompok konsumen terbesar. Meski demikian, menurutnya, Milenial dan Gen Z menunjukkan perbedaan perilaku belanja yang cukup signifikan.
Sebagai generasi yang tengah berada di fase berkeluarga, milenial cenderung memiliki tanggung jawab lebih dalam hal perencanaan keuangan. Mereka memiliki pos-pos anggaran yang lebih matang untuk berbelanja, berinvestasi, bahkan menyiapkan anggaran untuk masa depan seperti dana pendidikan. "Oleh karena itu, milenial lebih memprioritaskan berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.
Di sisi lain, sebagai generasi yang lahir di era teknologi dan tumbuh dalam paparan media sosial, perilaku belanja Gen Z cenderung dipengaruhi oleh tren dan mentalitas Fear of Missing Out (FOMO). Hal ini mendorong mereka untuk terus berupaya mengikuti perkembangan dengan membeli produk-produk terkini, serta lebih memprioritaskan berbelanja kebutuhan gaya hidup yang bersifat impulsif.
Baca juga: Simak 6 Kunci Sukses Untuk Resolusi Bisnis Online Tahun Ini
Editor: Dika Irawan
Hal tersebut tercermin dalam laporan Indonesia Digital Economic and Financial Outlook 2024 yang dirilis Populix baru-baru ini. Laporan itu menyebutkan bahwa lebih dari separuh responden atau 54 persen mengatakan bakal lebih memilih belanja online melalui ecommerce. Lebih spesifik, hal itu dipilih oleh kalangan Gen Z dan kelompok ekonomi menengah.
Baca juga: Ingin Buka Usaha? Berikut Kiat Sukses Bagi Perempuan Berbisnis Online
Sementara sebanyak 42 persen responden yang didominasi oleh kelompok berpenghasilan rendah, masih memilih toko tradisional untuk memenuhi kebutuhan belanja. Adapun, 3 persen lainnya mengaku mulai menyukai belanja melalui platform media sosial.
Produk Paling Dicari
Makanan dan minuman menjadi produk yang akan paling diburu konsumen di ecommerce sebagaimana dipilih oleh 70 persen responden. Disusul dengan produk perawatan tubuh (68 persen), fesyen (66 persen), kecantikan (52 persen), kesehatan (41 persen), peralatan dapur (38 persen), perabotan rumah tangga (37 persen), mainan dan barang hobi (26 persen), perlengkapan ibu dan bayi (19 persen), serta handphone dan tablet (18 persen).Selain itu, barang-barang elektronik juga masuk dalam daftar sebagaimana dipilih oleh 14 persen responden, diikuti produk perawatan hewan (12 persen), komputer dan laptop (11 persen), peralatan audio dan kamera (6 persen), dan alat-alat musik (5 persen).
Lebih rinci, laporan itu menjelaskan bahwa konsumen perempuan memainkan peran sentral dalam belanja online untuk kebutuhan pribadi, yakni mengambil persentase hingga 61 persen dari transaksi tersebut. Mereka banyak belanja untuk produk kecantikan, fesyen, dan perawatan tubuh.
Di sisi lain, konsumen laki-laki membelanjakan lebih banyak pendapatannya untuk produk-produk yang berhubungan dengan kesehatan sebagaimana dipilih oleh 57 persen responden, serta hobi dan mainan (63 persen).
Ilustrasi belanja online. (Sumber gambar: cottonbro studio/Pexels)
Adapun, harga masih menjadi pertimbangan utama masyarakat dalam belanja online. Itu sebabnya diskon selalu menjadi senjata utama untuk menarik minat pembeli. Sebanyak 90 persen konsumen mengakui kecenderungan mereka untuk mencari harga terendah, sebelum menyelesaikan satu transaksi.
Khususnya, hampir seperempat responden atau 24 persen mengaku selalu melakukan perbandingan harga, dimana hal tersebut lebih banyak dilakukan oleh mereka dari kelompok berpendapatan rendah. Sementara hanya 11 persen responden yang mengatakan jarang atau tidak pernah terlibat dalam perbandingan harga saat berbelanja online.
Di samping itu, kemajuan teknologi memegang peranan besar terhadap perubahan perilaku dan preferensi konsumen. Sebanyak 58 persen responden menyatakan bahwa kini mereka membandingkan produk dan harga secara online sebelum melakukan transaksi.
Selain itu, 53 persen responden mengatakan lebih sering menggunakan pembayaran digital atau e-wallet dalam berbelanja, 51 persen responden lebih sering berbelanja melalui ecommerce berkat kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan, dan 36 persen dari mereka mengaku percaya dengan rekomendasi dan ulasan online lebih dari penjual langsung.
Perkembangan teknologi yang membuat konsumen lebih cepat dalam pembayaran juga dianggap membantu mereka berbelanja lebih cepat di toko sebagaimana diakui oleh 35 persen responden, disusul dengan anggapan bahwa fitur teknologi dapat mempengaruhi pilihan produk dari konsumen yang diakui oleh 21 persen responden.
Perbedaan Perilaku Belanja
Co-Founder dan CEO Populix Timothy Astandu mengatakan prospek bisnis online sangat besar didorong oleh pergeseran perilaku dari Milenial dan Gen Z sebagai kelompok konsumen terbesar. Meski demikian, menurutnya, Milenial dan Gen Z menunjukkan perbedaan perilaku belanja yang cukup signifikan.Sebagai generasi yang tengah berada di fase berkeluarga, milenial cenderung memiliki tanggung jawab lebih dalam hal perencanaan keuangan. Mereka memiliki pos-pos anggaran yang lebih matang untuk berbelanja, berinvestasi, bahkan menyiapkan anggaran untuk masa depan seperti dana pendidikan. "Oleh karena itu, milenial lebih memprioritaskan berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.
Di sisi lain, sebagai generasi yang lahir di era teknologi dan tumbuh dalam paparan media sosial, perilaku belanja Gen Z cenderung dipengaruhi oleh tren dan mentalitas Fear of Missing Out (FOMO). Hal ini mendorong mereka untuk terus berupaya mengikuti perkembangan dengan membeli produk-produk terkini, serta lebih memprioritaskan berbelanja kebutuhan gaya hidup yang bersifat impulsif.
Baca juga: Simak 6 Kunci Sukses Untuk Resolusi Bisnis Online Tahun Ini
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.