Hypereport: Tren Musik 2024 Bakal Diramaikan Pendatang Baru Hingga Crossover Genre
10 December 2023 |
13:52 WIB
Digitalisasi yang terjadi dalam skena musik Indonesia beberapa tahun terakhir telah membuka rimba warna musik Indonesia. Tren musik yang terjadi sekarang sangat berbeda dengan yang ada pada 5 tahun sampai 10 tahun ke belakang yang mudah diprediksi.
Dahulu, ketika program musik televisi dan radio masih ada, tren musik yang terbentuk membawa benang merah yang jelas. Namun, saat ini ketika berbicara tren musik, maka akan berbicara skala. Sebab, tak ada lagi yang benar-benar mendominasi.
Baca artikel lainnya:
1. Hypereport: Tren Bisnis 2024, Peluang Cuan Tahun Politik & Personalisasi Produk Jadi Kunci
2. Hypereport: Siluet, Detail, & Warna Menggelegar dalam Tren Fesyen 2024
3. Hypereport: Upgrade Cip, Kamera & Fitur AI Bakal Jadi Tren Gawai Pintar 2024
Pengamat musik nasional Mudya Mustamin mengatakan bahwa tren musik 2024 bakal berjalan dinamis. Sebab, kini tidak ada batas dalam berkreasi dan berkarya lagi. Siapa pun bisa mempublikasikan karyanya, begitu juga dengan jumlah pertunjukan musik yang makin banyak belakangan ini.
“Sulit menebak genre yang bakal tren, karena bisa dibilang dalam dua tahun terakhir ini makin banyak terapan crossover di musik. Genre jadi sulit dikategorikan karena banyaknya persilangan,” ujar Mudya kepada Hypeabis.id.
Sekarang ini, musik pop yang hadir kebanyakan bukanlah murni pop. Kerap kali eksplorasi pemusik membuat lagu yang diciptakannya membawa unsur R&B. Sebaliknya, lagu R&B yang dibawakan misalnya kemudian mendapat nuansa jazz atau hip-hop.
Mudya yang juga menjadi tim kategorisasi AMI Awards sejak 2006 itu menyebut kecenderungan musik Indonesia kini mulai kental dengan crossover. Sekarang, musik menjadi sesuatu yang begitu variatif.
Tidak hanya dari sisi musisi saja, dalam sudut pandang penonton kebaruan memang selalu jadi hal yang selalu dinanti. Penikmat musik Indonesia tidak lagi mengotak-kotakan dalam genre tertentu, justru lebih mampu menerima berbagai jenis musik. Semuanya punya penggemar dan fanbase masing-masing.
“Salah satu alasannya mungkin minimnya batas label rekaman dan indie. Dahulu, kebanyakan orang harus terseleksi label rekaman sebelum publish, maka ada semacam polesan agar lebih komersil. Kini, dengan platform digital, setiap orang bebas berkarya, mem-publish di mana pun, tanpa persetujuan siapa pun,” imbuhnya.
Walaupun demikian, tak bisa dimungkiri musik pop memang masih akan menjadi roh utama musik di Indonesia. Ada banyak lagu pop dengan crossover yang berpotensi merajai musik Indonesia lagi.
Menurut Mudya, solois akan cukup banyak bermunculan tahun depan, begitu pula dengan format band. Namun, karena jumlah mereka yang makin banyak, efek yang terjadi sering kali membuat mereka tidak langgeng di dunia musil. Kecuali, musisi-musisi yang benar-benar punya karakter kuat, bukan one hit wonder.
Dalam perkembangannya, media sosial kini juga jadi semacam pedang marketing yang begitu ampuh mempromosikan lagu. Sejumlah lagu yang tadinya terasa sepi-sepi saja, bisa berubah 180 derajat ketika dipakai menjadi tren pengiring video di media sosial.
Di sisi lain, di tengah gejolak ragam warna yang mulai terbentuk, Mudya menilai penyempurnaan sistem atau aturan hukum yang jelas, utamanya dalam masalah hak cipta hingga performing rights mesti segera disorot.
Menurutnya, hal-hal itu sampai saat ini masih berada di wilayah abu-abu, masih banyak pro kontra karena belum ada terapan yang ideal dan memuaskan. Ini akan jadi pekerjaan rumah yang mesti segera diselesaian.
