Pengaruh Gaya Parenting Otoritatif pada Generasi Z, Inspirasi Pola Asuh Kekinian
09 December 2023 |
22:29 WIB
Dalam mendidik anak tentunya setiap orang tua memiliki gaya parenting atau pola asuh yang sangat bervariasi. Ada orang tua yang bersikap tegas dalam mendidik anaknya, ada pula orang tua yang membiarkan anaknya melakukan hal sebebas mungkin tanpa melarangnya.
Salah satu pola pengasuhan yang sangat penting diterapkan orang tua dalam mendidik Generasi Z adalah pola asuh otoritatif. Generasi Z adalah istilah bagi mereka yang lahir pada tahun 1990 hingga 2012. Apa saja pengaruh penerapan pola asuh otoritatif pada Generasi Z? Mari simak penjelasan berikut.
Baca juga: Lebih Fleksibel & Permisif, Apa Dampak dari Pola Asuh Jellyfish Parenting?
Pada 1971 Baumrind menemukan pola asuh otoritatif. Pola asuh otoritatif ini sangat efisien untuk diterapkan dalam mendidik Generasi Z karena orang tua dapat menjalin komunikasi dua arah. Selain itu, orang tua juga dituntut untuk berpikir secara rasional dalam mengendalikan aktivitas orientasi anak serta membuat anak menjadi pribadi yang memiliki sifat kemandirian dalam mengendalikan diri untuk memenuhi kepuasan hidupnya.
Pola asuh otoritatif merupakan tuntutan dunia saat ini karena orang tua dituntut untuk membuat anak-anak mempelajari serta menerapkan keterampilan sosial, nilai-nilai demokrasi, ciri-ciri kepribadian, harga diri, dan disiplin. (Tiwari, 2022)
Salah satu pola pengasuhan yang sangat penting diterapkan orang tua dalam mendidik Generasi Z adalah pola asuh otoritatif. Generasi Z adalah istilah bagi mereka yang lahir pada tahun 1990 hingga 2012. Apa saja pengaruh penerapan pola asuh otoritatif pada Generasi Z? Mari simak penjelasan berikut.
Baca juga: Lebih Fleksibel & Permisif, Apa Dampak dari Pola Asuh Jellyfish Parenting?
Pada 1971 Baumrind menemukan pola asuh otoritatif. Pola asuh otoritatif ini sangat efisien untuk diterapkan dalam mendidik Generasi Z karena orang tua dapat menjalin komunikasi dua arah. Selain itu, orang tua juga dituntut untuk berpikir secara rasional dalam mengendalikan aktivitas orientasi anak serta membuat anak menjadi pribadi yang memiliki sifat kemandirian dalam mengendalikan diri untuk memenuhi kepuasan hidupnya.
Pola asuh otoritatif merupakan tuntutan dunia saat ini karena orang tua dituntut untuk membuat anak-anak mempelajari serta menerapkan keterampilan sosial, nilai-nilai demokrasi, ciri-ciri kepribadian, harga diri, dan disiplin. (Tiwari, 2022)
Pengaruh penerapan pola asuh otoritatif pada generasi Z antara lain:
1. Anak dapat mengeksplorasi hal-hal baru dalam pengawasan orang tua
Orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif biasanya lebih welcome terhadap anak. Si kecil dibebaskan untuk mengeksplorasi hal-hal baru namun tetap dalam pengawasan orang tua. Generasi Z merupakan generasi yang sangat penasaran dengan hal-hal baru, sehingga cenderung melakukan hal-hal baru itu tanpa memikirkan akibatnya.
Orang tua yang membebaskan anak dalam mengeksplorasi hal-hal baru dapat memberikan dampak positif bagi anak, karena anak merasa didukung untuk melakukan hal-hal yang diinginkan walaupun masih dalam pengawasan dengan batasan-batasan tertentu. Generasi Z merupakan generasi yang sangat penasaran akan sesuatu hal, biasanya mereka nekat untuk melakukan apapun yang diinginkannya.
Orang tua yang melarang anaknya dalam melakukan suatu hal cenderung memberikan dampak negatif terhadap anak. Dampak negatif yang ditimbulkan berupa anak lebih berani untuk melakukan hal yang dilarang orang tuanya, sehingga dapat menimbulkan hal yang tidak diinginkan.
Contohnya adalah ketika orang tua melarang anaknya untuk pacaran, maka anak akan merasa tidak didukung sehingga anak nekat untuk tetap berpacaran tanpa sepengetahuan orang tuanya. Anak yang mempunyai hubungan backstreet sangat tidak baik, karena memungkinkan dapat membuat anak sering berbohong kepada orang tua.
