Menyaksikan Pendar Cahaya di Tangan Laila Azra dalam Pameran Soca
10 December 2023 |
10:35 WIB
Bagi seniman Laila Azra, cahaya tak ubahnya seperti kehidupan sekaligus keindahan. Segala sesuatu yang diterpa olehnya, selalu membukakan kejernihan serta memurnikan penglihatan menjadi objektif meski berbagai kelindan realitas mengitarinya.
Dalam tiga tahun terakhir, cahaya memang menjadi medium baru yang cukup menarik bagi sang seniman. Ketertarikan Laila terhadap cahaya dimulai ketika dirinya terlibat dalam pameran Amsterdam Light Festival di Belanda pada 2019 silam.
Baca juga: Refleksi Mitologi & Sejarah Perupa Kei Imazu dalam Pameran Unearth
Lewat instalasinya bertajuk Feel Like the Kardashians, seniman yang sebelumnya kerap melukis dengan gaya abstrak ini untuk pertama kalinya berkenalan dengan medium barunya itu.
Dalam karya yang cukup ikonik tersebut, Laila menggambarkan sosok manusia dengan lampu kamera yang berpendar. Karya ini menjadi semacam kritiknya terhadap hingar bingar kehidupan yang perlahan-lahan mengaburkan apa yang nyata dalam hidup.
Setelah pameran itu digelar, seni cahaya masih terus memincut hatinya. Karya-karya Laila setelahnya juga lebih banyak memakai unsur cahaya, utamanya dalam medium instalasi. Namun, kala itu dirinya masih membiarkan medium cahaya dan lukisan menjadi dua hal terpisah.
Sebuah eksplorasi baru dikembangkan Laila dalam pameran tunggal teranyarnya bertajuk Soca. Pameran yang digelar di Artsphere Gallery Jakarta ini membuka ruang baru perkawinan dua medium tersebut.
Jika sebelumnya pameran tunggalnya selalu berkaitan dengan lukisan, kali ini seni cahaya juga jadi warna baru dalam presentasi artistiknya. Bahkan, dalam beberapa karya, kedua medium itu benar-benar dileburkan.
Hal itu misalnya, terefleksi dari karya trilogi karyanya bertajuk When?, Shut Your Eyes-See, dan Listening Mind. Secara tak sengaja, Laila membuat tiga lukisan ini dalam waktu yang hampir bersamaan. Hal ini terasa cukup unik karena jarang sang seniman menerapkan treatment demikian pada karyanya.
Secara komposisi warna, ketiganya memang terlihat berada dalam satu benang merah yang sama. Melalui palet warna redup, seperti warna tanah, oker, biru, putih dan hitam, tiga karya tersebut tampak merefleksikan upaya mengendapkan informasi agar fakta dan fiksi tak lagi menjadi hal yang melebur.
Dalam karya bertajuk Shut Your Eyes – See, palet hitam dan putih saling menimpa tampak seperti sebuah fragmen kehidupan yang kusut. Dalam karya bertitimangsa 2023 ini, sang seniman juga menggunakan berbagai ragam media, seperti rendra hingga gulungan benang untuk menambah tekstur dalam lukisannya.
Dalam ketidakteraturan tersebut, bingkai cahaya dengan bentuk font mengitari di tengahnya. Bentuk font tersebut sekilas tampak seperti sebuah alunan, semacam harmoni yang menjadi oase di tengah hiruk pikuk tersebut. Tulisan bercahaya itu juga membentuk kata “See”.
“Shut Your Eyes – See menjadi karya yang mempertemukan kekaryaan saya sebagai pelukis dan seniman instalasi cahaya,” ungkap Laila.
Menurut Laila, munculnya kata di dalam medium cahaya yang menjadi bingkai lukisannya merupakan satu kesatuan. Kedua hal yang timbul di antaranya masih saling terkait. Namun, medium cahaya tersebut tidak melekat pada satu karya saja. Sebagai sebuah bingkai, medium ini juga diproyeksikan untuk lebih luwes.
Kurator Igantia Nilu mengatakan karya-karya Laila Azra secara umum menyajikan dramaturgi rangkaian energi dan proses dalam alam imaji dan ingatan sang seniman. Permainan tekstur yang menjadi bahasa visual khas yang selama ini dihadirkan Laila.
Terlebih, dalam hal material, sang seniman juga kerap membawa benda-benda yang erat dengan perempuan atau praktik kehidupan Laila yang juga seorang desainer. Misalnya, dalam beberapa karyanya, dirinya memakai manik-manik, rendra, dan berbagai macam material unik lain.
Semua itu menyatu dalam serial fragmen ingatannya yang dituangkan ke dalam gaya ekspresionisme abstrak yang ditekuninya selama ini. Pameran ini menjadi semacam harmonisasi antar fragmen dalam garis, warna, dan tekstur.
“Tajuk pameran yang diusung adalah Soca. Soca secara etimologis memiliki arti mata jiwa. Namun, ia juga menyerupa akronim dari sorotan cahaya,” imbuhnya.