Sementara itu, Endah Widiastuti, salah satu personel Endah & Rhesa mengatakan musik Indonesia makin variatif dan menarik untuk dikulik. Saat ini banyak musisi yang matang tidak hanya secara rekaman, tetapi juga konsep pertunjukan hingga penampilan mereka di atas panggung.
“Makin beragam, kreatif, dan jumlahnya banyak sampai kadang-kadang tidak terdeteksi radar,” ungkap Endah.
Oleh karena itu, Endah menyarankan menyelami musik Indonesia tak cukup dengan melihat dari platform-platform besar saja. Justru, gigs kecil hingga festival, terkadang jadi ruang alternatif yang seru dan tak jarang ada kejutan asyik ketika menontonnya langsung.
Menurut Endah, musik Indonesia masih akan terus merajai pasar domestik. Belakangan, wana musik Indonesia juga mulai mewarnai skena musik negeri tetangga. Hal ini dilihat dari makin banyaknya musisi yang manggung di beberapa negara Asia Tenggara.
Namun, jika berbicara pasar lebih global, tentu masih ada pekerjaan rumah menanti. Untuk pasar Eropa dan Amerika, Endah menyebut masih butuh dukungan dari banyak pihak agar merajai pasar di sana. Terlebih, internet sebenarnya banyak memungkinkan peluang itu terjadi.
Segendang sepenarian, produser kenamaan Ari Renaldi mengatakan 2024 bakal menjadi tahun yang menyenangkan bagi musik Indonesia. Menurut pandangannya, bakal banyak muncul bakat-bakat baru yang meramaikan lanskap musik nasional dengan level kualitas yang mumpuni.
“Yang saya senang, regenerasi baru ini tidak terpusat di Jakarta. Balik lagi ke masalah teknologi ya, akses internet hingga alat yang relatif lebih mudah mendorong kreativitas muncul. Kita bisa jadi akan melihat band yang berkualitas lalu berkata ‘oh ini dari Makassar atau oh ini dari Semarang, Lampung, atau daerah lain’,” imbuhnya.
Bagi Ari, Jakarta mungkin masih jadi tempat yang menarik bagi musisi. Namun, sekarang dominasi tidak terjadi lagi. Musisi juga bisa unjuk gigi dari daerah mereka dilahirkan sendiri. Dia berharap tren baik ini terus terjaga. Sebab, pemerataan di bidang karya seni ini bisa berjalan lebih asyik jika berjalan berbarengan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Dahulu, ketika program musik televisi dan radio masih ada, tren musik yang terbentuk membawa benang merah yang jelas. Namun, saat ini ketika berbicara tren musik, maka akan berbicara skala. Sebab, tak ada lagi yang benar-benar mendominasi.
Baca artikel lainnya:
1. Hypereport: Tren Bisnis 2024, Peluang Cuan Tahun Politik & Personalisasi Produk Jadi Kunci
2. Hypereport: Siluet, Detail, & Warna Menggelegar dalam Tren Fesyen 2024
3. Hypereport: Upgrade Cip, Kamera & Fitur AI Bakal Jadi Tren Gawai Pintar 2024
Pengamat musik nasional Mudya Mustamin mengatakan bahwa tren musik 2024 bakal berjalan dinamis. Sebab, kini tidak ada batas dalam berkreasi dan berkarya lagi. Siapa pun bisa mempublikasikan karyanya, begitu juga dengan jumlah pertunjukan musik yang makin banyak belakangan ini.
“Sulit menebak genre yang bakal tren, karena bisa dibilang dalam dua tahun terakhir ini makin banyak terapan crossover di musik. Genre jadi sulit dikategorikan karena banyaknya persilangan,” ujar Mudya kepada Hypeabis.id.
Sekarang ini, musik pop yang hadir kebanyakan bukanlah murni pop. Kerap kali eksplorasi pemusik membuat lagu yang diciptakannya membawa unsur R&B. Sebaliknya, lagu R&B yang dibawakan misalnya kemudian mendapat nuansa jazz atau hip-hop.
Mudya yang juga menjadi tim kategorisasi AMI Awards sejak 2006 itu menyebut kecenderungan musik Indonesia kini mulai kental dengan crossover. Sekarang, musik menjadi sesuatu yang begitu variatif.
