Daya Magis Tarian Bali dalam Sesolahan Balin Tityang 2023
10 December 2023 |
08:16 WIB
Ketika irama gamelan Bali yang khas mulai dimainkan, puluhan penari perlahan keluar dari sudut kanan-kiri panggung. Diiringi lampu sorot warna-warni, lenggak-lenggok para penari dengan cepat membentuk formasi melinggkar mengisi seluruh inci set panggung pertunjukan di The Dome Senayan Park, Jakarta, Sabtu (9/12/2023).
Tubuh para penari itu terus meliak-liuk seirama dengan alunan musik yang bergerak ritmis. Hampir seluruh anggota tubuh bergerak harmonis. Dalam tarian Bali, gerakan badan, lambaian tangan, hingga pergeseran pupil mata sekali pun menjadi nyawa pertunjukan.
Baca juga: Eksplorasi Baru Koreografi Lewat Festival Tari Kontemporer Jicon
Mimik wajah para penari tampak menunjukkan kegelisahan. Ada semacam badai perubahan yang sedang dirasakan oleh kebudayaan nenek moyang saat ini. Sebuah keniscayaan yang terjadi akibat pertukaran arus informasi yang berlangsung begitu cepat dan terus-menerus.
Koreografi yang disuguhkan para siswa sanggar Kembalikan Baliku ini mengambil tajuk Chopin Larung. Judul ikonik ini juga sekaligus menjadi pembuka pertunjukan Sesolahan Balin Tityang 2023, sebuah pagelaran tahunan yang sekaligus menjadi ajang uji tampil kenaikan tingkat para murid sanggar Kembalikan Baliku.
Chopin Larung merupakan tarian yang membawa refleksi bagi perkembangan budaya Bali saat ini. Tarian pembuka ini mengisahkan tentang keprihatinan seorang seniman barat bernama Chopin yang menurutnya, saat ini budaya Bali telah mengalami pergeseran nilai.
Namun, Chopin tidak mengetahui bahwa saah satu penyebab pergeseran nilai itu adalah budaya Barat, budaya yang dibawa oleh bangsanya sendiri. Kisah tentang Chopin Larung ini ditulis oleh kelompok bermusik Guruh Gipsy pada 1976.
Lagu ini dibuat sesuai dengan konteks masyarakat pada saat itu. Namun, bila dicermati, rasanya apa yang disuarakan oleh karakter Chopin ini masih cukup relevan dengan hari ini. Bali yang kental dengan budaya, sekarang lekat dengan tradisi Barat, bahkan beberapa daerah sudah menjadi wilayah khas para warga asing yang menetap lama.
Tarian pembuka di pertunjukan ini pun seolah jadi pengingat sekaligus penegasan komitmen dari kelompok sanggar Kembalikan Baliku untuk terus melestarikan budaya dari Pulau Dewata tersebut.
Pertunjukan Sesolahan Balin Tityang 2023 yang mayoritas diisi oleh anak-anak muda malam tadi berlangsung meriah. Ragam tari dari murid-murid Kembalikan Baliku dikemas secara apik dan modern.
Dalam pertunjukan kali ini, kelompok penari yang diinisiasi oleh cicit Presiden Soekarno, Syandriasari, itu menampilkan beberapa tarian. Selain Chopin Larung, para penari juga membawakan Tari Legong Abimanyu Gugur.
Tarian ini terbilang cukup unik lantaran menuntut gerak tangan dan leher yang selaras. Sorot mata juga menjadi bagian penting sebagai sarana komunikasi penari ke penonton.
Tari Legong Abimanyu Gugur bercerita tentang kematian Abimanyu, salah satu tokoh paling bernai dalam epos Mahabharata. Dalam pertempuran sengit antara Abimanyu, salah satu ksatria Pandawa melawan Kurawa di perang Kurukshetra.