Misalnya, anak meminta izin untuk kerja kelompok, namun kenyataannya tidak kerja kelompok melainkan bermain dengan pacarnya. Hal ini jika terus dilakukan maka dapat menimbulkan dampak negatif. Umumnya Generasi Z sangat susah diatur, sehingga orang tua berperan penting dalam mengawasi anak-anaknya untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan.
2. Anak menjadi lebih terbuka terhadap orang tua
Orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif akan membuat anak menjadi lebih terbuka. Hal ini dikarenakan dalam mendidik anak, orang tua menjalin komunikasi dua arah. Dengan adanya komunikasi dua arah, anak akan lebih terbuka tentang berbagai hal apapun.
Jika orang tua responsif maka anak akan menceritakan segala hal yang dialaminya sehingga jika merasa ada masalah anak akan selalu cerita terhadap orang tua. Hal ini sangat berpengaruh terhadap generasi Z yang twergolong mudah stres. Jadi, peran orang tua dalam mendengarkan cerita anak sangat dibutuhkan, untuk meminimalisir terjadinya beban mental pada anak.
Umumnya, generasi Z sangat butuh perhatian untuk didengarkan serta dimengerti, sehingga mereka sangat butuh tempat untuk bercerita serta berkeluh kesah atas segala hal yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan komunikasi yang terbuka, maka orang tua dapat membuat anak selalu merasa diapresiasi dan dihargai. Hal ini dapat menimbulkan dampak positif karena dengan didengarkan serta diapresiasi, anak cenderung merasa bangga terhadap dirinya sendiri.
Ketika anak sudah terbiasa bercerita dengan orang tuanya, dia tidak akan mencari atensi kepada orang lain. Pada saat inilah orang tua sangat senang karena dapat mengetahui hal apa saja yang terjadi dalam kehidupan anaknya. Selain itu, orang tua juga dapat mengetahui serta mengontrol kondisi mental yang terjadi pada anaknya.
3. Anak akan terhindar dari pergaulan bebas
Orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif dapat mencegah anaknya terlibat dalam pergaulan bebas. Hal ini dikarenakan dalam menerapkan pola asuh otoritatif orang tua memberikan dukungan kepada anak dalam melakukan segala hal yang diinginkannya dalam kerangka pengawasan yang tepat.
Generasi Z menjadi rentan terlibat pergaulan bebas apabila orang tua terlalu mengabaikan anaknya. Orang tua tentunya memiliki cara yang sangat bervariasi dalam mendidik, tapi jika melarang anak untuk melakukan segala hal justru akan cenderung membuat si buah hati semakin penasaran seperti apa dunia di luar sana.
Rasa penasaran seperti itulah yang membuat anak semakin mencari tahu tentang bagaimana keadaan dunia di luar sana sehingga anak mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif sangat memberikan efek positif terhadap anak, karena anak akan terhindar dari pergaulan bebas.
Pola asuh otoritatif cenderung membebaskan namun tetap mengontrol segala hal yang ingin dilakukan oleh sang anak. Pola asuh seperti ini sangat penting diterapkan untuk generasi Z. Biasanya orang tua yang menerapkan pola asuh seperti ini sangat terbuka dengan teman-teman anaknya. Tak hanya dengan anaknya saja, tetapi orang tua juga berkomunikasi dengan teman-teman anaknya.
Hal ini membuat anak-anak merasa didukung dalam melakukan suatu hal dan memiliki batasan yang harus dipatuhi. Misalnya orang tua dapat membiarkan anaknya bermain dengan teman-temannya tapi diberi batasan waktu hingga pukul 21:00 harus sudah berada di rumah.
Persyaratan tersebut dapat membuat anak menjadi patuh terhadap orang tua, dan merasa harus menjaga kepercayaan atas kebebasan yang telah diberikan kepadanya.
Selain itu, pola asuh otoritatif tentunya dapat memengaruhi perkembangan anak, anak menjadi lebih terbuka terhadap orang tua dan dapat mengeksplorasi hal-hal baru, serta dapat meminimalisir terjadinya pergaulan bebas pada Generasi Z.
Orang tua yang membebaskan anak dalam mengeksplorasi hal-hal baru dapat memberikan dampak positif bagi anak, karena anak merasa didukung untuk melakukan hal-hal yang diinginkan walaupun masih dalam pengawasan dengan batasan-batasan tertentu. Generasi Z merupakan generasi yang sangat penasaran akan sesuatu hal, biasanya mereka nekat untuk melakukan apapun yang diinginkannya.
Orang tua yang melarang anaknya dalam melakukan suatu hal cenderung memberikan dampak negatif terhadap anak. Dampak negatif yang ditimbulkan berupa anak lebih berani untuk melakukan hal yang dilarang orang tuanya, sehingga dapat menimbulkan hal yang tidak diinginkan.