Tidak hanya dari sisi musisi saja, dalam sudut pandang penonton kebaruan memang selalu jadi hal yang selalu dinanti. Penikmat musik Indonesia tidak lagi mengotak-kotakan dalam genre tertentu, justru lebih mampu menerima berbagai jenis musik. Semuanya punya penggemar dan fanbase masing-masing.
“Salah satu alasannya mungkin minimnya batas label rekaman dan indie. Dahulu, kebanyakan orang harus terseleksi label rekaman sebelum publish, maka ada semacam polesan agar lebih komersil. Kini, dengan platform digital, setiap orang bebas berkarya, mem-publish di mana pun, tanpa persetujuan siapa pun,” imbuhnya.
Rendy Pandugo di BNI Java Jazz Festival 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (2/6/2023). (Sumber gambar:JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)
Menurut Mudya, solois akan cukup banyak bermunculan tahun depan, begitu pula dengan format band. Namun, karena jumlah mereka yang makin banyak, efek yang terjadi sering kali membuat mereka tidak langgeng di dunia musil. Kecuali, musisi-musisi yang benar-benar punya karakter kuat, bukan one hit wonder.
Dalam perkembangannya, media sosial kini juga jadi semacam pedang marketing yang begitu ampuh mempromosikan lagu. Sejumlah lagu yang tadinya terasa sepi-sepi saja, bisa berubah 180 derajat ketika dipakai menjadi tren pengiring video di media sosial.
Di sisi lain, di tengah gejolak ragam warna yang mulai terbentuk, Mudya menilai penyempurnaan sistem atau aturan hukum yang jelas, utamanya dalam masalah hak cipta hingga performing rights mesti segera disorot.
Menurutnya, hal-hal itu sampai saat ini masih berada di wilayah abu-abu, masih banyak pro kontra karena belum ada terapan yang ideal dan memuaskan. Ini akan jadi pekerjaan rumah yang mesti segera diselesaian.
Grup Musik Deredia tampil pada hari kedua BNI Java Jazz Festival 2023. (Sumber gambar:JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)
“Makin beragam, kreatif, dan jumlahnya banyak sampai kadang-kadang tidak terdeteksi radar,” ungkap Endah.
Oleh karena itu, Endah menyarankan menyelami musik Indonesia tak cukup dengan melihat dari platform-platform besar saja. Justru, gigs kecil hingga festival, terkadang jadi ruang alternatif yang seru dan tak jarang ada kejutan asyik ketika menontonnya langsung.
Menurut Endah, musik Indonesia masih akan terus merajai pasar domestik. Belakangan, wana musik Indonesia juga mulai mewarnai skena musik negeri tetangga. Hal ini dilihat dari makin banyaknya musisi yang manggung di beberapa negara Asia Tenggara.
Namun, jika berbicara pasar lebih global, tentu masih ada pekerjaan rumah menanti. Untuk pasar Eropa dan Amerika, Endah menyebut masih butuh dukungan dari banyak pihak agar merajai pasar di sana. Terlebih, internet sebenarnya banyak memungkinkan peluang itu terjadi.
Segendang sepenarian, produser kenamaan Ari Renaldi mengatakan 2024 bakal menjadi tahun yang menyenangkan bagi musik Indonesia. Menurut pandangannya, bakal banyak muncul bakat-bakat baru yang meramaikan lanskap musik nasional dengan level kualitas yang mumpuni.
“Yang saya senang, regenerasi baru ini tidak terpusat di Jakarta. Balik lagi ke masalah teknologi ya, akses internet hingga alat yang relatif lebih mudah mendorong kreativitas muncul. Kita bisa jadi akan melihat band yang berkualitas lalu berkata ‘oh ini dari Makassar atau oh ini dari Semarang, Lampung, atau daerah lain’,” imbuhnya.
Bagi Ari, Jakarta mungkin masih jadi tempat yang menarik bagi musisi. Namun, sekarang dominasi tidak terjadi lagi. Musisi juga bisa unjuk gigi dari daerah mereka dilahirkan sendiri. Dia berharap tren baik ini terus terjaga. Sebab, pemerataan di bidang karya seni ini bisa berjalan lebih asyik jika berjalan berbarengan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.