Sebuah pengingat, dalam melihat kenyataan secara objektif mesti mengandalkan mata jiwa, mata raga, dan mata rasio yang sehat.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Dalam tiga tahun terakhir, cahaya memang menjadi medium baru yang cukup menarik bagi sang seniman. Ketertarikan Laila terhadap cahaya dimulai ketika dirinya terlibat dalam pameran Amsterdam Light Festival di Belanda pada 2019 silam.
Baca juga: Refleksi Mitologi & Sejarah Perupa Kei Imazu dalam Pameran Unearth
Lewat instalasinya bertajuk Feel Like the Kardashians, seniman yang sebelumnya kerap melukis dengan gaya abstrak ini untuk pertama kalinya berkenalan dengan medium barunya itu.
Dalam karya yang cukup ikonik tersebut, Laila menggambarkan sosok manusia dengan lampu kamera yang berpendar. Karya ini menjadi semacam kritiknya terhadap hingar bingar kehidupan yang perlahan-lahan mengaburkan apa yang nyata dalam hidup.
Setelah pameran itu digelar, seni cahaya masih terus memincut hatinya. Karya-karya Laila setelahnya juga lebih banyak memakai unsur cahaya, utamanya dalam medium instalasi. Namun, kala itu dirinya masih membiarkan medium cahaya dan lukisan menjadi dua hal terpisah.
Sebuah eksplorasi baru dikembangkan Laila dalam pameran tunggal teranyarnya bertajuk Soca. Pameran yang digelar di Artsphere Gallery Jakarta ini membuka ruang baru perkawinan dua medium tersebut.
Shut Your Eyes – See karya Laila Azra (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Jika sebelumnya pameran tunggalnya selalu berkaitan dengan lukisan, kali ini seni cahaya juga jadi warna baru dalam presentasi artistiknya. Bahkan, dalam beberapa karya, kedua medium itu benar-benar dileburkan.
Hal itu misalnya, terefleksi dari karya trilogi karyanya bertajuk When?, Shut Your Eyes-See, dan Listening Mind. Secara tak sengaja, Laila membuat tiga lukisan ini dalam waktu yang hampir bersamaan. Hal ini terasa cukup unik karena jarang sang seniman menerapkan treatment demikian pada karyanya.
Secara komposisi warna, ketiganya memang terlihat berada dalam satu benang merah yang sama. Melalui palet warna redup, seperti warna tanah, oker, biru, putih dan hitam, tiga karya tersebut tampak merefleksikan upaya mengendapkan informasi agar fakta dan fiksi tak lagi menjadi hal yang melebur.
Dalam karya bertajuk Shut Your Eyes – See, palet hitam dan putih saling menimpa tampak seperti sebuah fragmen kehidupan yang kusut. Dalam karya bertitimangsa 2023 ini, sang seniman juga menggunakan berbagai ragam media, seperti rendra hingga gulungan benang untuk menambah tekstur dalam lukisannya.
Dalam ketidakteraturan tersebut, bingkai cahaya dengan bentuk font mengitari di tengahnya. Bentuk font tersebut sekilas tampak seperti sebuah alunan, semacam harmoni yang menjadi oase di tengah hiruk pikuk tersebut. Tulisan bercahaya itu juga membentuk kata “See”.
“Shut Your Eyes – See menjadi karya yang mempertemukan kekaryaan saya sebagai pelukis dan seniman instalasi cahaya,” ungkap Laila.
Menurut Laila, munculnya kata di dalam medium cahaya yang menjadi bingkai lukisannya merupakan satu kesatuan. Kedua hal yang timbul di antaranya masih saling terkait. Namun, medium cahaya tersebut tidak melekat pada satu karya saja. Sebagai sebuah bingkai, medium ini juga diproyeksikan untuk lebih luwes.
Mata Jiwa
Curious, Closer & Clear karya Laila Azra (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Kurator Igantia Nilu mengatakan karya-karya Laila Azra secara umum menyajikan dramaturgi rangkaian energi dan proses dalam alam imaji dan ingatan sang seniman. Permainan tekstur yang menjadi bahasa visual khas yang selama ini dihadirkan Laila.
Terlebih, dalam hal material, sang seniman juga kerap membawa benda-benda yang erat dengan perempuan atau praktik kehidupan Laila yang juga seorang desainer. Misalnya, dalam beberapa karyanya, dirinya memakai manik-manik, rendra, dan berbagai macam material unik lain.
Semua itu menyatu dalam serial fragmen ingatannya yang dituangkan ke dalam gaya ekspresionisme abstrak yang ditekuninya selama ini. Pameran ini menjadi semacam harmonisasi antar fragmen dalam garis, warna, dan tekstur.
“Tajuk pameran yang diusung adalah Soca. Soca secara etimologis memiliki arti mata jiwa. Namun, ia juga menyerupa akronim dari sorotan cahaya,” imbuhnya.
Sebuah pengingat, dalam melihat kenyataan secara objektif mesti mengandalkan mata jiwa, mata raga, dan mata rasio yang sehat.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.