Abimanyu lantas gugur ketika mencoba mematahkan strategi perang Cakrabyuha yang dipakai Kurawa. Kisah ikonik ini kemudian menjadi fondasi tarian yang pernah dituturkan oleh maestro I Wayan Dibya pada 1980-an.
Kemudian, para penari Kembalikan Baliku juga membawakan tarian Kanyaka Sura. Tarian ini mengisahkan para bidadari kahyangan (Apsari) yang turun ke dunia untuk membantu Dewa Indra memerangi Mayadenawa.
Di balik paras ayu dan sikap anggun perempuan, rupanya terdapat maskulinitas yang mampu memerangi keangkaramurkaan. Tarian ini diciptakan Tjokorda, istri Putra Padmini dengan I Wayan Darya selaku penata iringan yang diciptakan pada wangsa 2000.
Selanjutnya, pagelaran yang berdurasi sekitar dua jam ini juga menyuguhkan tarian Panji Semirang, Legong Kupu Tarum, Pendet Paliatan, Cilinaya, Selat Segara, hingga Legong Bapang Saba. Semua tarian tersebut pun memiliki filosofi cerita dan gerakan yang berbeda-beda.
Salah satu pelatih tari Kembalikan Baliku, Denta Sepdwiansyah Pinandito, mengatakan bahwa Sesolahan Balin Tityang tahun ini membawa warna baru yang lebih menarik. Dari segi venue, Sesolahan Balin Tityang 2023 juga digelar di tempat yang lebih megah.
Selain itu, secara konsep, pembawaan tarian oleh para murid sanggar juga lebih kekinian dan bisa dinikmati oleh berbagai kalangan. Hal ini diharapkan menjadi suatu semangat baru bagi upaya pelestarian seni budaya di Indonesia, khususnya Bali.
Menurut Denta, pada dasarnya Sesolahan Balin Tityang 2023 merupakan ujian tampil sebelum kenaikan tingkat bagi murid Kembalikan Baliku. Namun, kegiatan tersebut digelar secara publik sehingga bisa sekaligus menjadi ajang memperkenalkan dan melestarikan budaya Bali di Jakarta.
Proses latihan para murid telah berlangsung cukup lama. Selama satu tahun ke belakang, mereka rutin belajar tarian-tarian Bali.
“Tahun ini, materi tariannya jauh lebih variatif dibanding tahun sebelumnya, dari gaya peliatan hingga gaya badung ada. Kemudian, kita juga memakai live music, sehingga pertunjukan bisa lebih berjalan semarak,” ucap Denta kepada Hypeabis.id
Dalam prosesnya, Denta mengatakan proses belajar menari di sanggarnya tidak serta merta hanya perihal gerakan. Sebab, setiap gerakan selalu memiliki pemaknaan dan filosofi masing-masing. Hal itu pun menjadi hal yang tak kalah penting untuk dipelajari.
Selain itu, dalam sebuah tarian kelompok, keselarasan menjadi salah satu hal krusial. Oleh karena itu, untuk membangun satu napas yang sama, dirinya dan para murid juga membangun kebersamaan yang intens di luar latihan. Dengan demikian, harapannya kekompakan dan harmoni di tarian nanti bisa lebih terasa oleh penonton.
Sebagai informasi, Kembalikan Baliku merupakan gebrakan budaya yang diinisiasi oleh Syandria bersama para kawan-kawannya untuk melestarikan salah satu budaya Indonesia, yakni budaya Bali.
Kelompok ini lahir dari keprihatinan akan kondisi seni budaya Bali yang semakin tergerus oleh persaingan industri hiburan global, sehingga seni budaya Bali semakin tidak selaras dengan perkembangan zaman dan kurang mampu menarik minat generasi muda.