Contohnya adalah ketika orang tua melarang anaknya untuk pacaran, maka anak akan merasa tidak didukung sehingga anak nekat untuk tetap berpacaran tanpa sepengetahuan orang tuanya. Anak yang mempunyai hubungan backstreet sangat tidak baik, karena memungkinkan dapat membuat anak sering berbohong kepada orang tua.
Misalnya, anak meminta izin untuk kerja kelompok, namun kenyataannya tidak kerja kelompok melainkan bermain dengan pacarnya. Hal ini jika terus dilakukan maka dapat menimbulkan dampak negatif. Umumnya Generasi Z sangat susah diatur, sehingga orang tua berperan penting dalam mengawasi anak-anaknya untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan.
2. Anak menjadi lebih terbuka terhadap orang tua
Orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif akan membuat anak menjadi lebih terbuka. Hal ini dikarenakan dalam mendidik anak, orang tua menjalin komunikasi dua arah. Dengan adanya komunikasi dua arah, anak akan lebih terbuka tentang berbagai hal apapun.
Jika orang tua responsif maka anak akan menceritakan segala hal yang dialaminya sehingga jika merasa ada masalah anak akan selalu cerita terhadap orang tua. Hal ini sangat berpengaruh terhadap generasi Z yang twergolong mudah stres. Jadi, peran orang tua dalam mendengarkan cerita anak sangat dibutuhkan, untuk meminimalisir terjadinya beban mental pada anak.
Umumnya, generasi Z sangat butuh perhatian untuk didengarkan serta dimengerti, sehingga mereka sangat butuh tempat untuk bercerita serta berkeluh kesah atas segala hal yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan komunikasi yang terbuka, maka orang tua dapat membuat anak selalu merasa diapresiasi dan dihargai. Hal ini dapat menimbulkan dampak positif karena dengan didengarkan serta diapresiasi, anak cenderung merasa bangga terhadap dirinya sendiri.
Ketika anak sudah terbiasa bercerita dengan orang tuanya, dia tidak akan mencari atensi kepada orang lain. Pada saat inilah orang tua sangat senang karena dapat mengetahui hal apa saja yang terjadi dalam kehidupan anaknya. Selain itu, orang tua juga dapat mengetahui serta mengontrol kondisi mental yang terjadi pada anaknya.
3. Anak akan terhindar dari pergaulan bebas
Orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif dapat mencegah anaknya terlibat dalam pergaulan bebas. Hal ini dikarenakan dalam menerapkan pola asuh otoritatif orang tua memberikan dukungan kepada anak dalam melakukan segala hal yang diinginkannya dalam kerangka pengawasan yang tepat.
Generasi Z menjadi rentan terlibat pergaulan bebas apabila orang tua terlalu mengabaikan anaknya. Orang tua tentunya memiliki cara yang sangat bervariasi dalam mendidik, tapi jika melarang anak untuk melakukan segala hal justru akan cenderung membuat si buah hati semakin penasaran seperti apa dunia di luar sana.
Rasa penasaran seperti itulah yang membuat anak semakin mencari tahu tentang bagaimana keadaan dunia di luar sana sehingga anak mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif sangat memberikan efek positif terhadap anak, karena anak akan terhindar dari pergaulan bebas.
Pola asuh otoritatif cenderung membebaskan namun tetap mengontrol segala hal yang ingin dilakukan oleh sang anak. Pola asuh seperti ini sangat penting diterapkan untuk generasi Z. Biasanya orang tua yang menerapkan pola asuh seperti ini sangat terbuka dengan teman-teman anaknya. Tak hanya dengan anaknya saja, tetapi orang tua juga berkomunikasi dengan teman-teman anaknya.
Hal ini membuat anak-anak merasa didukung dalam melakukan suatu hal dan memiliki batasan yang harus dipatuhi. Misalnya orang tua dapat membiarkan anaknya bermain dengan teman-temannya tapi diberi batasan waktu hingga pukul 21:00 harus sudah berada di rumah.
Persyaratan tersebut dapat membuat anak menjadi patuh terhadap orang tua, dan merasa harus menjaga kepercayaan atas kebebasan yang telah diberikan kepadanya.
Selain itu, pola asuh otoritatif tentunya dapat memengaruhi perkembangan anak, anak menjadi lebih terbuka terhadap orang tua dan dapat mengeksplorasi hal-hal baru, serta dapat meminimalisir terjadinya pergaulan bebas pada Generasi Z.
Sumber Referensi
Tiwari, A. P. (2022). Authoritative parenting: the best style in children’s learning. American Journal of Education and Technology, 1(3), 18–21.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.