Mendapat bimbingan langsung dari Guruh Soekarno Putra sebagai Pembina Seni dan mendapuk Nyoman Trianawati sebagai Pelatih Utama, Kembalikan Baliku ingin merevolusi seni Budaya Bali agar dapat diserap oleh berbagai kalangan, dari muda hingga tua.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Tubuh para penari itu terus meliak-liuk seirama dengan alunan musik yang bergerak ritmis. Hampir seluruh anggota tubuh bergerak harmonis. Dalam tarian Bali, gerakan badan, lambaian tangan, hingga pergeseran pupil mata sekali pun menjadi nyawa pertunjukan.
Baca juga: Eksplorasi Baru Koreografi Lewat Festival Tari Kontemporer Jicon
Mimik wajah para penari tampak menunjukkan kegelisahan. Ada semacam badai perubahan yang sedang dirasakan oleh kebudayaan nenek moyang saat ini. Sebuah keniscayaan yang terjadi akibat pertukaran arus informasi yang berlangsung begitu cepat dan terus-menerus.
Koreografi yang disuguhkan para siswa sanggar Kembalikan Baliku ini mengambil tajuk Chopin Larung. Judul ikonik ini juga sekaligus menjadi pembuka pertunjukan Sesolahan Balin Tityang 2023, sebuah pagelaran tahunan yang sekaligus menjadi ajang uji tampil kenaikan tingkat para murid sanggar Kembalikan Baliku.
Pertunjukan Sesolahan Balin Tityang 2023 oleh sanggar Kembalikan Baliku (sumber foto: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Chopin Larung merupakan tarian yang membawa refleksi bagi perkembangan budaya Bali saat ini. Tarian pembuka ini mengisahkan tentang keprihatinan seorang seniman barat bernama Chopin yang menurutnya, saat ini budaya Bali telah mengalami pergeseran nilai.
Namun, Chopin tidak mengetahui bahwa saah satu penyebab pergeseran nilai itu adalah budaya Barat, budaya yang dibawa oleh bangsanya sendiri. Kisah tentang Chopin Larung ini ditulis oleh kelompok bermusik Guruh Gipsy pada 1976.
Lagu ini dibuat sesuai dengan konteks masyarakat pada saat itu. Namun, bila dicermati, rasanya apa yang disuarakan oleh karakter Chopin ini masih cukup relevan dengan hari ini. Bali yang kental dengan budaya, sekarang lekat dengan tradisi Barat, bahkan beberapa daerah sudah menjadi wilayah khas para warga asing yang menetap lama.
Tarian pembuka di pertunjukan ini pun seolah jadi pengingat sekaligus penegasan komitmen dari kelompok sanggar Kembalikan Baliku untuk terus melestarikan budaya dari Pulau Dewata tersebut.
Pertunjukan Sesolahan Balin Tityang 2023 yang mayoritas diisi oleh anak-anak muda malam tadi berlangsung meriah. Ragam tari dari murid-murid Kembalikan Baliku dikemas secara apik dan modern.
Dalam pertunjukan kali ini, kelompok penari yang diinisiasi oleh cicit Presiden Soekarno, Syandriasari, itu menampilkan beberapa tarian. Selain Chopin Larung, para penari juga membawakan Tari Legong Abimanyu Gugur.
Tarian ini terbilang cukup unik lantaran menuntut gerak tangan dan leher yang selaras. Sorot mata juga menjadi bagian penting sebagai sarana komunikasi penari ke penonton.
Tari Legong Abimanyu Gugur bercerita tentang kematian Abimanyu, salah satu tokoh paling bernai dalam epos Mahabharata. Dalam pertempuran sengit antara Abimanyu, salah satu ksatria Pandawa melawan Kurawa di perang Kurukshetra.
Abimanyu lantas gugur ketika mencoba mematahkan strategi perang Cakrabyuha yang dipakai Kurawa. Kisah ikonik ini kemudian menjadi fondasi tarian yang pernah dituturkan oleh maestro I Wayan Dibya pada 1980-an.
Kemudian, para penari Kembalikan Baliku juga membawakan tarian Kanyaka Sura. Tarian ini mengisahkan para bidadari kahyangan (Apsari) yang turun ke dunia untuk membantu Dewa Indra memerangi Mayadenawa.
Di balik paras ayu dan sikap anggun perempuan, rupanya terdapat maskulinitas yang mampu memerangi keangkaramurkaan. Tarian ini diciptakan Tjokorda, istri Putra Padmini dengan I Wayan Darya selaku penata iringan yang diciptakan pada wangsa 2000.
Selanjutnya, pagelaran yang berdurasi sekitar dua jam ini juga menyuguhkan tarian Panji Semirang, Legong Kupu Tarum, Pendet Paliatan, Cilinaya, Selat Segara, hingga Legong Bapang Saba. Semua tarian tersebut pun memiliki filosofi cerita dan gerakan yang berbeda-beda.
Pertunjukan Sesolahan Balin Tityang 2023 oleh sanggar Kembalikan Baliku (sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Upaya Menjaga Tradisi dengan Lebih Kekinian
Salah satu pelatih tari Kembalikan Baliku, Denta Sepdwiansyah Pinandito, mengatakan bahwa Sesolahan Balin Tityang tahun ini membawa warna baru yang lebih menarik. Dari segi venue, Sesolahan Balin Tityang 2023 juga digelar di tempat yang lebih megah.Selain itu, secara konsep, pembawaan tarian oleh para murid sanggar juga lebih kekinian dan bisa dinikmati oleh berbagai kalangan. Hal ini diharapkan menjadi suatu semangat baru bagi upaya pelestarian seni budaya di Indonesia, khususnya Bali.
Menurut Denta, pada dasarnya Sesolahan Balin Tityang 2023 merupakan ujian tampil sebelum kenaikan tingkat bagi murid Kembalikan Baliku. Namun, kegiatan tersebut digelar secara publik sehingga bisa sekaligus menjadi ajang memperkenalkan dan melestarikan budaya Bali di Jakarta.
Proses latihan para murid telah berlangsung cukup lama. Selama satu tahun ke belakang, mereka rutin belajar tarian-tarian Bali.
“Tahun ini, materi tariannya jauh lebih variatif dibanding tahun sebelumnya, dari gaya peliatan hingga gaya badung ada. Kemudian, kita juga memakai live music, sehingga pertunjukan bisa lebih berjalan semarak,” ucap Denta kepada Hypeabis.id
Dalam prosesnya, Denta mengatakan proses belajar menari di sanggarnya tidak serta merta hanya perihal gerakan. Sebab, setiap gerakan selalu memiliki pemaknaan dan filosofi masing-masing. Hal itu pun menjadi hal yang tak kalah penting untuk dipelajari.
Selain itu, dalam sebuah tarian kelompok, keselarasan menjadi salah satu hal krusial. Oleh karena itu, untuk membangun satu napas yang sama, dirinya dan para murid juga membangun kebersamaan yang intens di luar latihan. Dengan demikian, harapannya kekompakan dan harmoni di tarian nanti bisa lebih terasa oleh penonton.
Sebagai informasi, Kembalikan Baliku merupakan gebrakan budaya yang diinisiasi oleh Syandria bersama para kawan-kawannya untuk melestarikan salah satu budaya Indonesia, yakni budaya Bali.
Kelompok ini lahir dari keprihatinan akan kondisi seni budaya Bali yang semakin tergerus oleh persaingan industri hiburan global, sehingga seni budaya Bali semakin tidak selaras dengan perkembangan zaman dan kurang mampu menarik minat generasi muda.
Mendapat bimbingan langsung dari Guruh Soekarno Putra sebagai Pembina Seni dan mendapuk Nyoman Trianawati sebagai Pelatih Utama, Kembalikan Baliku ingin merevolusi seni Budaya Bali agar dapat diserap oleh berbagai kalangan, dari muda hingga tua.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.